goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 20 Maret 2010

Musik Baik untuk Jantung

eramuslim - Bila anda penggemar musik, mulailah memilih musik yang tepat untuk
kesehatan anda, karena menurut sebuah penelitian, musik mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap kesehatan tubuh manusia.
Musik memang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Banyak orang tidak bisa tidur jika
tidak diringi musik saat mau tidur. Atau para pengemudi bakal merasa jenuh menyetir bila
tidak ditemani musik dalam perjalanan. Bahkan, saat beraktifitas di kantor pun, musik
mempunyai peranan penting dalam membangun gairah semangat kerja para karyawan.
Menurut sebuah penelitian, mendengar musik ternyata berpengaruh terhadap kesehatan.
Misalnya, mendengar musik bertempo lambat atau meditatif membawa dampak bisa
menenangkan perasaan orang, serta memperlambat nafas dan kecepatan jantung mereka.
Sementara, mendengarkan musik yang lebih cepat dengan tempo yang lebih menghentak
memiliki dampak berlawanan, yakni mempercepat pernafasan dan detak jantung, demikian
kesimpulan sebuah studi baru yang dimuat dalam jurnal Heart. Studi itu mendukung badan
riset tentang potensi keuntungan musik yang mengurangi stres bagi kesehatan. Riset lain
menunjukkan musik dapat menghilangkan stres, memperbaiki kinerja atletik, meningkatkan
gerakan pada pasien yang mengalami gangguan syaraf akibat stroke atau penyakit Parkinson,
dan bahkan meningkatkan produksi susu pada hewan perah, kata Dr. Peter Sleight dari
Universitas Oxford di Inggris dan koleganya dalam laporan mereka.
Dalam studi baru itu, para peneliti memantau kecepatan pernafasan, tekanan darah dan
indeks pernafasan dan jantung yang lain, pada 24 pria dan wanita sehat, sebelum dan selama
mendengarkan beberapa petikan jenis musik yang berbeda, termasuk musik klasik yang cepat
dan lambat dengan kompleksitas yang berbeda serta musik rap. Mereka juga memantau
subyek selama istirahat tidak mendengarkan musik selama dua menit. Setengah dari subyek
merupakan musisi terlatih, sedangkan setengahnya lagi tidak mendapatkan latihan musik.
Para peneliti melaporkan bahwa mendengarkan musik memproduksi tingkat getaran yang
bervariasi, mempercepat pernafasan, meningkatkan tekanan darah dan detak jantung yang
sebanding dengan tempo musik dan mungkin kompleksitas ritme.
Gaya musik atau kesukaan musik seseorang tampaknya kurang penting dibanding tempo
musik. Mereka juga menemukan bahwa ketenangan disebabkan oleh ritme yang lebih lambat
dan, secara menarik, oleh jeda atau istirahat dalam musik. Mengistirahatkan musik selama
dua menit menyebabkan kondisi relaksasi yang lebih besar dibanding yang terlihat sebelum
mulai mendengarkan musik. Dampak itu terjadi pada orang yang mendapatkan pelatihan
musik, mungkin karena mereka telah belajar untuk menyamakan nafas mereka dengan
segmen musik.
"Musisi bernafas lebih cepat dengan tempo yang lebih cepat, dan memiliki dasar kecepatan
bernafas yang lebih lambat dibanding non-musisi," kata Dr. Sleight.
Sleight dan mitranya berspekulasi bahwa musik mungkin memberikan kesenangan (dan
mungkin keuntungan bagi kesehatan) sebagai akibat alterasi yang terkendali antara getaran
dan relaksasi. Mereka menyimpulkan bahwa pemilihan jenis musik yang tepat, berganti-ganti
antara ritme lambat dan cepat dengan diselingi dengan jeda dapat dimanfaatkan untuk
menimbulkan relaksasi dan mungkin, karena itu, memberi dampak menguntungkan bagi
penderita jantung dan stroke.
Penderita Jantung dan Darah Tinggi Hindari Vitamin B
Pada penelitian lain seputar jantung yang dilakukan di Swedia, disimpulkan bahwa
mengkonsumi Vitamin B untuk mencegah serangan jantung dan darah tinggi bukanlah
tindakan yang baik dan bahkan bisa berbahaya.
Sebelumnya para ahli sempat berpendapat vitamin B bisa mengurangi unsur darah yang
disebut 'vitamins homocysteine', yang memiliki keterkaitan dengan resiko serangan jantung.
Namun pendapat ini dimentahkan dengan sebuah penelitian terbaru yang memperlihatkan
konsumsi vitamin B tak ada gunanya walau memang bisa menurunkan homocysteine.
Penemuan ini dijabarkan dalam pertemuan Masyrakat Kardiologi Eropa yang berlangsung di
ibukota Swedia, Stockholm dimana para peneliti dari Norwegian Vitamin Trial atau NORVIT
dari Universitas Troms Swedia meneliti sekitar 4.749 penderita serangan jantung.
Seluruh penderita dibagi ke dalam 4 kelompok dan masing-masing menerima perlakukan
berbeda disamping pengobatan biasa yang sedang mereka jalani. Keempat grup mendapat
Vitamin B, Vitamin B6, dan gabungan dua Vitamin tersebut, selain obat biasa selama 3 tahun.
Setelah 3 setengah tahun berselang, kelompok yang mengkonsumsi Vitamin B dan kelompok
dengan Vitamin B6 menghadapi peningkatan kecil dalam resiko kardiovaskular. Namun
kelompok yang mengkonsumsi kedua vitamin menghadapi resiko peningkatan serangan
jantung dan darah tinggi sebesar 20 persen meskipun tingkat homocysteine mereka turun
sampai 30 persen.
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan 40 persen resiko pada kelompok yang
mengkonsumsi Vitamin B, namun para peneliti itu menegaskan penyelidikan lebih lanjut tetap
harus diperlukan. Profesor Kaare Harald Bonaa penulis laporan penelitian mengatakan, hasil
dari NORVIT penting karena resep Vitamin B dosis tinggi dari dokter tidak bisa mencegah
serangan jantung dan darah tinggi. "Vitamin B seharusnya hanya diberikan kepada orang-
orang yang kekurangan Vitamin B," kata Profesor Kaare.
Sementara itu Profesor Peter Weissberg, Direktur Medis Yayasan Jantung Inggris
menganjurkan agar orang tidak mengkonsumsi Vitamin B untuk mencegah serangan jantung
dan darah tinggi. Study tersebut justru memperlihatkan adanya peningkatan serangan
jantung dan darah tinggi. Vitamin B direkomendasikan bagi wanita hamil untuk mengurangi
cacat pada kelahiran. (to/reuters/bbc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar