goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Tertawa Dapat Membakar Kalori

Untuk mengurangi kalori tidak perlu melakukan lari, bersepeda atau memompa
zat besi yang ada, tapi menurut para ilmuwan yang dikutip Reuters baru-baru ini, yakni cukup
dengan tertawa keras selama 10 sampai 15 menit sehari dapat membakar 10-40 kalori,
jumlah tersebut terdapat pada sepotong kecil coklat, tergantung pada berat tubuh seseorang.
Namun, hal tersebut tidak cocok dilakukan oleh penderita asma.
"Kami telah menghitung bila cara tersebut diterapkan setiap hari selama satu tahun, maka
sama dengan mengurangi sekitar dua kilogram berat badan," kata Dr Maciej Buchowski dari
Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee, ketika berbicara pada sebuah
konfrensi yang membahas masalah kegemukan.
Dengan tertawa dapat membuat seseorang merasa sehat dan telah disebutkan sebagai obat
yang paling baik. Buchowski merasa yakin bahwa ia bersama para koleganya adalah ilmuwan
yang pertama kali mengukur berapa banyak energi yang diambil untuk tertawa.
"Kita menemukan bahwa orang yang tertawa menghasilkan energi," katanya.
Para ilmuwan tersebut merekrut sekitar 100 mahasiswa yang berpasangan, baik bersama
temannya atau pasangan suami isteri, dan mengukur pengeluaran energi untuk setiap
pasangan tersebut ketika sedang menonton klip televisi komedi dalam sebuah ruang
metabolis.
Ruang yang ditutup itu memungkinkan para ilmuwan mengukur berapa banyak energi yang
dikeluarkan orang yang sedang tertawa tersebut, sementara sebuah monitor jantung juga
melacak tingkat detak jantung mereka.
Buchowski dan timnya, tidak memberi tahu kepada para mahasiswa tujuan eksperimen
tersebut. Mereka hanya disarankan agar tidak berbicara atau bergerak. Karena menurutnya,
tidak mudah menangkap tertawa asli seseorang, karena jika anda cerita pada seseorang yang
akan anda ukur tertawa mereka, maka mereka akan terpaksa tertawa.
Untuk mengukur tingkat sisa metabolisme siswa, para ilmuwan tersebut menunjukkan pada
mereka pemandangan situasi daerah pedalaman atau luar kota di Inggris.
Para ilmuwan itu merekam, ketika mereka menyaksikan 10 menit komedi yang diselingi setiap
lima menit sekali dengan pemandangan kota selama lebih dari satu jam. Setelah menganalisa
rekaman tersebut para ilmuwan mulai mencari gelombang mereka yang tertawa, dan
menemukan hasilnya bahwa mahasiswa laki-laki tertawanya lebih lama dibanding mahasiswa
perempuan. Tertawa yang paling lama adalah 40 detik per menit.
"Kita menemukan bahwa ketika seseorang tertawa maka akan ada peningkatan sekitar 20
persen di atas rata-rata tingkat metabolisme dasar," jelas Buchowski.
Sebanyak 2000 delegasi dari 80 negara hadir dalam konferensi European Congress on Obesity
yang berlangsung selama empat hari pekan lalu. Setiap ilmuwan mengakui, potensi tertawa
merupakan suatu penyaluran emosi positif dan dapat dianggap sebagai obat mujarab, karena
akan memperbaiki fungsi aliran pembuluh darah di tubuh kita. Tapi, sebaliknya bagi penderita
asma tertawa dapat membahayakan, karena tertawa dapat mencetuskan serangan asma.
Pendapat yang berbeda ini diungkapkan dalam pertemuan tahunan the American Thoracic
Society. Hampir dua pertiga penderita asma melaporkan bahwa serangan asma yang timbul
disebabkan karena tertawa yang mereka lakukan.
Dari 235 orang pasien yang dianalisa, 132 orang diantaranya (58%) melaporkan bahwa
tertawa menjadi pencetus serangan asma. Gejala yang ditunjukkan antara lain, rasa penuh di
dada, batuk, nafas menjadi pendek dan tidak lancar. Biasanya pencetus asma yang diketahui
adalah olahraga, hanya sedikit yang tahu bahwa tertawa juga dapat menjadi pencetus asma.
Dan tidak peduli apakah itu tertawa biasa atau tertawa hingga terbahak-bahak. Reaksi
emosional akan membuat jalan nafas menyempit. Mekanisme yang terjadi sama dengan
mekanisme yang terjadi pada asma dengan pencetus olahraga. Sedangkan jenis asma yang
lain adalah akibat alergi.
Dari 235 orang pasien tersebut, mereka dilakukan evaluasi selama 18 bulan untuk
mengetahui apa saja yang menjadi pencetus timbulnya asma. Mereka dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok dengan tertawa sebagai pencetus asma dan kelompok lainnya
sebagai sisanya.
Hasilnya, tidak ditemukan perbedaan pada pencetus asma lainnya, selain tertawa, pada kedua
kelompok. Dan dari kedua kelompok, tidak ada perbedaan bagi dari segi usia, riwayat asma
dalam keluarga maupun lamanya asma yang diderita.
Penemuan yang bermakna hanyalah, penderita dengan tertawa sebagai pencetus asmanya
lebih sering mengalami serangan asma akibat olahraga, sebanyak 61%, dibanding dengan
penderita bukan dengan tertawa sebagai pencetus asmanya (35%). Pada kedua kelompok,
beratnya serangan asma tidak berhubungan dengan apakah ada atau tidaknya serangan asma
akibat tertawa.(to/reuters/is)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar