goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Handphone Bisa Merusak Sperma

Berhati-hatilah kaum pria, apalagi yang tak bisa berlama-lama lepas dari
telepon genggam miliknya, penelitian terbaru menyebutkan peralatan komunikasi canggih ini
bisa merusak sperma.
Kalau Anda jenis orang yang suka menyimpan telepon seluler (ponsel) di saku celana, atau
dimasukkan dalam sarung kecil kemudian digantung di pinggang, maka jumlah sperma Anda
bisa berkurang hingga 30 persen.
"Radiasi yang dipancarkan ponsel berpengaruh negatif terhadap produksi sperma, dan
kesuburan pria," kata Dr. Imre Fejes dari Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas
Szeged, Hungaria, yang akan melaporkan hasil penelitiannya dalam konferensi The European
Society of Human Reproduction and Embryology (ESHRE) di Berlin, Jerman.
Dalam penelitiannya, Dr. Fejes dan timnya menganalisa sperma 221 pria, dan mengamati
perilaku mereka dalam menggunakan ponsel. Para ilmuwan ini menemukan adanya korelasi
positif antara penggunaan ponsel, bahkan jika hanya di set dalam posisi standby dengan
berkurangnya kualitas dan kuantitas sperma.
Namun, Fejes mengatakan masih diperlukan penelitian lanjutan untuk memastikan hasil
penelitian ini. Keraguan pertama datang dari Profesor Hans Evers, mantan pimpinan ESHRE,
yang mengatakan hasil penelitian Fejes menarik, tetapi jauh dari meyakinkan.
"Para peneliti tampaknya tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi
hasil penelitian," kata Evers yang bekerja di the Academic Hospital, Maastricht, Belanda.
Menurutnya, faktor-faktor lain seperti tingkat stres, pengaruh alkohol, jenis pekerjaan,
termasuk kebiasaan merokok para pria yang menjadi obyek penelitian ini, punya adil besar
dalam menentukan kualitas dan jumlah sperma.
"Masalah infertilitas pria memang meningkat dalam sepuluh tahun terakhir, jauh sebelum
penggunaan ponsel meluas. Banyak faktor yang berperan dalam masalah ini," kata Dr Michael
Clark dari Britain's National Radiological Protection Board.
Sementara itu, merujuk penelitian lembaga tersebut tentang pengaruh paparan gelombang
radio yang dipancarkan ponsel terhadap kesehatan manusia, menunjukkan hasilnya aman-
aman saja.
"Namun, mengingat saat ini ponsel digunakan secara luas di seluruh dunia, maka riset
lanjutan yang lebih mendalam sangat diperlukan," lanjut Dr Clark.
Bahaya penggunaan ponsel bagi kesehatan manusia memang beberapa kali dikemukakan.
Antara lain teori yang menghubungkan penggunaan telepon genggam dengan penyakit
kanker, termasuk kanker otak, meningioma, neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan
kanker kelenjar ludah. Namun, sejauh ini tidak ada bukti yang konsisten ditemukan.
Temuan teranyar menunjukkan, gelombang radio yang dipancarkan telepon genggam
merusak struktur DNA, namun dengan catatan, hal itu terjadi dalam kondisi di laboratorium.
Sayangnya, penelitian yang dilakukan selama 4 tahun oleh 12 lembaga riset dari 7 negara di
Eropa itu belum sempurna betul. Para peneliti belum berani menarik kesimpulan secara tegas
bahwa telepon genggam berbahaya bagi kesehatan. Mereka menyatakan dibutuhkan
penelitian lanjutan 4 - 5 tahun lagi untuk memastikan pengaruh radiasi telepon genggam
terhadap kerusakan struktur DNA manusia dan hewan di luar laboratorium.
Sesungguhnya temuan itu bukan hal baru. Awal tahun 1996, penelitian yang dilakukan di
University of Washington, Seattle, menemukan EMR dalam bentuk energi gelombang mikro
rendah (seperti yang dihasilkan ponsel) terbukti dapat merusak DNA.
Kala itu, penemuan tersebut diragukan sejumlah ahli di bidang industri, termasuk Ketua EMC
Bioeffect Review Committee Group untuk GSM MoU, Dr. John Causebrook. Direktur Strategic
Issues pada perusahaan Motorola juga ikut menegaskan, belum ada bukti ilmiah tentang EMR
sebagai penyebab penyakit.
Sama seperti sebelumnya, kali ini, pihak industri telepon genggam yang perputaran uangnya
mencapai 100 bilyun dolar per tahun juga menolak hasil penelitian tersebut. Mereka
mengatakan sama sekali tidak ada bukti meyakinkan perihal kerusakan DNA akibat radiasi
elektromagnetik.
Proyek penelitian yang dikoordinir kelompok riset Jerman "Verum", mencoba mempelajari efek
radiasi telepon genggam terhadap sel-sel tubuh manusia dan binatang di laboratorium.
Setelah terpapar gelombang elektromagnetik seperti yang dipancarkan telepon genggam, sel-
sel tubuh menunjukkan adanya kerusakan yang cukup signifikan. Mutasi sel-sel ini bahkan
bisa menyebabkan kanker.
Pancaran radiasi yang digunakan dalam penelitian ini berada pada level 0,3 - 2 Watt/kilogram.
Sementara kebanyakan telepon genggam memancarkan sinyal radio atau SAR (Specific
Absorption Rate) antara 0,5 - 1 Watt/kilogram.
SAR adalah ukuran rata-rata penyerapan energi radio dalam jaringan tubuh manusia. Batas
maksimal SAR yang direkomendasikan the International Comission of Non-Ionizing Radiation
Protection adalah 2 Watt/kilogram.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, dampak gelombang elektromagnetik tegangan
tinggi atau ponsel tidak berbahaya asal pancarannya kecil. Tapi seberapa ukuran pancaran
kecil itu, tidak cukup jelas diterangkan. Sama tak jelasnya untuk mengukur pancaran sekecil
apa yang aman dan penggunaan berapa lama yang tidak aman.
Meski belum ada kepastian terhadap hasil penelitian ini, pimpinan proyek penelitian Franz
Adlkofer menyarankan tindakan pencegahan dengan menganjurkan penggunaan telepon
genggam hanya dalam keadaan darurat saja. Artinya, kalau di sekitar Anda tersedia telepon
biasa sebaiknya Anda menghindari memakai telepon seluler. Atau, menggunakan peralatan
hands-free kapan saja memungkinkan.
"Kami tidak ingin membuat Anda panik, tetapi sebaiknya Anda melakukan tindakan
pencegahan," ujar Adlkofer.
Sayangnya, tak satu pun 6 vendor telepon seluler terbesar dunia merespon hasil-hasil
penelitian tersebut. Boleh saja para ahli mengingatkan bahayanya gelombang
elektromagnetik, namun hampir selalu ditanggapi produsen dengan statement, "Aman-aman
saja." (to/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar