goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Obat Kuat Sebabkan Kebutaan

Masa bulan madu pil biru nampaknya bakal berakhir. Bila sebelumnya, pil biru
berhasil mengembalikan rasa percaya diri kaum lelaki dengan penemuannya yang spetakuler.
Kini, malah penemuan itu justru menjadi bencana bagi kaum pria, yakni kebutaan.
Lihatlah bagaimana gemparnya publikasi Viagra ketika berhasil menemukan sebuah obat
mujarab bagi kaum pria yang menderita disfungsi ereksi. Menurut para peneliti dalam sebuah
pertemuan spesialis kesehatan khusus kaum pria, seorang penderita disfungsi ereksi yang
'rajin' mengonsumsi Viagra setiap malam, kemungkinan besar akan kembali normal. Dengan
catatan, si pria mengonsumsinya bukan hanya saat gairah memuncak.
Keberhasilan 'Terapi Malam Hari' membantu meningkatkan fungsi ereksi mungkin disebabkan
oleh efek menguntungkan dari obat ini atas sel-sel endothelium," kata Frank Sommer, MD
pada waktu itu.
Endothelium adalah sel yang melapisi dinding di pembuluh darah. Ereksi terjadi saat
pembuluh darah di penis melebar dan terisi dengan darah. Saat itu Sommer, kepala andrology
di Departemen Urology Universitas Cologne di Jerman, memaparkan temuannya pada
pertemuan the American Urological Association.
Sommer dan para mitra peneliti mempelajari 76 pria dengan masalah disfungsi ereksi minimal
dalam enam bulan. Kelompok pertama mengkonsumsi 50 mg Viagra setiap malam. Kelompok
kedua mengonsumsi 50 - 100 mg Viagra hanya saat mereka menginginkan saja, khususnya
sebelum melakukan hubungan seksual. Para peneliti juga mengikutkan kelompok ketiga yang
terdiri dari para pria dengan disfungsi ereksi namun tak menjalani terapi. Para pria ini rata-
rata berusia 47 tahun.
Setelah 12 bulan mengonsumsi Viagra setiap malam disusul tanpa terapi disfungsi ereksi
selama sebulan, hampir 60% pria dari kelompok pertama mampu kembali ke ereksi normal.
Pada periode enam bulan terakhir tanpa terapi disfungsi ereksi, hampir semua pria di
kelompok pertama mengalami ereksi normal. Ereksi normal ditentukan oleh kuesioner fungsi
ereksi yang diisi oleh para pria ini.
Para peneliti juga mengukur aliran darah menuju penis. Setelah sebulan tanpa terapi disfungsi
ereksi, kelompok pertama mengalami perbaikan bermakna pada aliran darahnya. Namun
demikian, pada kelompok kedua tak ada perubahan berarti pada aliran darahnya, dan pada
kelompok tiga bahkan memburuk.
"Terapi disfungsi ereksi yang dilakukan harian kemungkinan akan membantu menyembuhkan
masalah disfungsi ereksi, dengan mengonsumsi Viagra dalam kurun setahun setiap malam"
jelas Sommer.
"Data ini seharusnya mendorong para peneliti untuk mengeksplorasi masalah ini lebih lanjut,"
tegas John P. Mulhall, MD, dilansir WebMD.
"Ereksi itu bagus untuk penis, dan kemungkinan juga baik bagi kesehatan mental. Menjalani
pengobatan untuk ereksi mungkin bagus juga bagi kesehatan pria secara keseluruhan. Ini
merupakan studi pertama untuk melihat terapi jangka panjang guna memperbaiki fungsi
ereksi pada pria, namun sampelnya terlalu kecil untuk menjawab pertanyaan secara definitif.
Kita butuh studi yang lebih besar sebagai tindak lanjut," kata Muhall, yang tak terlibat dalam
studi.
Muhall adalah seorang profesor dan direktur pengobatan seksual di departemen urology Weill
Medical College of Cornell University dan Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, New York.
Tapi, dalam sebuah penelitian terbaru, periset dari Amerika Serikat mengatakan bahwa tujuh
orang pasien mengalami gejala Non-Arthritic Ischemic Optic Neuropathy (NAION). Itu adalah
gejala-gejala yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara permanen setelah
meminum pil Viagra (sildenafil) untuk mengatasi gangguan ereksi. Jika digabung dengan
beberapa laporan terdahulu, penelitian ini mencatat total 14 kasus sildenafil yang
berhubungan dengan NAION.
"Sebelumnya kita tahu, beberapa pria yang mengonsumsi Viagra mengalami perubahan
penglihatan pada warna yang bersifat sementara. Mereka melihat semua benda berwarna biru
atau hijau," papar Dr. Howard D. Pomeranz dari University of Minnesota di Minneapolis,
Amerika. "NAION merupakan kondisi yang lebih serius karena dapat menyebabkan kebutaan
permanen"
Dr. Pomeranz juga mengatakan, asosasi yang terjadi seperti Viagra dengan gejala NAION
dapat pula disebabkan oleh semua jenis obat ini juga pada penggunaan Cialis (tadalafil).
Diuraikan dalam Journal of Neuro Ophthalmology Maret ini, umumnya pasien mulai mengalami
gejala tersebut 24 jam setelah pemakaian Viagra.
Gejala awal adalah pandangan yang mulai kabur dan meningkat pada kehilangan penglihatan.
Seorang pasien bahkan mengalami masalah pada kedua matanya, dan pada akhirnya hanya
satu mata yang masih berfungsi. Efek terakhir yang akan dialami oleh pasien-pasien ini adalah
tingkat pandangan mata mulai menurun, dari tingkat penglihatan sempurna hingga hanya
dapat melihat cahaya saja.
Semua pasien ini mempunyai tanda-tanda mengidap penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
dan sebagian besar kadar kolesterolnya tinggi. Bahkan, tiga pasien telah mempunyai masalah
pada mata yang dapat meningkatkan risiko mereka terkena NAION.
"Saat ini tidak ada data yang cukup untuk mendukung uji oftalmologik pada setiap pasien
yang memakai Viagra," ungkap Dr. Pomeranz. Dia juga mengatakan, dokter yang meresepkan
obat ini harus hati-hati dengan adanya NAION, dan memeriksa terlebih dahulu pasien-pasien
yang memiliki risiko penyakit jantung.
Wakil dari Pfizer, perusahaan yang memproduksi Viagra, belum dapat dihubungi untuk
memberikan pernyataan atau para peneliti yang mewakili pabrikan raksasa itu pun belum
berani memberi komentar seputar dampak dari pil biru yang sebelumnya mereka gembar-
gemborkan tanpa egek sampingan tersebut. (to/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar