goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Atasi Kanker dengan Jahe dan Teh Hijau

Meski pertumbuhannya diduga berasal dari sel-sel tubuh yang rusak, namun
kanker hingga kini belum ada yang tahu pasti apa penyebabnya. Tak heran, bila kanker
sangat ditakuti banyak orang.
Para pakar terus melakukan penelitian-penilitian dan terapi, terhadap penyakit kanker yang
terus berkembang dan bervariasi itu. Dari terapi sederhana yang menimbulkan gangguan,
hingga yang terbaru dengan imunoterapi yang bisa meminimalkan keluhan penderita selama
menjalani terapi. Di samping itu, salah satu penemuan terbaru yang patut dicatat yaitu
manfaat sari jahe dan teh hijau untuk mengatasi kanker. Demikian yang disampaikan para
ahli dalam sebuah pertemuan bagi kalangan Riset Kanker di Amerika Oktober 2003.
Ann Bode dan Zigang Dong dari University of Minnesota meneliti, manfaat ekstrak jahe yang
dikenal dengan nama gingerol. Zat ini yang membuat jahe terasa pedas. Mereka memberikan
zat itu pada mencit yang telah diinfeksi dengan sel kanker kolon( usus besar) manusia. Mencit
yang digunakan pun mencit yang dibudidayakan secara khusus, sehingga lebih mudah terkena
kanker.
Lima belas hari kemudian, Bode dan Dong mulai mengamati hasilnya. Pada mencit yang
menjalani pola makan normal ada 13 ekor mencit yang terkena tumor. Sedangkan, pada
kelompok mencit yang mendapat suntikan ekstrak jahe, baik yang sebelum maupun yang
sesudah diinfeksi sel tumor, hanya ditemukan empat ekor mencit yang dihinggapi tumor.
Sayangnya, belum ada informasi apakah mengonsumsi jahe dalam bentuk sederhana dapat
memberikan manfaat untuk mencegah kanker. Soalnya, bukankah selama ini masyarakat kita
sudah sedemikian akrab mengenal jahe, mulai wedang ronde, sekoteng, permen jahe, atau
lainnya?
Ada lagi penelitian lain yang dikerjakan sebuah tim di Pusat Kanker Arizona, Tucson. Penelitian
dilakukan terhadap 118 perokok berat. Para perokok dibagi menjadi dua kelompok, masing-
masing diminta meminum sedikitnya empat cangkir teh hijau atau teh hitam dalam sehari.
Setelah empat bulan, pada tubuh mereka dilakukan pengukuran bahan kimia yang disebut 8-
OhdG. Zat ini dilepaskan tubuh sebagai respons atas kerusakan DNA, yang sering terjadi pada
kasus kanker.
Hasilnya? Pada mereka yang meminum teh hijau decaffein terjadi penurunan sebanyak 31%
jumlah 8-OHdG. Sedangkan pada yang meminum teh hitam tanda-tanda itu tidak dapat
ditemukan.
Namun, hasil penelitian dinilai belum mencukupi. Menurut Bode, dirinya akan terus
mempelajari manfaat rempah itu untuk mengatasi berbagai macam tumor. Bahkan sampai
akhirnya dapat menyingkap rahasia tentang zat antikanker utama bagi manusia. Dan yang
tidak kalah penting, menurut para ahli dalam pertemuan itu, mencari jalan yang lebih mudah
untuk menurunkan risiko terkena kanker.
Seperti kata Dr. Raymond DuBois dari Vanderbilt University di Nashville, yang memimpin
pertemuan itu, selain terus melakukan penelitian untuk pengobatan dan pencegahan, perlu
juga dilakukan kampanye untuk menyosialisasikan upaya pencegahan kanker dengan cara
yang mudah. Ia berharap, kampanye dapat membuat seluruh warga masyarakat dunia, lebih
proaktif dalam menjaga kesehatan mereka. Di antaranya, dengan rajin berkonsultasi pada
dokter dan menjalankan patokan-patokan standar seperti berhenti merokok, menjaga
keseimbangan gizi, dan latihan jasmani.
Kebiasaan merokok, yang selama ini dilakukan jutaan orang dari berbagai belahan dunia,
memang menjadi faktor pertama (yang dapat dicegah dan dihentikan) penyebab kanker.
Sedangkan faktor kurang gizi banyak menjadi masalah di negara berkembang. (to/ints)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar