goresan hidup seorang biduan

Minggu, 21 Maret 2010

Mau Bugar, Minum Madu

eramuslim - Banyak cara untuk bugar. Cara terbaik tetap dengan olahraga yang teratur.
Sebagai suplemen, minumlah madu. Karena madu merupakan makanan istimewa untuk
kebugaran dan kesehatan tubuh.
Madu ternyata, tidak hanya nikmat diminum. Si kental manis asam ini juga baik untuk
kesehatan tubuh pengonsumsinya. Bahkan, ia sudah mulai dilirik sebagai bahan obat.
Padahal, sebenarnya madu merupakan cadangan pakan bergizi tinggi bagi anak-anak lebah.
Wajar kalau kemudian madu dimasukkan ke dalam kelompok bahan makanan bergizi oleh
manusia.
Madu merupakan cairan alami yang enak dan manis. Madu juga dinilai sebagai makanan
istimewa untuk kebugaran tubuh. Bahkan, mampu menjaga lestarinya kemampuan seksual
seseorang. Menurut sumber kepustakaan, setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai
kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,575 l susu, atau 1,680 kg daging.
Sejak ribuan tahun lalu, madu sudah dikenal sebagai sumber pakan berkhasiat. Khasiat madu
amat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi. Yakni fruktosa 41%, glukosa 35%,
dan sukrosa 1,9%. Serta unsur kandungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai
enzim pencernaan. Lalu ada vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, antibiotika, dan lainnya.
Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang manis itu berbeda
dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat diproses langsung menjadi glukogen,
sedangkan gula harus diproses terlebih dulu oleh enzim pencernaan di usus. Dengan
demikian, tubuh manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan
gula pasir. Dari beberapa hal itu, rasanya bisa disimpulkan kalau madu bisa memberikan
manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam penggunaan sehari-hari, selain diminum dan dicicipi langsung, madu biasanya dipakai
dalam industri susu bubuk, pabrik jamu, juga industri bahan makanan, misalnya untuk
campuran roti, kue-kue, dan lainnya. Termasuk pula sebagai salah satu bahan makanan
dalam kaleng, sirup, dan sebagainya.
Sayangnya, konsumen umumnya masih buta tentang mutu madu yang baik. Apalagi berbagai
kemasan madu yang ada di pasaran jarang mencantumkan kandungan apa saja yang terdapat
pada madu dalam botol itu. Seandainya dicantumkan pada kemasan, tetap saja sulit untuk
mengetahui benar tidaknya kandungan 11 unsurnya, sebagai parameter yang ditentukan
dalam Standar Industri Indonesia atau SII 0156-86.
Penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Balai
Besar Penelitian dan Industri Hasil Pertanian Bogor pada 1991 menyimpulkan, mutu madu
produksi Indonesia, umumnya masih berada di bawah ketentuan SII. Lebih mengejutkan lagi,
hasil penelitian yang dilakukan Laboratorium FMIPA Universitas Brawijaya Malang pernah
menyimpulkan bahwa mutu madu produksi petani peternak secara umum, lebih baik
dibandingkan dengan madu yang dijual di toko-toko, dengan segala kemewahan merek dan
kemasannya.
Di sinilah perlunya peran para ahli untuk memberikan berbagai syarat madu yang memenuhi
standar secara jelas dan ringkas, sehingga mudah diserap masyarakat luas. Di lain pihak perlu
adanya itikad baik dan kejujuran dari para produsen serta penjual madu, sehingga berbagai
macam madu yang beredar di pasaran tidak membingungkan kualitasnya.
Dalam perkembangan lebih lanjut, manusia menemukan produk lebah yang lebih hebat
dibandingkan dengan madu, yaitu royal jelly alias susu ratu. Dalam beberapa penelitian, royal
jelly memberikan petunjuk, katanya bisa menggantikan sel-sel tubuh yang mati, serta
memelihara kebugaran tubuh. Juga disebut-sebut, lagi-lagi katanya mampu mempertahankan
keperkasaan lelaki. Bahkan, beberapa ahli lebah madu di Eropa kini kabarnya sedang meneliti
kemungkinan royal jelly untuk mengobati penderita leukemia, kanker, dan AIDS.
Madu konon bisa menggantikan antibiotika bagi pasien pengidap kanker, juga menyembuhkan
efek sampingan prosedur kuratif, dan obat rematik. Sedangkan venom atau racun lebah dapat
untuk mengobati prostatitis kronis dan wasir. Juga dapat merehabilitasi pasien berpenyakit
jantung, penyakit kulit, tukak lambung, luka bakar, dan sebagainya.
Dalam suatu seminar internasional di Swis, tahun 1995, para peneliti dan ahli apiterapi juga
ahli farmasi menyatakan dirinya siap bekerja sama secara internasional, untuk
mengembangkan produksi obat-obatan dari produk lebah madu dan royal jelly.
Royal jelly yang disebut susu ratu, sebenarnya bukan susu. Apalagi madu yang dihasilkan
sang ratu lebah. Itu sebetulnya bahan makanan khusus untuk ratu lebah. Diduga karena
terus-menerus makan royal jelly, queen bee itu bisa berumur antara 5 - 6 tahun.
Sejak 1922, seorang peneliti dari Prancis telah merekomendasikan royal jelly untuk
pengobatan. Meski begitu sampai saat ini berbagai unsur yang terkandung di dalamnya belum
bisa diketahui seluruhnya. Royal jelly yang manis agak kecut tetap merupakan misteri yang
menggoda para ilmuwan.
Selebihnya, masih banyak laporan penelitian tentang berbagai produk lebah yang
menunjukkan hasil positif untuk pengobatan, baik setelah mengonsumsi madu, tepung sari
atau polen, maupun royal jelly. Sayangnya, kenyataan itu sulit diterima organisasi kesehatan
dan perguruan tinggi kedokteran di beberapa negara dengan alasan kurangnya bukti ilmiah.
Setidaknya, begitulah antara lain pernyataan pakar apiterapi dari Jerman. (to/intsr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar