goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Menjaga Saraf Tetap Sehat

Melakukan aktifitas yang berlebihan menyebabkan kelelahan yang berlebihan
pula, tidak hanya pegal-pegal yang dirasakan, tapi juga kram otot dan kesemutan. Ini
merupakan sinyal bahwa tubuh tengah kekurangan vitamin neurotropika.
Keluhan yang terjadi di kaki dan punggung memang tidak nyaman. Karena bisa menganggu
aktifitas, apalagi seseorang itu banyak melakukan kegiatan di lapangan. Sungguh amat
menyiksa. Padahal, keluhan itu merupakan manifestasi gejala dari gangguan ringan, seperti
akibat sikap badan yang kurang tepat saat bekerja, cemas, tegang, depresi. Bisa juga karena
tubuh mengalami kekurangan vitamin neurotropika, yang terdiri atas vitamin B1, B6, dan B12.
Pegal-pegal dan ngilu itu disebabkan oleh ketegangan otot-otot leher, bahu, dan kaki akibat
salah postur saat bekerja atau beban yang berlebihan pada kaki. Sikap tubuh yang salah
waktu mengangkat benda berat misalnya, terlalu lama berdiri, atau habis mengendarai
kendaraan bermotor dalam waktu lama.
Timbulnya pegal-pegal, ngilu, dan kaku bisa disebabkan oleh beberapa hal. Beban yang terlalu
berat pada bagian tubuh tertentu bisa jadi penyebab utama. Adanya penekanan, jeratan,
maupun gesekan, atau disebut unsur mekanik, juga memberi peluang terjadinya keluhan tadi.
Unsur non-mekanik di sini adalah infeksi, intoksikasi, proses imunologik, dan kemungkinan
defisiensi vitamin B dan B kompleks atau neurotropika. Kita tahu bahwa jenis vitamin ini
bermanfaat untuk menjaga kesehatan fungsi saraf.
Pola makan buruk dan penurunan daya serap tubuh menyebabkan terjadinya defisiensi
vitamin neurotropika. Penurunan daya serap ini biasa dialami oleh mereka yang berusia 35
tahun ke atas.
Komponen pokok bagi penyediaan energi atau tenaga untuk gerak tubuh adalah glukosa (zat
gula) dan karbohidrat. Dalam proses biokimia terjadi pemecahan glukosa. Vitamin B berperan
penting sebagai katalisator untuk mengubah glukosa menjadi energi.
Jika pasokan vitamin B kurang, tentu proses itu tidak bisa berlangsung lancar. Akibatnya,
energi yang dihasilkan tentu tidak maksimal. Aktualisasi dari keadaan itu adalah rasa mudah
lelah, juga timbulnya keluhan fisik berupa pegal-pegal dan kaku sesaat setelah bangun tidur,
terutama di bagian kaki.
Vitamin B juga dikenal sebagai penjaga nafsu makan serta pencegah anemia (kurang darah)
dengan membentuk sel darah merah. Bila tubuh kekurangan vitamin B, otomatis jumlah sel
darah merah pun bakal berkurang. Gejala yang mudah diamati dari anemia antara lain
kelelahan, kehilangan nafsu makan, diare, dan murung.
Sementara itu, vitamin B12 memiliki hubungan langsung dengan daya tahan tubuh karena
berfungsi sebagai koenzim penting untuk sintesa DNA yang mengontrol pembentukan sel-sel
baru. Vitamin ini juga sangat penting guna mencegah kerusakan sistem saraf dengan
membantu pembentukan myelin. Karena peran pentingnya bagi kesehatan saraf itulah,
vitamin B12 bersama vitamin B1 dan vitamin B6 disebut vitamin neurotropika.
Kecukupan vitamin neurotropika akan membantu memelihara keutuhan dan kesehatan saraf,
sehingga antaran rangsangan atau simpul-simpul ke pusat kendali tubuh dan otak akan
bekerja maksimal. Jika yang terjadi sebaliknya tentu akan mempengaruhi kerja sistem saraf,
terutama di otak.
Otak bersama sistem saraf secara alami menyediakan mekanisme pengendalian atas kegiatan
sadar manusia (contohnya berpikir dan gerak seluruh anggota tubuh), juga kegiatan tak sadar
(bernapas dan mencerna makanan). Saraf juga mencatat rangsangan seperti temperatur dan
rasa nyeri, pegal-pegal, serta kaku.
Jelasnya, di otak itulah terletak pusat ingatan, pengontrol nafsu makan, pengatur fungsi
mental, suasana hati, gerak tubuh, serta siklus tidur dan bangun. Karena itu pula,
menurunnya daya tahan tubuh, termasuk kemampuan gerak, menjadi salah satu indikasi
adanya defisiensi vitamin B.
Sumber alami vitamin neurotropika mudah dijumpai dalam makanan sehari-hari, di antaranya
padi-padian (beras merah, gandum) termasuk sereal dan roti, sayur berdaun hijau, dan
kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai, dan lain-lain). Selain itu
sediaan vitamin B juga banyak terdapat pada hati ayam dan sapi, telur, ragi, dan hasil olahan
kedelai (tempe, tahu, susu).
Dengan pola makan yang benar, yakni mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tubuh akan
mendapatkan nutrisi yang cukup. Itu artinya setiap kali makan kita harus menyantap
makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (karbohidrat yang mengandung serat dan
zat gizi lainnya), vitamin serta mineral, protein, juga lemak. Tentu saja semua dalam jumlah
yang cukup, sesuai kebutuhan tubuh.
Sayang sekali saat ini tak mudah untuk mendapatkan makanan segar alami yang berkualitas
tinggi. Proses penanaman, pemanenan, penyimpanan, perlakuan saat pengolahan, dapat
menyebabkan berkurangnya kandungan gizi dalam bahan pangan.
Jadi, meskipun Anda sudah menjalankan pola makan yang benar, masih ada kemungkinan
untuk mengalami defisiensi vitamin maupun mineral. Khusus pada lansia, secara alami
tubuhnya akan mengalami penurunan dalam penyerapan vitamin dan mineral, sehingga
berisiko mengalami defisiensi.
Pada kondisi-kondisi semacam itu, penggunaan suplemen vitamin dapat dipertimbangkan.
Menurutnya, suplemen akan efektif jika seseorang memang membutuhkan, sebagai pelengkap
atau mengatasi kekurangan akibat asupan vitamin dari makanan alami tidak
terpenuhi.(to/snr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar