goresan hidup seorang biduan

Minggu, 21 Maret 2010

Ipods Timbulkan Tinnitus

Kemajuan teknologi, di satu sisi memang bisa meningkatkan semangat hidup.
Namun, di sisi lain, ternyata bisa menganggu kesehatan. Ipods misalnya, alat portable player
canggih ini bisa menimbulkan penyakit tinnitus.
Musik salah satu cara pendongkrak semangat, musik membuat hidup lebih hidup, tapi apa
jadinya jika musik bikin telinga berdengung? Tentu bukan musik yang bikin telinga
'ngungung', tapi perilaku kita mendengarkan musik yang membuat pendengaran jadi tak
tajam lagi. Para peneliti di Australia menemukan sekitar seperempat pengguna iPods
mengalami gangguan pendengaran. iPods mania atau pemakai portable music players lainnya
sering beresiko mengalami kenaikan telinga berdengung (tinnitus) atau masalah pendengaran
lainnya, kecenderungan ini lebih banyak dijumpai pada pengguna iPods yang gila-gilaan
memutar volume iPods-nya.
National Acoustic Laboratories di Sydney meminta para responden mendengarkan musik
dengan volume sebanding dengan perangkat bermesin motor (misalnya mesin bor). Para
peneliti menemukan bahwa tingkat dengungan (tinnitus) akan meningkat karena pendengaran
tak bisa lagi mengadopsi kebiasaan normal telinga mereka. Penelitian tersebut mencatat
sekitar 25 persen responden cenderung mendengarkan iPods ataupun portable musik lainnya
dalam kapasitas 'bising' sebanding dengan tingkat kebisingan suara-suara pada alat pemotong
rumput maupun perangkat bermesin motor, dengan rata-rata intensitas diatas 85 decibels.
Dalam ukuran normal, orang dengan pendengaran normal audiogram-nya terletak antara 0
sampai 20 decibels, lebih dari 30 decibels dengan rentangan sampai 100 desibel berarti ada
gangguan pendengaran. Ukuran intensitas pendengaran normal dicatat dalam bentuk
audiogram, dimana audigram yang terletak antara 30 sampai 40 decibels termasuk gangguan
ringan. Dari 40 sampai 60 decibels termasuk skala sedang. Antara 60 sampai 90 desibel sudah
berat. Sebagai gambaran, bunyi mesin bor jalanan sama dengan 100 desibel. Mesin pesawat
terbang 120 desibel. Sedang ruangan yang tenang kira-kira sekitar 30 sampai 40 desibel.
"Menikmati alunan musik disco, menghadiri pesta dansa, bekerja di pabrik, mendengarkan
musik sambil berkendaraan atau hanya mendengarkan musik didalam kamar, apapun
kondisinya jika mengganggu telinga hal tersebut sudah termasuk kategori kebisingan. Akan
lebih baik jika mendengarkan musik dalam frekuensi normal, mungkin gangguan ini tak
tampak dalam waktu dekat namun tak menutup kemungkinan memicu gangguan yang lebih
berat beberapa tahun mendatang," ujar Professor Harvey Dillon, penggagas penelitian.
Karena itu, tak heran, bila Organisasi Kesehatan Dunia, saat ini sedang menggarap proyek
untuk mengetahu dampak dari kemajuan alat-alat canggih itu terhadp kesehatan tubuh.
Sebab, alat-alat itu diakui bisa mengeluarkan medan listrik dan magnit yang cukup berbahaya
bagi kesehatan manusia.
Dr. Wilfried Kreisel, Direktur Eksekutif Divisi Kesehatan dan Lingkungan WHO, mengatakan
bahwa proyek itu tidak hanya akan menjadi analisa ilmu pengetahuan, namun bertujuan
untuk membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan mereka tentang kesehatan
masyarakat ke arah teknologi baru, demikian keterangan yang dikutip kantor berita
transnasional.
Para ahli WHO mengatakan bahwa studi-studi yang ada menunjukkan tidak ada ancaman
yang jelas dari barang-barang termasuk telepon seluler, microwave, pengering rambut, alat
pencukur, listrik dan mesin pemotong rumput bertenaga listrik, terhadap kesehatan
masyarakat. Medan elektromagnetik mewakili satu dari banyak pengaruh lingkungan yang
tumbuh paling cepat dalam kehidupan manusia, dimana keresahan dan spekulasi tentang hal
itu tengah meluas. Dampak kesehatan seperti kanker, perubahan perilaku, kehilangan daya
ingat, penyakit Parkinson dan Alzhaimer, sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (AIDS),
kematian bayi, mendadak, dan banyak lainnya, termasuk naiknya tingkat bunuh diri, diduga
merupakan akibat dari medan elektromanetik.
Namun, WHO mengeritik studi-studi sebelumnya sebagai studi yang tidak terfokus, sehingga
hasilnya sering tidak bisa diperkaya secara bebas. Proyek itu bertujuan untuk memberikan
kewenangan dan kebebasan membandingkan tinjauan terhadap literatur ilmu pengetahuan,
dan mengetahui serta mengisi kekosongan dalam ilmu pengetahuan dengan membentuk
protokol bagi pelaksanaan riset. Proyek WHO itu akan memperkirakan dampak lingkungan dan
kesehatan dari medan magnetik dan listrik yang diterima dalam waktu bervariasi dan dengan
frekuensi mulai dari nol hingga 300 GigaHertz (GHz) atau mendekati batas atas gelombang
radio.
WHO tidak akan meluncurkan proyek itu jika tidak ada laporan tentang dampak potensial
medan elektromagnetik ada beberapa studi di Swedia dan Amerika Serikat serta negaranegara
lain yang menunjukkan adanya hubungan antara dampak kesehatan dengan medan
elektromagnetik. Medan magnetik selalu mengelilingi manusia, kemampuan untuk pergi,
tinggal dan tidur Ini masalah yang tidak bisa dihindari.
Dr. Tord Kjellstrom Direktur Kantor Kesehatan Lingkungan Terpadu dan Global WHO
mengatakan, aman untuk mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada alasan meyakini
medan magnet dan listrik telah menimbulkan dampak kesehatan umum yang besar.
"Tidak ada alasan untuk meyakini bahwa sejumlah epidemi baru sedang menghampiri kita.
Tetapi, saya kira pemicu kekawatiran itu adalah cepatnya perkembangan ponsel," katanya.
(to/sky/kpl)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar