goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Mie Instan Berbahaya bagi Penderita Darah Tinggi

Sifatnya yang siap saji dan hanya membutuhkan air membuat mie instan
menjadi idola bagi banyak kalangan. Namun, mie yang minim gizi itu ternyata berbahaya bagi
penderita darah tinggi, maag dan autis.
Dewasa ini kian banyak orang yang mempercayakan urusan perutnya pada sebuah sajian
yang bernama 'mie instan.' Tiap kali berbelanja ibu-ibu tak lupa menyisipkan mie instan dalam
daftar kebutuhannya, anak-anak kos selalu menyimpan beberapa bungkus mie instan untuk
mencegah kelaparan di malam hari, para pecinta olahraga gunung pun turut memasukkan mie
instan sebagai logistik wajib.
Menurut sejarahnya, mi instan mula-mula tercipta di Jepang pada Perang Dunia II. Waktu itu
tujuan penciptaan mi instan adalah untuk memenuhi logistik perang. Syarat ransum perang
adalah sesuatu yang praktis, tahan lama disimpan, dan mudah disiapkan. Dalam bahasa
Jepang mi disebut sebagai ramen.
Mi instan belum dapat dianggap sebagai makanan penuh (wholesome food) karena belum
mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mi yang terbuat dari terigu
mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein, vitamin, mineral dan
serat.
Hal yang perlu diingat adalah fungsi pemenuhan kebutuhan gizi mi instan hanya dapat
diperoleh jika ada penambahan sayuran dan sumber protein. Jenis sayuran yang dapat
ditambahkan adalah wortel, sawi, tomat, kol, atau tauge. Sumber proteinnya dapat berupa
telur, daging, ikan, tempe, atau tahu.
Satu takaran saji mi instan yang berjumlah 80 gram mampu menyumbangkan energi sebesar
400 kkal, yaitu sekitar 20 persen dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Energi yang
disumbangkan dari minyak berjumlah sekitar 170-200 kkal.
Hal lain yang terkadang kurang disadari adalah kandungan minyak dalam mi instan yang
dapat mencapai 30 persen bobot kering. Hal ini perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau
orang yang sedang dalam program penurunan berat badan.
Jadi, wajar jika mie instan disukai, karena selain praktis, cepat, lezat dan murah. Namun
tahukah anda bahwa mie instan tak mempunyai kandungan gizi yang cukup dan bahkan zat
additivenya (tambahan) tak baik untuk wanita yang tengah hamil dan juga balita.
Dalam masyarakat Cina merupakan simbol panjang umur karena bentuknya yang panjang
jenis dan bahan pembuatnya bermacam-macam. Ada mie instan, mie kering, mie basah, mie
rebus, yang dibuat dari terigu (gandum). Ada juga bihun, yang dibuat dari tepung beras. Lalu
soun, yang dibuat dari pati tepung kacang hijau.
Ada juga yang dibuat dari campuran tepung terigu dan beras, tepung tapioka, tepung kentang
atau tepung soba. Tapi yang paling populer tentu mie instat, dengan berbagai merk dan citra
rasanya, baik dalam kemasan plastik polietilen maupun polistiren (stirofoam), dalam bentuk
cangkir atau mangkuk.
Mie instant sebenarnya bentuknya sangat panjang, namun saat pemprosesan ia dilipat,
digoreng dan dikeringkan dalam oven panas. Penggorengan inilah yang membuat mie
mengandung lemak. Bahan baku utama mi instant memang tepung terigu, namun, selama
proses pembuatannya, dipakai juga minyak sayur, garam, natrium polifosfat (pengemulsi,
penstabil dan pengental), natrium karbonat dan kalium karbonat (keduanya pengatur
keasaman), tartrazine (pewarna kuning).
Kadang natrium polifosfat dicampur guar gum. Bahan lain misalnya karamel, hidrolisat protein
nabati, ribotide, zat besi dan asam malat yang fungsinya tidak jelas. Selain minyak sayur, ada
pula food additive, yaitu bahan-bahan kimia yang ditambahkan ke dalam proses pengolahan
makanan, dengan tujuan agar makanan tersebut memiliki sifat-sifat tertentu.
Bumbu mie, misalnya garam, gula, cabe merah, bawang putih, bawang merah, saus tomat,
kecap, vetsin (MSG) serta bahan cita rasa (rasa ayam, rasa udang, rasa sapi) juga banyak
menggunakan additive. Belum lagi stirofoam dalam mie gelas, yang dicurigai bisa
menyebabkan kanker.
Meski risiko kesehatan akibat additive tak langsung kelihatan, namun menurut Arlene
Eisenberg, dalam buku What to Eat When You're Expecting, ibu hamil sebaiknya menghindari
makanan yang banyak mengandung additive. Bagi balita, bahan-bahan yang sebenarnya tak
dibutuhkan tubuh ini juga bisa memperlambat kerja organ-organ pencernaan.
Selain itu juga kandungan utama dari mie adalah karbohidrat. Lalu ada protein tepung
(gluten), dan lemak, baik yang dari mienya sendiri maupun minyak sayur dalam sachet. Jika
dilihat komposisi gizinya, mie memang tinggi kalori.
Kelemahan dari konsumsi mi instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang
terkandung dalam mi instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya.
Bahan pengembang ini yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1,05
persen dari bobot total mi per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang
menguntungkan bagi penderita penyakit maag dan pendenita hipertensi.
Bagi penderita maag, kandungan natrium tinggi menetralkan lambung, sehingga lambung
akan mensekresi asam yang lebih banyak untuk mencerna makanan. Keadaan asam lambung
tinggi akan berakibat pada pengikisan dinding lambung yang menyebabkan rasa perih.
Bagi penderita hipertensi, natrium akan makin meningkatkan tekanan darah karena
ketidakseimbangan antara natrium dan kalium (Na-K) di dalam darah dan jaringan.
Kelemahan lain mi instan adalah tidak dapat dikonsumsi oleh penderita autisme. Hal ini
disebabkan mi instan mengandung gluten, substansi yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh
penderita autisme. (to/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar