goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 20 Maret 2010

Tiga Puluh Menit untuk Jantung

eramuslim - Tidak terbantah, olahraga penting untuk menjaga kesehatan jantung.
Sayangnya, masih banyak yang tidak tergerak meluangkan waktu untuk melakukannya.
Padahal cuma butuh waktu 30 menit saja.
Untuk memiliki jantung sehat keinginan saja tidak cukup tanpa niat yang kuat. Hambatan
terbesar justru sering datang dari dalam diri sendiri. Contoh paling gampang, ketika ingin
memulai berolahraga di detik pertama, rasanya tidak mudah. Rasa berat itu lazimnya dialami
oleh orang yang mengaku sebagai manusia modern. Mereka rata-rata mengaku sulit
menyediakan waktu, meski sekadar beberapa menit sehari, khusus untuk berolahraga. Para
pekerja kantoran yang seharian berada di dalam ruangan misalnya. 'Olahraga? Mana sempat?'
begitu biasanya ucap beberapa dari mereka, senada seirama.
Alasannya, selain sudah capek, berbagai tetek-bengek pekerjaan menyita waktu dan tenaga.
Di kota besar macam Jakarta mereka juga kerap terjebak macet dalam perjalanan pergi atau
pulang kantor, sehingga mood untuk berolahraga hilang sama sekali. Aktivitas olahraga pun
tidak lagi menarik, karena tenaga dan pikiran sudah terkuras. Akhirnya, sisa waktu yang ada
dialokasikan untuk bersantai, beristirahat, atau langsung tidur. Maklum, esok hari sudah harus
bangun pagi-pagi lagi, sebelum kembali memulai kesibukan baru.
Pekerja yang bukan orang kantoran pun kerap kesulitan mengatur waktu khusus untuk
berolahraga. "Ah, saya kan sudah kerja keras dengan otot. Rasanya sudah cukup. Tak perlu
lagi mencari keringat tambahan," ujar sejumlah pekerja lapangan.
Bekerja di lapangan, apalagi di tengah terik matahari, memang sudah cukup memancing
keluarnya keringat dari pori-pori badan. "Dalam kondisi basah-basahan seperti itu, masak sih
masih perlu berolahraga lagi?" imbuh mereka kompak. Dengan banyaknya alasan untuk
ngeles atau menghindar, memang tak mudah menggiring diri sendiri untuk disiplin
berolahraga. Bahkan meskipun olahraga itu diembel-embeli 'untuk kesehatan jantung',
keengganan tetap saja muncul. Jadi, metode dan jenis latihannva harus benar-benar tepat,
agar minat berkeringat tetap tinggi. Mau tahu olahraga jenis apa atau latihan bagaimana yang
dianjurkan, agar jantung tetap sehat?
Bagi beberapa orang tidak adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk berolahraga
seringkali menjadi hambatan. Seolah-olah olahraga identik dengan sepatu, peralatan, dan
perlengkapan mahal. Padahal, olahraga untuk jantung sesungguhnya sederhana saja. Cukup
menjalani olahraga yang bersifat aerobik.
Jenis olahraga yang dianjurkan, bukan jenis olahraga prestasi atau yang sifatnya kompetisi,
seperti bulutangkis atau tenis lapangan. Olahraga yang sifatnya kompetisi itu bukan aerobik.
Walaupun olahraganya juga memacu kerja jantung, tapi secara tidak beraturan. Tempo
permainan bisa saja tiba-tiba cepat atau tiba-tiba melambat, karena itu kurang cocok untuk
jantung. Olahraga yang terbaik adalah berjalan kaki, berlari, berenang, bersepeda, atau
senam jantung sehat. Jenis olahraga-olahraga itu masuk kategori olahraga aerobik yang
memacu kerja jantung secara bertahap. Pengertian olahraga aerobik sendiri memang olahraga
yang memacu jantung untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, guna memenuhi
kebutuhan oksigen ke seluruh tubuh.
Jika ingin mendapatkan hasil optimal dan menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan, ada baiknya sebelum melaksanakan olahraga aerobik, periksa kesehatan jantung
dulu. Soalnya, dari pengalaman pernah ada orang yang begitu giat berolahraga untuk
menghindari penyakit jantung, malah kena serangan jantung. Itu mungkin karena suplai
oksigen yang tidak terpenuhi. Suplai oksigen dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi dengan
pas oleh jantung. Oleh sebab itu, dalam olahraga aerobik perlu diperhatikan prinsip 4T, yakni
teratur, terukur, terarah, dan terawasi.
Memeriksakan jantung sebelum berolahraga banyak manfaatnya. Lewat pemeriksaan itu kita
bisa tahu kondisi koroner, saluran pembuluh darah, serta kerja organ jantungnya. Minimal
periksa EKG biasa, plus latihan treadmill. Dari hasil pemeriksaan itu nantinya bisa dibuat
program latihan seperti apa yang cocok. Supaya lebih aman dan manfaat yaug didapat juga
optimal. Soal program latihan, rumus sederhana yang diambil dari hukum Frank-Starling Law
of the Heart. Rumus itu bisa diikuti untuk mengukur porsi latihan. Sebelum berlatih, kita dapat
menentukan target denyut nadi maksimal yang mungkin dicapai ketika latihan.
Target denyut nadi maksimal saat latihan dapat diperoleh lewat hitung-hitungan sederhana,
yakni 220 per menit (target denyut nadi latihan) dikurangi umur. Hasilnya akan menunjukkan
target denyut nadi maksimal. Sedangkan target nadi minimal latihan dihitung dengan cara:
220 per menit (target denyut nadi latihan) dikurangi umur, kemudian dikalikan 85%.
Sebagai contoh, target latihan orang yang berumur 50 tahun. Denyut nadi maksimal
latihannya 220 - 50 = 170 per menit. Kemudian denyut nadi minimal latihannya (220 - 50) x
85% = 144,5 per menit. Dari hasil hitungan itu diperoleh zona latihan, yakni antara 144,5 -
170 denyut nadi per menit. Jadi. untuk mencapai kondisi aerobik, seseorang yang berumur 50
tahun, saat berolahraga denyut nadinya harus lebih dari 144,5 per menit, tapi tidak boleh
lebih dari 170 per menit. Kalau melampaui batas, bisa berakibat kelelahan jantung. Itulah
sebabnya, mengapa olahraga yang terukur dan terawasi itu penting.
Bagaimana dengan durasinya? Ternyata cukup 30 - 60 menit. Jadi. tidak terlalu menyita
waktu. Perlu diingat, sebelum latihan dimulai, sebaiknya melakukan pemanasan atau
peregangan otot terlebih dulu, agar tidak cidera. Juga, agar pertambahan denyut nadi bisa
berlangsung secara bertahap, tidak naik secara drastis. Sedangkan pasca latihan, ditutup
dengan cooling down, atau pendinginan dengan mengatur napas sampai denyut nadinya
normal kembali. Frekuensi latihan juga perlu diperhatikan. Jangan mentang-mentang tubuh
jadi enteng karena olahraga, lantas jadi ketagihan. Bagi pemula, tubuh butuh pemulihan
selama 48 jam.
Sehingga perlu selang dua hari untuk latihan berikutnya. Jadi, jumlah latihan bisa diprogram
tiga kali seminggu misalnya. Lain kalau orang yang sudah terlatih, misalnya seorang atlet
sepakbola. Rasa lelah mereka bisa pulih hanya dalam waktu 24 jam, sehingga bisa setiap hari
melakukan olahraga. Bahkan bagi mereka yang tidak pernah berolahraga sekali pun, anjuran
itu juga berlaku. Sebab, untuk memperoleh kebugaran, olahraganya tidak harus seberat yang
dilakukan atlet.
Pekerja kantoran yang mengaku punya kesibukan seabrek pun masih bisa berolahraga dengan
memanfaatkan waktu selepas jam makan siang. Ketimbang menghabiskan waktu satu jam
untuk mengobrol di kantin atau cafe, mengapa tidak menyempatkan waktu 10 - 15 menit
untuk berjalan kaki di sekitar kantor? Bisa juga, ketika hendak kembali ke ruang kerja, jangan
manjakan diri dengan naik lift. Pilihlah jalan yang lebih memancing keluarnya keringat,
semisal menggunakan anak tangga. Cara ini tentunya harus dilakukan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan. Kalau ruang kantornya di lantai 30, ya cukup menjelajahi anak
tangga sampai lantai 3 atau 4 saja.
Bukan hanya mereka yang tengah memasuki usia produktif yang perlu berolahraga untuk
menjaga kesehatan jantungnya. Manusia lanjut usia dan anak-anak juga perlu melakukan
gerak badan. Bahkan manula yang tidak bisa berjalan atau berdiri sekalipun masih bisa
melakukan senam sambil duduk atau tiduran.
Dengan kata lain, apa pun kondisinya, olahraga tetap dibutuhkan. Menurut dr. Aulia, dengan
cukup olahraga, ketahanan tubuh akan meningkat. Tulang-tulang juga menjadi lebih kuat,
serta proses metabolisme tubuh akan berfungsi dan berjalan dengan baik. Bagi mereka yang
ingin menghindari penyakit jantung sejak dini, olahraga menjadi salah satu solusi terbaik. Jika
peredaran darah berjalan normal, organ jantung akan bekerja sesuai dengan fungsinya.
Beragam gangguan pun enggan datang. Namun sekali lagi, sebaiknya berkonsultasi dulu
sebelum memutuskan melakukan satu jenis olahraga. Apalagi mereka yang sebelumnya sudah
mengidap penyakit, seperti darah tinggi, rasa sakit di dada, napas tersengal-sengal, atau
Anda yang sebelumnya tidak pernah berolahraga sama sekali. (to/kmp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar