goresan hidup seorang biduan

Minggu, 21 Maret 2010

Tips Tetap Sehat dan Produktif di Kantor

Apakah tata letak dan ruang kerja anda di kantor sudah cukup nyaman untuk
menunjang penyelesaian tugas-tugas rutin anda? Bila tidak, berhati-hatilah, karena anda bisa
terserang 'Repetitive Strain Injury'.
Bukan cuma 'sick building syndrome' yang sering menimpa para pekerja kantor di gedunggedung
yang tertutup rapat. Risiko-risiko lain pun mengintip kesehatan mereka. Sakit
punggung, encok, mata pedih, pergelangan tangan ngilu, kesemutan, otot kaku, dan
sebagainya. Selain gara-gara kebiasaan salah yang dilakukan berulang-ulang, kemungkinan
juga sarana pendukung pekerjaan atau perangkat kerja yang kurang tepat.
Meski bukan tipe pemanja yang mudah mengeluh, sekali-sekali anda tentu pernah merasakan
tidak enak badan. Sakit punggung, mata pedih dan terus menerus mengeluarkan air mata.
Merasakan seluruh otot dan urat badan kaku dan mengencang, sakit atau merasa tidak
nyaman. Tangan, pergelangan tangan, jari, lengan dan siku terasa sakit seperti terbakar.
Adakalanya tangan perih, dingin, ataupun kebas (kesemutan), dan kehilangan kekuatan dan
koordinasi. Ketika terjaga tengah malam, badan satu sakit semua disertai pegal-pegal. Ingin
rasanya segera memijat tangan, pergelangan, dan lengan.
Kalau muncul gejala sakit seperti itu, jangan anggap remeh. Coba dengarkan keluhan
punggung anda, juga keluhan bagian tubuh lainnya. Siapa tahu punggung anda memang
sedang mengalami masalah? Atau, barangkali anda terserang 'Repetitive Strain Injury' (RSI).
Biang keladinya, karena gerakan fisik yang salah berulang-ulang dan terus menerus dalam
jangka panjang. Misalnya, selama bekerja di kantor. Akibatnya terjadi kerusakan urat, otot,
saraf, dan jaringan lunak lain.
Kegiatan yang selalu melibatkan keyboard dan mouse ini dapat menimbulkan cedera urat
tangan, lengan dan bahu. Bisa dibayangkan, berapa ribu kali jari-jari tangan mengulang
gerakan memukul tuts keyboard ketika sedang mengetik, misalnya. Apalagi tangan sambil
mencengkeram dan menggeser-geser mouse. Lambat laun, tanpa disadari bisa terjadi
akumulasi kerusakan pada badan secara keseluruhan.
Sesungguhnya semua risiko yang dialami para pekerja kantoran bukan semata-mata faktor
kecerobohan - misal kurang memperhatikan posisi duduk yang benar. Namun bisa jadi
disebabkan sarana kerja (meja kursi, komputer, lampu penerang ruangan) kurang
mendukung kenyamanan dan kesehatan. Sebutlah, sakit pinggang jangan-jangan karena
tempat duduknya tidak memberi kenyamanan tulang belakang. Atau, penataan perangkat
komputer yang kurang tepat.
Apalagi seharian (setidaknya delapan jam sehari - itu kalau tidak lembur) hanya duduk,
sementara indera penglihatan terus melototi layar komputer dan jari-jari tangan sibuk
memencet tuts keyboard. Karenanya sarana penunjang kerja perlu mendapat perhatian, tidak
saja dari segi keselamatan, tapi juga kenyamanan dan kesehatan.
Perlu dicatat, saat mengetik ambil posisi duduk tegak, tidak bersikap loyo atau lesu. Untuk
urusan ini, sekarang sudah banyak dipasarkan model kursi ergonomis yang gampang disetel
sandarannya sehingga menawarkan kenyamanan. Sikap duduk yang benar dan model kursi
yang tepat membantu mengatasi masalah ini. Soalnya keluhan pada punggung umumnya
berkaitan dengan otot tulang belakang. Yang artinya ada faktor ergonomi berperan dalam
sindrom itu.
Duduk bisa mengurangi rasa penat, memang benar. Tetapi kalau dilakukan dalam jangka
waktu lama dan posisi statis, justru bisa menimbulkan gangguan pada leher, bahu, punggung,
dan lengan. Alias RSI itu tadi.
Kenapa bisa begitu? Karena pada sikap kerja statis terjadi kontraksi otot yang kuat dan lama
tanpa cukup kesempatan pemulihan, dan aliran darah ke otot terhambat. Akibatnya, timbul
rasa lelah dan nyeri pada otot tubuh. Yang paling sering dialami adalah rasa sakit, pegal pada
bagian belakang tubuh hingga leher, yang disebut juga varicose veins. Oleh karena itu, perlu
menerapkan duduk dinamis, yaitu sesering mungkin mengubah posisi pada saat duduk.
Gejala RSI atau juga disebut 'Cumulative Trauma Disorder' bisa terjadi gara-gara posisi tubuh
kurang rileks. Ada tekanan terhadap urat dan saraf tangan, pergelangan tangan, lengan dan
pundak, serta leher. Kurang selingan istirahat ketika mengetik misalnya, apalagi terlalu
terforsir dijamin menimbulkan risiko kesehatan.
Upaya pencegahannya, pertama-tama posisi tubuh saat duduk dan teknik mengetik mesti
benar. Begitu pula penataan (posisi) sarana kerja harus benar. Tak ada salahnya memang
memilih sarana bekerja yang enak dipakai (ergonomis). Namun, tetap saja kebiasaan bekerja
secara baik dan benar lebih penting sebagai pencegahan ketimbang harus menyediakan
perlengkapan yang ergonomis. Baik sarana duduk (kursi), keyboard, atau penyangga
pergelangan tangan.
Untuk posisi monitor, disarankan lebih rendah dan agak jauh dari posisi mata. Kursi dan
keyboard diatur sedemikian rupa hingga posisi paha dan lengan sejajar (boleh sedikit
menggantung), pergelangan tangan lurus dan sejajar (tidak menekuk ke bawah atau terlalu
jauh ke belakang). Bila memungkinkan, posisi keyboard 2,5 - 5 cm di atas paha. Jika posisi
meja terlalu tinggi, sebaiknya keyboard ditaruh di atas pangkuan.
Pengaruh monitor (video display unit/VDU) terhadap kesehatan mata, masih menjadi
perdebatan. Pemakai VDU pada umumnya mengeluhkan tekanan pada mata, nyeri otot leher,
sakit pundak dan pinggang. Tapi berdasarkan penelitian di Inggris, tidak ada kerusakan
permanen pada mata gara-gara VDU, kecuali nyeri sementara pada mata.
Keluhan itu pun masih ditentukan oleh tipe pekerjaannya, monoton atau bervariasi, nonstop
atau diselingi istirahat. Keluhan pun akan berkurang bila posisi duduk dan pencahayaan
diperhatikan. Jumlah radiasi gelombang yang diterima pengguna VDU selama 8 jam/hari
sebenarnya hanya 0,5% dari jumlah radiasi yang diterima dari sumber lain. Kalau masih
merasa belum aman tak ada salahnya memasang kaca penahan radiasi sebagai perisai
tambahan.
Selain harus duduk pada posisi tegak, jangan pula meregang ke depan untuk mencapai
keyboard atau membaca tulisan di layar monitor. Keadaan demikian justru akan menciptakan
masalah.
Begitu pun posisi tubuh "sempurna" dapat bermasalah bila dilakukan secara kaku dan terus
menerus dalam jangka panjang. Karenanya disarankan untuk rileks, juga sering-seringlah
bergerak dan mengubah posisi (duduk dinamis).
Ini bukan cuma berlaku untuk tangan dan lengan, tapi juga pundak, punggung, dan leher.
Begitu pula saat mengetik, pergelangan tangan hendaknya tidak ditekuk ke atas, ke bawah,
atau ke samping. Sedikit memutar-mutar tangan bisa sebagai gantinya istirahat pergelangan
tangan. Begitu ada kesempatan berhenti mengetik sejenak, istirahatkan tangan di atas
pangkuan atau di sisi samping anda ketimbang ditumpangkan di atas keyboard.
Begitu pun ukuran font (huruf) sebaiknya tidak terlalu kecil supaya mudah terbaca. Sehingga
tak perlu membungkukkan badan ke depan monitor setiap kali membaca teks. Juga
melunakkan tekanan pada saraf dan pembuluh darah di leher dan pundak. Selain ukuran teks
dokumen jelas, juga pergunakan warna yang teduh (abu-abu) dan mudah terbaca oleh mata.
Lagi-lagi perbanyak istirahat dan rileks.
Sesuai dengan namanya, fungsi lampu adalah untuk menerangi ruangan. Selain juga
memberikan nuansa dekoratif. Untuk fungsi dekoratif, lantas perlu memilih lampu yang
selaras dengan desain interior. Namun sebagai sarana penerang, lampu tentu saja harus
terang.
Apa pun bentuknya, pilihlah lampu yang cahayanya cukup terang untuk menerangi hurufhuruf
tulisan. Selain itu juga tidak bikin mata silau dan pedih. Untuk ruang kerja, lazimnya
digunakan lampu neon. Selain cahayanya terang, juga bisa mengirit anggaran. Tapi, omongomong
tentang cahaya, pernah ada laporan (tahun 1996), makin terang cahaya lampu
ruangan, makin sering karyawan mengeluh lesu, lelah, dan sakit kepala.
Untuk mengurangi ketajaman sinar yang memedihkan mata, perlu lampu tambahan. Manfaat
lainnya, cahaya lampu utama bisa tersebar. Sementara penempatkan lampu tak langsung
yang tidak terlalu terang akan mengurangi ketegangan mata.
Selain kriteria terang, tata letak lampu mesti diperhatikan. Lampu penerang sebuah gedung
perkantoran biasanya sudah terpasang permanen. Kalau demikian adanya, yang mesti
dilakukan ya mengatur posisi meja kerja.
Posisi meja kerja mestinya tidak berada persis di bawah titik lampu. Kenapa? Karena sinar
lampu dari atas langit-langit tepat di atas meja kerja menimbulkan bayangan pada halaman
buku, koran atau majalah yang tengah dibaca. Jadi posisi lampu demikian tidak tepat untuk
membaca. Posisi lampu hendaknya di belakang agak ke samping, untuk menghindari timbul
bayangan pada halaman buku yang dibaca.
Tata letak AC dalam ruang kantor umumnya sudah menetap. Kalau penghuni kantor ingin
memilih posisi meja kerja yang tak langsung ter-sentor angin AC, ya mesti mengatur diri.
Apalagi bagi yang tak tahan AC, salah-salah justru bisa bikin badan meriang. Desain interior
dan tata ruang boleh menjadi urusan perancang interior. Tapi soal tata letak meja kerja ya
mesti menjadi urusan diri sendiri, bagaimana baiknya supaya tetap sehat dan produktif!
(to/ints)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar