goresan hidup seorang biduan

Minggu, 21 Maret 2010

Stres, Turunkan Kekebalan Tubuh

Orang sering bilang, jangan stres nanti bisa sakit. Stres juga sering dikaitkan
dengan makin buruknya kondisi kesehatan seseorang. Lalu, apa kaitannya antara stres dan
penyakit?
Memang, banyak fakta di lapangan yang telah membuktikan mengenai kuatnya stres dan
kesehatan seseorang. Fakta-fakta yang mengungkap bahwa orang sakit bahkan sampai
meninggal dunia diduga kuat berasal dari stres. Berbagai riset telah menunjukkan kaitan
antara keduanya, tapi kaitan itu tidak selalu mudah. Karena stres mempengruhi kesehatan
fisik melalui beberapa cara, seperti yang dikemukakan oleh Camile Wortman dan kawankawan.
Pertama, stres berpengruh lansung terhadap keseahtan fisik. Dalam hal ini stres
meenyebabkan perubahan fisik dan psikis yang memberi kontribusi pada berkembangya suatu
penyakit. Misalnya, karena stres maka daya imum atau kekebalan tubuh seseorang menjadi
berkurang dan melemah, sehingga membuatnya rentan terserang flu,masuk dan lain-lain.
Namun, tidak dengan serta merta dapat dikatakan bahwa orang stres pasti akan sakit karena
ada banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi.
Kedua, faktor kepribadian dapat mempengaruhi apakah seseorang akan mudah sakit atau
tidak. Orang yang pesimistis akan lebih mudah stres dan mengalami sakit ketimbang orang
yang optimis.
Ketiga, faktor perilaku juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami sakit
karena stres. Misalnya, karena stres orang itu jadi sulit tidur, merokok lebih banyak, minumminuman
yang mengandung alkohol, makan dan minum secara ngawur dan lain-lain faktor
yang memudahkannya terkena suatu penyakit.
Keempat, stres juga bisa memicu timbulnya 'perilaku sakit' seperti insomnia, fatik, gelisah dan
depresi.
Kelima, semua faktor tersebut mungkin saja saling berkaitan dan akhirnya menyebabkan
seseorang jatuh sakit setelah mengalami stres. Mungkin itu sebabnya kadang kita menemui
kasus-kasus sindrom kematian mendadak (sudden death syndrome) yang sangat dramatis,
sehingga stres tergambar sebagai sesuatu yang menakutkan.
Para pakar telah melakukan banyak penelitian untuk mengetahui bagaiamana kaitan antara
stres dan sistem kekebalan tubuh (immune system) sehingga memunculkan bidang baru yang
disebut 'psychoneuroimmunoly'.
Dalam kaitan ini para ilmuwan ini ingin melihat bagaimana faktor-faktor psikologis itu dapat
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan meningkatnya risiko berkaitan
dengan sejumlah penyakit, seperti aids,kanker, artritis dan alergi.
Sistem kekebalan tubuh itu ibarat pasukan yang menjaga tubuh dari unsur luar yang disebut
antigen. Tugas sistem imim ini adalah mendeteksi dan mengindetefikasi antigen.Selain itu,
juga menetralisasi dan menyingkirkan antigen dari tubuh. Sel-sel yang mengerjakan tugas ini
didalam 'lymphocytes' atau limpa. Ketika bakteri menyerang, maka B-lymphocyte akan
melindungi dan menetralisir racunnya. Ketika virus, sel kanker, jamur, parasit muncul di
dalam tubuh, maka T-lymphocyte akan menyerang para penyerbu itu secara langsung.
Seberapa baik sistem kekebalan tubuh itu bekerja disebut 'immunocompetence' yang dapat
diukur dari aktif tidaknya lymphocyte dan kemampuan antibodi menghadapi racun-racun
dalam pemeriksaan di laboratorium.
Banyak bukti telah ditemukan mengenai kuatnya kaitan antara stres dan menurunnya fungsi
kekebalan tubuh. Stres ternyata dapat menurunkan kemampuan sistem imum, sehingga tidak
dapat berfungsi secara baik. Maka, tidak berlebihan jika banyak par ahli menyarankan kita
untuk melakukan banyak rileksasi, belajar menyesuaikan diri dengan keadaan, menerima
kenyataan hidup, dan berbagai cara agar tidak terlalu stres menjalani hidup. (to/snr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar