goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Waspadalah, Gorengan Dapat Memicu Kanker

Makanan gorengan ternyata bukan hanya meningkatkan kadar kolesterol darah
serta menyebabkan terjadinya peningkatan risiko terkena stroke dan penyakit jantung
koroner. Tapi, juga dapat memicu kanker.
Hampir setiap orang menyukai makanan gorengan, seperti kentang, pisang, ubi, tempe, dan
tahu goreng. Makanan jajanan ini, semakin sedap rasanya jika dikonsumsi saat masih dalam
keadaan panas. Mendapatkannya juga sangat mudah, mulai dari pinggir jalan hinga mal. Itu
sebabnya kita kerap membawanya ke rumah, sebagai makanan ringan di sore hari, sambil
minum kopi atau teh manis. Namun, kebiasaan menyantap makanan gorengan untuk
sementara waktu harus dikurangi atau paling tidak perlu diwaspadai. Sebab, kebiasaan ini
mengandung risiko buruk bagi kesehatan.
Eden Tareke dan kawan-kawan, peneliti dari jurusan kimia lingkungan Universitas Stockholm,
Swedia, memaparkan hasil penelitiannya bertajuk Analysis of Acrylamide, a Carsinogen
Formed in Heated Foodstuffs yang dimuat di majalah ilmiah Agricultural and Food Chemistry
edisi Juli 2002. Masyarakat dunia pun gempar dibuatnya.
Hasil penelilian yang didanai Dewan Riset Swedia untuk lingkungan dan Ilmu Pertanian ini,
menunjukkan bahwa makanan yang kaya karbohidrat, seperti kentang yang mengalami
penggorengan, dapat merangsang pembentukan senyawa karsinogenik (pemicu kanker)
bernama akrilamida.
Hampir 100 jenis makanan gorengan yang lazim disantap manusia di jagad raya ini, antara
lain roti-rotian, biskuit, ikan, hingga daging. dinyatakan positif mengandung akrilamida.
Makanan gorengan yang menjadi andalan restoran cepat saji (fast food) seperti keripik
kentang (potato chip) dan kentang goreng (french fries) disebut-sebut sebagai yang paling
buruk karena kandungan akrilamidanya lebih banyak.
Lalu, patutkah menjadi panik dengan informasi yang membuat heboh ini, sehingga
memantang segala jenis makanan gorengan, khususnya keripik kentang dan kentang goreng?
Apa itu akrilamida? Akrilamida termasuk salah satu senyawa kimia berbahaya yang kini
diduga memiliki potensi kuat sebagai mesin pemicu kanker.
Penelitian terhadap tikus percobaan menunjukkan bahwa senyawa yang satu ini menimbulkan
tumor, merusak DNA alias materi genetika, merusak saraf, mengganggu tingkat kesuburan,
dan mengakibatkan keguguran. Secara umum sifat akrilamida (2-propenamide) adalah tidak
berwarna dan tidak berbau dengan berat motekul 71. Senyawa ini berupa kristal putih,
meleleh pada suhu 84,5 derajat Celsius, dan mendidih pada suhu 125 derajat.
Senyawa yang larut dalam air, aseton dan etanolini, pada proses pembakaran menghasilkan
zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, seperti amonia, karbon monoksida, dan nitrogen
oksida (Friedman, 2003). Kini yang menjadi pertanyaan, berapa dosis minimum akrilamida
yang bisa ditoleransi tubuh manusia?
Hingga sekarang belum ada jawaban yang memuaskan untuk itu. Namun, masyarakat Uni
Eropa dan organisasi kesehatan PBB (WHO) menetapkan standar maksimum akrilamida pada
air minum 0,5 mikrogram per liter. Pada kadar itu, saluran pencernaan mampu menyerap dan
mengeluarkannya dari tubuh melalui urin dalam beberapa jam kemudian.
Dosis tinggi akrilamida pernah dilakukan uji toksisitas. Hasil yang diperoleh adalah dosis
antara 800 - 2.700 mikrogram per hari bagi orang dewasa merupakan yang terendah, tapi di
sisi lain sudah mampu meningkatkan mutasi gen pada tikus percobaan.
Penelitian yang dilakukan Eden Tareke dkk. menemukan bahwa bahan pangan yang tidak
mengalami proses penggorengan atau pemanggangan ternyata hanya mengandung senyawa
akrilamida dalam jumlah yang amat sedikit, sehingga tak menimbulkan keraguan untuk
menyantapnya. Demikian juga penelitian tidak menemukan senyawa ini pada pangan mentah
dan makanan rebusan atau kukus.
Sementara itu, kentang goreng mengandung senyawa akrilamida yang amat tinggi, yakni
2.500 mikrogram pada suhu penggorengan 220 derajat Celsius. Dengan kandungan sebesar
ini patut diwaspada! Jika setiap hari menyantap akrilamida yang berasal dari kentang goreng,
lama kelamaan dalam tubuh kita akan terjadi penimbunan senyawa yang menimbulkan
kanker. Dan pada suatu saat dapat memicu munculnya penyakit yang bisa mematikan
manusia itu.
Barangkali, kini ada pertanyaan yang mengganjal dalam benak, mengapa makanan rebus atau
kukus tidak mengandung senyawa akrilamida, tapi dalam makanan gorengan jumlahnya
banyak? Hingga sekarang, untuk soal yang sulit ini belum ada jawaban yang memuaskan.
Namun, peneliti dari Swedia itu menjelaskan bahwa hadirnya senyawa akrilamida pada
makanan gorengan dipicu oleh proses penggorengan itu sendiri. Penggorengan dengan suhu
yang relatif tinggi, sekitar 190 derajat Celsius (seperti lazimnya suhu penggorengan dalam
minyak), dapat menyebabkan senyawa karbohidrat pada kentang terurai atau terlepas.
Menurut penelitian itu, sebagian karbohidrat yang terlepas kemudian ditangkap atau bereaksi
dengan asam amino, senyawa penyusun protein, hingga terbentuklah akrilamida.(to/kmp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar