goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Tingkat Hormon Pengaruhi Otak Perempuan

Perubahan tingkat hormon pada saat datang bulan dapat mempengaruhi otak
dan kebiasaan kaum perempuan, demikian hasil penelitian yang disiarkan pada majalah
Nature Neoroscience.
Para peneliti dari Universitas California di Los Angeles mengatakan bahwa temuan itu dapat
mengarah pada cara perawatan baru untuk mengatasi gangguan serius menjelang menstruasi
yang dialami oleh banyak perempuan. Penelitian itu menunjukkan, kaum perempuan
penderita penyakit ayan atau epilepsi menghadapi perubahan 78 persen lebih tinggi dibanding
yang normal pada saat hormon pria progesteron mencapai titik terendah di dalam tubuhnya.
Sekitar lima persen dari seluruh perempuan yang sedang mendapat menstruasi, mengalami
perasaan cemas dan tertekan sekitar seminggu sebelumnya. Hormon perempuan dan laki-laki,
dapat mempengaruhi transmisi isyarat pada otak dan dapat mendorong atau justru
menghambat. Sejauh ini belum terungkap mekanisme molekul mana yang mengatur
perubahan tersebut. Para ilmuwan melihat bahwa urat syaraf pada otak perempuan sangat
tergantung pada siklus bulanannya dan menunjukkan perbedaan sub tipe dari reseptor untuk
kimia otak yang memungkinkan berbagai variasi dari transmisi isyarat itu. Menurut para ahli,
fenomena ini dapat menjelaskan sedikit gejala yang dialami perempuan ketika menstruasi.
Sementara itu, riset pada klinik disfungsi seks di Amerika Serikat menyimpulkan, pemakaian
kontrasepsi oral mungkin akan menyebabkan kehilangan libido (gairah seks) secara
permanen, meskipun seorang wanita telah menghentikan pemakaian pil. Sudah sejak lama
diketahui, sebagian besar wanita menderita pengurangan libido saat menggunakan pil, tetapi
studi yang disiarkan dalam New Scientist merupakan yang pertama yang menyatakan
dampaknya akan permanen.
"Ada kemungkinan hal itu (pengurangan libido) akan mempengaruhi wanita selama
hidupnya," kata Periset terkemuka, Irwin Goldstein kepada jurnal ilmiah AS itu.
Tim pimpinan Goldstein dan Claudia Panzer dari Universitas Boston di Massachusetts itu
mempelajari 125 wanita muda, dimana 62 orang di antara mereka menggunakan pil, 40 orang
menggunakan pil tetapi menghentikannya, dan 23 orang tidak pernah menggunakan
kontrasepsi oral. Pil tersebut diketahui mengurangi tingkat testosterone, suatu hormon yang
dikaitkan dengan penggairahan seks baik wanita maupun pria. Terlepas dari mengurangi
libido, pil tersebut juga dikaitkan dengan pencapaian atau tidak tercapainya orgasme dan
hubungan seks yang menyiksa.
Kontrasepsi oral juga menaikkan tingkat hormon seks yang mengikat globulin (SHBG), yang
menghalangi efek testosterone. Tim Boston itu mengukur tingkat SHBG dalam wanita. Mereka
menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil tersebut mempunyai tingkat tujuh kali dari
wanita yang tidak pernah menggunakan kontrarepsi oral. Mereka juga menemukan, tingkat
SHBG dalam wanita yang sebelumnya menggunakan pil tetapi kemudian menghentikannya,
tingkat SHBG-nya tiga sampai empat kali lebih tinggi daripada mereka yang tidak pernah
menggunakan pil itu. Padahal, menurut perkiraan sekitar 100 juta wanita di seluruh dunia
diduga menggunakan pil kontrasepsi itu.(to/dpa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar