goresan hidup seorang biduan

Minggu, 25 Desember 2011

Ketika Doa belum dikabulkan Allah

Sob, mungkin sebagian dari kita ada yang merasa dan bertanya Tanya “kenapa yaah doa saya belum dikabulkan Allah?” pertanyaan ini sangat jamak terjadi dalam kehidupan seorang muslim. Terlebih, saat si muslim merasakan betapa ujian kehidupan itu begitu hebat dan dhsyat. Oleh karena itu selian usaha, tentu saja, ia menyerahkan urusan kepada Illahi, istilahnya Ikhtiar dan Tawakkal

Naaaah, di luar kekuasaan Allah sebagai Maha Penjawab Doa, pertayaan tersebut sejatinya terkait dengan adab berdo’a sob, bahwa keterkabulan atau tidaknya suatu doa itu melibatkan akhlak seorang hamba kepada sang Khalik.
Ehmm, Sekarang saya tuliskan beberepa larangan dalam berdo’a yang BISA JADI membuat doa anda belum dijabah Allah

LARANGAN BERDO'A

1.Dilarang berdoa untuk keburukan jiwa, keluarga, dan harta, Rosulullah Bersabda :
Janganlah kalian berdoa untuk kemudharatan diri kalian, dan jangan berdoa untuk keburukan anak anak kalian, jangan berdoa bagi keburukan harta harta kalian, janganlah kalian meminta Kepada Allah di suatu waktu yang dijabah Allah, padahal doa kalian memawa keburukan bagi kalian (HR Imam Muslim)
2.Tidak melampaui batas dalam berdo’a, Hal ini mengacu pada firman Allah SWT, yang mengatakan :
Berdo’alah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampaui batas (QS. Al A’raf:55)
3.Tidak Tergesa gesa dalam berdo’a, Rasulullah SAW bersabda :
Akan diijabahi doa kalian, jika tidak tergesa gesa. Sungguh kamu telah berdo’a, maka atau kenapa tidak diijabahi? (HR Bukhari)
4.Tidak boleh terlalu keras dalam berdo’a. dalam firman Allah SWT :
Yaitu tatkala ia berdoa kepada tuhannya dengan suara yang lembut (QS Maryam:3), dan Hadits Rosulullah: Wahai manusia, sesungguhnya Dzat yang kalian berdoa kepadanya tidak tuli dan juga tidak gaib.
5.Tidak berdo’a dengan pengecualian, contohnya, Perbanyak visitor blog saya jika engkau berkenan.”
6.Tidak berdoa yang didalamnya terkandung nilai nilai kemusrykan
7.Tidak berdoa untuk mempercepat siksaan
8.Tidak berdoa untuk sesuatu yang mustahil, contohnya, Hidup kekal di dunia, (mana mungkiin??)
9.Tidak berdoa agar seseorang terjerumus dalam kubangan dosa, Misalnya ketika anda jengkel terheadap temen, lalu anda do’akan seseorang itu agar melakukan maksiat, seperti zina, dan kawan kawan.
10.Tidak boleh berdoa dengan nama nama Allah yang tidak termasuk dalam Qur’an dan Hadits.
11.Tidak boleh berdoa dengan maksut dan tujuan yang tidak baik,.

Waktu Dan Cara Agar Do'a Mustajab

Bismillah, Alhamdulillah, Berapa lama saya sudah tidak memposting di Blog ini. Karena Jujur saya tidak mempunyai bahan yang saya anggap tepat untuk di Bahas untuk Blog ini. Dan Alhamdulillah, sekarang Dapat Ide, Waktu dan Cara Agar Do'a Mustajab. Ini adalah Artikel yang keberapa kalinya tentang Do'a, sebelumnya saya juga sudah memposting Tentang Ketika Do'a Belum di Kabulkan ALLAH.

Dianjurkan bagi seorang muslim untuk berdoa kepada Allah swt sebagai bentuk pernyataan ketergantungannya kepada Allah swt. Abu Daud meriwayatkan dari An Nu'man bin Basyir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Doa adalah ibadah, Tuhan kalian telah berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
Waktu-waktu Mustajab untuk Berdoa
Diantara waktu-waktu mustajab untuk berdoa, adalah :
1. Pada hari Arafah.
2. Bulan Ramadhan.
3. Hari Jum’at.
4. Saat sahur.
5. Antara adzan dan iqamat.
6. Setelah shalat.
7. Tatkala turun hujan.
8. Ketika perang di jalan Allah.
9. Ketika khatam al Qur’an.
10. Saat sujud.
11. Saat berbuka puasa.
12. Ketika merasakan kehadiran hati dan rasa takut kepada Allah. (Mukhtashar Minhaj al Qasidhin hal 49)

Berdoa di Saat Shalat dan Setelah Shalat
Tentang bedoa disaat shalat ini maka para ulama Hanafi dan Hambali berpendapat bahwa disunnahkan berdoa disaat tasyahud akhir setelah shalawat atas Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan apa-apa yang meneyerupai lafazh-lafazh al Qur’an atau lafazh-lafazh Sunnah dan tidak diperbolehkan berdoa dengan apa-apa yang menyerupai perkataan manusia, seperti mengatakan : Allahumma Zawwijniy Fulanah (Wahai Allah nikahkanlah aku dengan si fulanah) atau A’thiniy kadza min adz dzahabi wa al fiddhah wa al manashib (Berikanlah aku sekian dari emas, perak dan kedudukan)

Adapun para ulama Maliki dan Syafi’I berpendapat disunnahkan berdoa setelah tasyahud dan sebelum salam untuk kebaikan din (agama) dan dunia. Tidak diperbolehkan berdoa untuk sesuatu yang diharamkan atau yang mustahil. Jika dia berdoa dengan sesuatu dari itu semua maka batal shalatnya dan yang lebih afdhal adalah berdoa dengan doa-doa yang matsur. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 7168)

Tempat lainnya didalam shalat yang baik pula untuk berdoa adalah disaat sujud berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa."

Dibolehkan pula baginya berdoa pada saat ruku’ berdasarkan apa yang diriwayatkan Imam Bukhari dari 'Aisyah ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca do'a dalam rukuk dan sujudnya dengan bacaan: "SUBHAANAKALLAHUMMA RABBANAA WA BIHAMDIKA ALLAHUMMAGHFIRLII (Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku) '."

Juga apa yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ali bin Abi Thalib bahwa jika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ruku' maka beliau membaca: "ALLAHUMMA LAKA RAKA'TU WA BIKA AAMANTU WA LAKA ASLAMTU KHASYA'A LAKA SAM'II WA BASHARII WA MUKHKHII WA 'AZHMII WA 'ASHABII (Ya Allah, kepadaMu aku ruku', denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah diri, patuh dan tunduk kepadau pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulang-tulangku dan otot-ototku semuanya)."
Adapun tentang berdoa setelah shalat maka tidaklah ada larangannya jika dilakukan setelah berdzikir dengan dzikir-dzikir yang disyariatkan.

Markaz al Fatwa didalam fatwanya No. 583 tentang permasalahan ini menyebutkan bahwa berdoa setelah shalat adalah sesuatu yang disyariatkan, demikian pendapat jumhur ulama, dan janganlah mengatakan bahwa hal ini termasuk perbuatan bid’ah sebagaimana anggapan sebagian orang.

Sebagaimana Imam Bukhari menerjemahkan didalam kitab Shahihnya : Bab : Berdoa Setelah Shalat. Terdapat didalam hadits bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berdoa pada setiap selesai shalat apabila mengucapkan salam : 'LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHUU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU WAHUWA 'ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR, ALLAHUMMA LAA MAANI'A LIMAA A'THAITA WALLA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU (Tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia yang mempunyai kekuasaan dan segala pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan dan tiada yang bisa memberi apa yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat kekayaan dan harta benda dari-Mu bagi pemiliknya)."

Al Hafizh Ibnu Hajar didalam penjelasan tentang hadits ini mengatakan bahwa telah dinukil dari sebagian ahli ilmu bahwa barangsiapa yang menafikan bedoa setelah berdoa secara mutlak adalah perkara yang ditolak. Kemudian beliau mencantumkan hadits-hadits yang didalamnya menyebutkan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat kepada sebagian sahabat dengan doa setelah shalat, seperti : hadits Muadz :
"ALLAAHUMMA A'INNII 'ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI 'IBAADATIK" (Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir dan bersyukur kepadaMu serta beribadah kepadaMu dengan baik.)

Juga hadits yang diriwayatkan oleh Muslim (dan Abu Daud) bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai shalat, beliau berdoa,“ ALLOOHUMMA ASHLIH LII DIINII ALLADZII HUWA 'ISHMATU AMRII, WA ASHLIH LII DUN-YAAYA ALLATII FIIHAA MA'AASYII, WA ASH-LIH LII AAKHIROTII ALLATII FIIHAA Meriwayatkan'AADZII, WAJ'ALIL HAYAATA ZIYAADATAN LII FII KULLI KHOIRIN, WAJ'ALIL MAUTA ROOHATAN LII MIN KULLI SYARRIN "Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan!"

Orang-orang yang melarang berdoa—setelah shalat—membatasi apabila setelah salam langsung (berdoa) tanpa mengucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan. Adapun jika dia mengucapkan dzikir-dzikir yang disyariatkan maka mereka tidaklah melarang berdoa setelah itu.
Jadi apabila ada yang berdoa maka janganlah diinkari, dan apabila dari mereka ada yang tidak berdoa jangan pula diinkari karena didalam permasalahan ini terdapat kelapangan, dan hal ini terdapat dibawah pokok yang umum yaitu : DOA.

Akan tetapi menjadikan doa ini dalam suatu sifat khusus (tertentu), seperti seorang imam yang mengeraskan (doa) lalu orang-orang dibelakangnya mengaminkannya kemudian mereka memegang teguh perbuatan ini dan menjadikannya sesuatu yang terus menerus dilakukan adalah perkara yang baru (bid’ah) tanpa ada diragukan.
Doa Setelah Saat Shalat Tahajjud

Imam Muslim meriwayatkan dari dari Jabir ia berkata; Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu ia memohon kebaikan kepada Allah 'azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam."
Hadits tersebut berisi anjuran untuk meghidupkan malam dengan berbagai ibadah, seperti : membaca Al Qur’an, shalat tahajjud, istighfar dan berdoa terlebih lagi bahwa Allah swt turun ke langit dunia pada seperti malam terakhir.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb Tabaraka wa Ta'la turun ke langit dunia pada setiap malam, yakni saat sepertiga malam terakhir seraya berfirman, 'Siapa yang berdo'a kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan dan siapa yang memohon ampun kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni.'"

Seorang yang melakukan shalat tahajjud berarti termasuk orang yang menghidupkan malamnya dan dia berada pada suasana terbaik untuk berdoa berdasarkan hadits-hadits diatas. Dibolehkan baginya berdoa di sepanjang malam itu, baik disaat shalat tahajjudnya atau setelah tahajjud sebelum menunaikan shalat witir atau setelah shalat witir.

Dan hendaklah doa setelah shalat witir dilakukan setelah mengucapkan "SUBHAANAL MALIKIL QUDDUUS" sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka’ab. Dan dianjurkan pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan didalam riwayat an Nasai.
Markaz al Fatwa didalam fatwanya No. 130969 menyebutkan bahwa membiasakan berdoa setelah witir sebelum fajar merupakan amal yang paling utama dan perbuatan mendekatkan diri kepada Allah yang paling agung sebagaimana anjuran Rasulullah shallallahu wa 'alaihi wa sallam menganjurkan untuk berdoa pada waktu ini.
Imam at Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Umamah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: "Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib."

Rabu, 14 Desember 2011

berlemah lembutlah....

http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-1 of 78 -
(باللغة الإندونسية)
Oleh:
Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-‘Abbad
Alih Bahasa:
Ali Musri Semjan Putra Abu Hasan al-Maidani
1424 H
Publication : 1428, Shofar 29/ 2007, Maret 19
Ber lemah Lembut Terhadap Sesama Ahlus Sunnah
رفقًا أهل السنة بأهل السنة
© Copyright bagi ummat Islam.
Silakan menyebarkan risalah ini dalam bentuk apa saja selama menyebutkan
sumber, tidak merubah content dan makna serta tidak untuk tujuan komersial.
Artikel ini didownload dari Markaz Download Abu Salma (http://dear.to/abusalma]
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-2 of 78 -
ا ا
ا
Segala Puji bagi Allah yang telah
mempersatukan diantara hati orang-orang yang
beriman, dan menyuruh mereka untuk
berkumpul dan bersatu, dan melarang mereka
dari berpecah-belah dan bermusuhan, dan aku
bersaksi tiada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah semata, yang tiada sekutu bagi-
Nya, yang telah menciptakan dan mentaqdirkan
(segala seuatunya), yang telah menurunkan
syariat dan memudahkannya, dan Ia sangat
menyayangi orang-orang yang beriman, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba
dan rasul-Nya, yang telah memerintahkan untuk
saling memudahkan dan saling menyenangkan,
sebagaimana sabda beliau:
((ي  سر  وا  و َ لا تع  سر  وا،  وب  شر  وا  و َ لا تنفِّر  وا))
“Hendaklah kamu memudahkan dan jangan
kamu menyulitkan, dan tebarkanlah olehmu
berita gembira dan jangan kamu membuat orang
lari (darimu)”, Ya Allah limpahkanlah selawat
dan salam serta keberkatan-Mu kepada nabi
Muhammad , serta kepada para keluarganya
yang suci dan para sahabatnya, yang telah
digambarkan Allah bahwa mereka tersebut
sangat keras terhadap orang-orang kafir dan
saling berkasih-sayang antara sesama mereka,
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-3 of 78 -
dan limpahkan juga selawat dan salam serta
keberkatan tersebut terhadap orang yang
mengikuti mereka dengan baik sampai hari
kemudian, Ya Allah tunjukilah aku, dan
tunjukanlah (kebenaran) untukku, dan beri
petunjuklah (orang lain) dengan ku, Ya allah
bersihkanlah hatiku dari rasa dengki, dan
luruskanlah lidahku dalam menyampaikan
kebenaran, Ya Allah aku berselindung dengan-
Mu bahwa aku menyesatkan (orang lain) atau
disesatkan (orang lain), atau menggelincir
(orang lain dari kebenaran) atau digelincirkan
(orang lain dari kebenaran), atau menzholimi
(orang lain) atau dizholimi (orang lain), atau
mejahili (orang lain) atau dijahili (orang lain).
Berikutnya ;
Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah mereka yang
mengikuti jalan Rasulullah dan para
sahabatnya, penisbahan mereka kepada Sunnah
Rasulullah , yang beliau suruh untuk berpegang
teguh dengannya, dengan sabda beliau:
((َفعَلي ُ ك  م بِ  سنتِ  ي  و  سنتِ  ي اْل  خَلفَاءِ اْلراشِدِي  ن اْل  م  هدِيِي  ن مِ  ن ب  عدِ  ي،
ت  م  س ُ ك  وا بِ  ها  و  ع  ض  وا  عَلي  ها بِالن  واجِذِ)).
“Maka berpegang-teguhlah kamu dengan
sunnahku dan sunnah para khulafa’ arrosyidiin
yang mereka telah diberi petunjuk (oleh Allah)
sesudahku, berpegang teguhlah dengannya dan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-4 of 78 -
gigitlah dengan geraham mu (bepegang dengan
sekuat-kuatnya)”.
Dan beliau telah memperingatkan dari
melanggar Sunnah tersebut dengan sabdanya:
((  وإِيا ُ ك  م  وم  ح  دَثاتِ ْالأُم  ورِ، َفإِنَّ ُ كلَّ م  ح  دَثةٍ بِ  د  عٌة  و ُ كلَّ بِ  د  عةٍ
 ض َ لاَلٌة))
“Dan hati-hatilah kamu terhadap perkara yang
baru (dalam agama), sesungguhnya setiap hal
yang baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan
setiap bid’ah itu adalah sesat”.
Dan sabda beliau lagi:
((َف  م  ن  رغِ  ب  ع  ن  سنتِ  ي َفَلي  س مِن  ي))
“Barang siapa yang enggan terhadap Sunnaku,
maka ia tidak termasuk dari (golongan) ku”.
Hal ini berbeda dengan orang selain mereka
(ahlus Sunnah) dari orang-orang yang mengikuti
hawa (kabatilan) dan para pelaku bid’ah, yaitu
orang-orang yang menempuh jalan-jalan selain
jalan yang ditempuh Rasulullah dan para
sahabatnya, Aqidah Ahlus Sunnah ada semenjak
zaman diutusnya Rasulullah , adapun pengikut
hawa (kebatilan) Aqidah mereka lahir setelah
berlalu zaman Rasulullah , diantaranya ada
yang lahir dai akhir-akhir masa sahabat, dan
diantaranya lagi ada yang lahir setelah itu,
Rasulullah telah mengkabarkan bahwa barang
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-5 of 78 -
siapa yang hidup diantara sahabanya, akan
menemui perpecahan dan pertikaian ini, maka
Rasulullah bersabda:
((  وإِنه م  ن يعِ  ش مِن ُ ك  م َف  سيرى ا  ختِ َ لافًا كثيرًا)).
“Sesungguhnya barangsiapa yang hidup diantara
kalian akan menyaksikan perpecahan yang
banyak”.
Kemudian beliau memberikan tuntunan (kepada
mereka) supaya mengikuti jalan yang lurus,
yaitu mengikuti Sunnah beliau dan Sunnah para
sahabatnya para khalufa’ arrosyidiin, dan
memperingatkan dari mengikuti perkara-perkara
yang baru (dalam agama) dan beliau
beritahukan bahwasanya hal tersebut adalah
sesat, dan (suatu yang) tidak masuk akal dan
tidak bisa diterima bahwa kebenaran dan
petunjuk ditutup terhadap para sahabat - -, dan
disimpan untuk manusia yang datang setelah
mereka, sesungguhnya seluruh macam bid’ah
dan perbuatan baru (dalam agama) tersebut
adalah jelek (buruk), jikalau seandainya ada
kebaikan sedikitpun di dalamnya tentulah para
sahabat orang yang pertama sekali
melakukannya, akan tetapi adanya kejelekan
yang menimpa kebanyakan dari orang-orang
yang datang setelah mereka, yaitu orang-orang
yang berpaling dari apa yang menjadi pegangan
bagi para sahabat - -.
Sesungguhnya Imam Malik – رحمه الله - telah berkata:
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-6 of 78 -
(َل  ن ي  صلِ  ح آخِر  هذِهِ ْالأُمةِ إلاَّ بِ  ما  صُل  ح بِهِ َأ  وُل  ها).
“Sekali-kali tidak akan pernah baik (generasi)
akhir umat ini, kecuali denga apa yang telah baik
dengannya (generasi) awalnya”.
Karena hal itulah Ahlus Sunnah, mereka
berintisab kepada Sunnah, dan selain mereka
berintisab kepada berpagai kepercayaan mereka
yang batil, seperti; Jabariyah, Al Qodariyah, Al
Murjiah dan Al Imamiyah Al Itsna ‘asyriyah.
Atau mereka (para pelaku bid’ah berintisab)
kepada figur-figur tertentu, seperti; al Jahmiyah,
Az Zaidiyah, Asy ‘Ariyah dan Al Ibadhiyah.
Dan tidak bisa dikatan bahwa termasuk juga
kedalam bentuk ini (Al Wahabiyah) yang
dinisbahkah kepada Syeikh Muhammad bin
Abdulwahab – رحمه الله -, karena sesungguhnya Ahlus
Sunnah pada masa beliau dan begitu juga
sesudahnya tidak pernah menisbakan diri
mereka kepada nama ini.
Karena sesungguhnya Syeikh Muhammad - - رحمه الله
tidak datang dengan sesuatu yang baru,
sehingga bisa dinisbahkan kepadanya, tetapi
sesungguhnya beliau mengikuti apa yang
menjadi pegangan para salafus sholeh, dan
menegakkan Sunnah serta menyebarkannya dan
berda’wah kepadanya.
Sesungguhnya yang memberikan gelar ini adalah
orang-orang yang dengki terhadap da’wah syeikh
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-7 of 78 -
Muhammad bin Abdulwahab - رحمه الله -, yang bersifat
memperbaiki (berbagai kekeliruan dalam
memahami tauhid), tujuan mereka tersebut
adalah untuk membingungkan manusia dan
memalingkan mereka dari mengikuti kebenaran
dan petunjuk (yang lurus), dan supaya mereka
tersebut tetap setia terhadap apa yang mereka
lakukan dari berbagai macam bid’ah yang
bertentangan dengan apa yang menjadi
pegangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Imam Asy Syathibiy berkata dalam kitabnya “Al
I’tishom” (1/79) : “Abdurrahman bin Mahdiy telah
berkata: Imam Malik bin Anas ditanya tetang apa
itu Sunnah ?, ia menjawab: Sunnah Adalah yang
tidak ada nama baginya selain As Sunnah, lalu ia
membaca firman Allah:
{  وَأنَّ  ه َ ذا صِراطِي م  ستقِي  ما َفاتبِعوه  و َ لا تتبِ عوْا ال  سب َ ل
َفتَف ر  ق بِ ُ ك  م  عن  سبِيلِه}.
“Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah oleh kalian, dan jangan kalian ikuti
jalan-jalan (selainnya), sehingga jalan-jalan itu
memencarkan kalian dari jalan-Nya (jalan yang
lurus)”.
Imam Ibnul Qoyyim berkata dalam kitabnya
“Madarijus Saalikiin” (3/179): “Sesungguhnya
sebahagian ulama telah ditanya tentang apa itu
Sunnah?, ia menjawab: sesuatu yang tidak ada
nama baginya selain As Sunnah, yakni: bahwa
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-8 of 78 -
Ahlus Sunnah tiada bagi mereka nama yang
mereka berintisab kepadanya selainnya (yaitu As
Sunnah)”.
Dalam kitab “Al Intiqoo’ “ karangan Ibnu
‘Abdilbarr (hal: 35): Bahwa seseorang bertanya
kepada Imam Malik: siapakah Ahlu Sunnah?, ia
menjawab: “Ahlus Sunnah adalah orang-orang
yang tiada bagi mereka panggilan yang mereka
dikenal dengannya ; tidak Jahmiy, tidak Qodariy
dan tidak pula Rofidhiy “.
Dan tidak diragukan lagi bahwa yang wajib
terhadap Ahlus Sunnah dalam setiap zaman dan
tempat adalah saling berlemah-lembut dan
berkasih sayang diantara sesama mereka, dan
saling tolong-menolong dalam berbuat kebaikan
dan dalam ketaqwaan.
Dan sesuatu yang amat menyedihkan pada masa
ini adalah apa yang terjadi dikalangan
sebahagian Ahlus Sunnah dari kesepian(1) dan
perpecahan, yang mengakibatkan sebahagian
mereka sibuk dengan mencela, mentahzir
(peringatan untuk menjauhi) dan menghajar
(mengucilkan) terhadap bahagian yang lainnya,
yang semestinya segala usaha mereka tersebut
dihadapkan kepada selain mereka dari orangorang
kafir dan para pelaku bid’ah yang
senantiasa memusuhi Ahlus sunnah, dan
(1) saya pilih kata “ kesepian” dari arti: ( وحشة ) karena lebih halus bila
dibandingkan dengan arti-arti yang lainnya seperti: kebiadapan,
kebuasan, keganasan, kelancangan.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-9 of 78 -
menjalin persatuan dan kasih sayang diantara
sesama mereka, serta saling mengingatkan
antara sebagaian mereka terhadap bagian yang
lainnya dengan cara halus dan lemah-lembut.
(Setelah melihat penomena tersebut diatas) aku
berpendapat (betapa perlunya) menulis
beberapa kalimat sebagai nasehat untuk mereka
tersebut, dalam keadaan memohon kepada Allah
bahwa Allah memberikan manfaat dengan
beberapa kalimat ini, tiada yang aku inginkan
kecuali memperbaiki apa yang aku sanggupi, dan
tiada yang dapat memberiku taufiq
(pertolongan) kecuali Allah, kepada Allah aku
bertawakkal, dan kepada-Nya pula aku kembali,
aku beri judul nasehat ini: “Rifqon Ahlas Sunnah
Bi Ahlis Sunnah” (Berlemah lembut terhadap
sesama Ahlus Sunnah).
Aku meminta kepada Allah pertolongan dan
tuntunan untuk seluruh (umat Islam), dan
memperbaiki hubungan antara sesama mereka,
serta mempersatukan hati-hati mereka, dan
menunjuki mereka kepada jalan-jalan yang
selamat serta mengeluarkan mereka dari
berbagai kegelapan kepada cahaya (keimanan)
sesunggunya Allah maha mendengar lagi maha
memperkenankan.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-10 of 78 -
Nikmat Bertutur Dan Berbicara
Nikmat Allah terhadap hambaNya tidak terhitung
dan tidak ada hingganya, diantara yang terbesar
dari nikmat-nikmat tersebut adalah nikmat
berbicara yang mana dengannya seorang insan
mampu mengutarakan tentang keinginannya,
dan mengucapkan perkataan yang baik, dan
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar, barang siapa yang
kehilangan nikmat ini (nikmat bicara) ia tidak
bisa melakukan berbagai urusan tersebut, dan ia
tidak akan bisa berbicara sesama orang lainya
kecuali dengan isyarat atau tulisan jika ia
seorang yang bisa menulis.
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:
{  و  ضر  ب الّله مَث ً لا  ر  جَلينِ َأ  ح  د  ه  ما َأب َ ك  م َ لا يْ قدِ  ر  عَل  ى  ش  يءٍ
 و  ه  و َ كلٌّ  عَلى م  ولاه َأين  ما ي  و  جه ه َ لا يْأتِ بِ  خيرٍ  ه ْ ل ي  ستوِي
 ه  و  ومن يأْم ر بِاْلع  دلِ  و  ه  و  عَلى صِراطٍ م  ستقِيمٍ [سورة
النحل ].
“Allah mejadikan perumpamaan dua orang laki-laki;
salah satunya bisu dan tidak mampu melakukan
apapun, dan ia menjadi beban diatas majikannya,
kemanapun ia disuruh majikannnya tidak bisa
mendatangkan kebaikan sedikitpun, apakah ia
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-11 of 78 -
sama dengan orang yang menyuruh dengan
keadilan, dan ia berada diatas jalan yang lurus”.
Dan disebutkan dalam tafsiran ayat tersebut:
Bahwasanya ini adalah perumpamaan dijadikan
Allah antara diriNya dan berhala, ada lagi yang
berpendapat: Bahwasanya ini adalah
perumpamaan antara orang kafir dan orang yang
beriman.
Imam Al Qurtuby berkata dalam kitab tafsirnya
(9/149): “(tafsiran ini) diriwayatkan dari Ibnu
‘Abbas, dan tafsiran tersebut sangat bagus
karena mencakup secara umum”.
Perumpamaan tersebut sangat jelas
menerangkan tentang kelemahan seorang budak
yang bisu yang tidak memberikan faedah untuk
orang lain, begitu juga majikannya tidak dapat
mengambil faedah darinya kemanapun
disuruhnya.
Dan firman Allah ‘azza wa jalla:
{َف  و  ر  ب ال  س  ماء  واْلَأ  رضِ إِنه َل  حق مْث َ ل ما َأن ُ ك  م تنطُِقو َ ن
[سورة الذاريات].
“Maka demi tuhan langit dan bumi,
sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benarbenar
(akan terjadi) seperti perkataan yang
kamu ucapakan”.
Maka sesungguhnya Allah telah bersumpah
dengan diri-Nya atas kebenaran kejadian berhttp://
dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-12 of 78 -
bangkit dan balasan terhadap segala amalan,
sebagaimana terjadinya ucapan dari yang orang
berbicara, dan dalam hal itu terdapat pula pujian
terhadap nikmat berbicara.
Dan fiman Allah:
 خَل  ق اْلإِن  سا َ ن  علَّ  مه اْلبيا َ ن [سورة الرحمن].
“Dia (Allah) yang telah menciptakan manusia,
yang telah mengajarnya pandai berbicara”.
Hasan al Bashri menafsirkan Al Bayaan dengan
berbicara, dalam hal itu terdapat pula pujian
terhadap nikmat bicara yang dengannya seorang
insan dapat mengutarakan tentang apa yang
diinginkannya.
Firman Allah lagi:
َأَل  م ن  جعل لَّه  عينينِ  ولِ  سانا  و  شَفتينِ [سورة البلد].
“Bukankah kami telah menjadikan untuknya
(manusia) dua buah mata, lidah dua bibir”.
Berkata Ibnu Katsir dalam Tafsirnya: “Firman
Allah: ((Bukankah kami telah menjadikan
untuknya (manusia) dua buah mata)) artinya:
dengan kedua mata tersebut mereka bisa
melihat, ((dan lidah)) artinya: ia berbicara
dengannya, maka ia mengutarakan tentang apa
yang terdapat dalam hatinya, ((dan dua bibir)) ia
menjadikan kedua belah bibir tersebut sebagai
pembatu dalam berbicara dan untuk melahab
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-13 of 78 -
makanan, serta sebagai penghias wajah dan
mulutnya”.
Dan satu hal yang sudah dimaklumi bahwa
sesungguhnya nikmat ini akan benar-benar
bernilai sebagai nikmat apabila dipergunakan
untuk berbicara tentang apa yang baik, namun
apabila dipergunakan untuk hal yang jelek maka
ia akan berakibat buruk terhadap pemiliknya,
boleh jadi orang yang kehilangan nikmat ini lebih
baik halnya dari orang yang memilikinya.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-14 of 78 -
Menjaga Lidah Dari Berbicara Kecuali Dalam
Hal Yang Baik
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
{يا َأي  ها الَّذِي  ن آمنوا اتُقوا اللَّه  وُقوُلوا َق  وًلا  سدِي  دا ي  صلِ  ح
َل ُ ك  م َأ  ع  ماَل ُ ك  م  وي غفِ  ر َل ُ ك  م ُذنوب ُ ك  م  ومن يطِ  ع اللَّه  و  ر  سوَله
َفَق  د َفا  ز َف  و  زا  عظِي  ما [سورة الأحزاب].
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah
kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan
yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki
amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa
kalian, dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan
rasulNya maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang amat besar”.
Dan firman Allah:
{يا َأي  ها الَّذِي  ن آمنوا ا  جتنِبوا َ كثِيرًا م  ن الظَّ  ن إِنَّ ب ع  ض الظَّ  ن
إِْث  م  وَلا ت  ج  س  سوا وَلا ي غتب ب ع  ض ُ كم ب ع  ضا َأيحِ  ب َأ  ح  د ُ ك  م
َأن يْأ ُ ك َ ل َل  ح  م َأخِيهِ ميتا َف َ كرِ  هت  موه  واتُقوا اللَّه إِنَّ اللَّه ت  وا  ب
 رحِي  م } [سورة الحجرات].
“Hai orang-orang yang beriman jauhilah banyak
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-15 of 78 -
kesalahan orang lain, dan jangan pula
sebahagian kamu menggunjingkan sebahagian
yang lainnya, sukakah salah seorang dianatara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati?, maka tentulah kamu akan merasa jijik
terhadapnya, dan bertaqwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi
maha penyayang”.
Juga firman Allah:
{  وَلَق  د  خَلْ قنا اْلإِن  سانَ  ون عَل  م ما ت  و  سوِ  س بِهِ نْ ف  س ه  ون  ح  ن
َأْق ر  ب إَِليهِ مِ  ن  حبلِ اْل  ورِيدِ إِ ْ ذ يتَلقَّى اْل  متَلقِّيانِ  عنِ اْليمِينِ
 و  عنِ ال  ش  مالِ َقعِي  د ما يْلفِ ُ ظ مِن َق  ولٍ إِلَّا َل  ديهِ  رقِي  ب  عتِي  د}
[سورة ق ].
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dan kami mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat
kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika
dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk disebelah kanan dan yang lainnya
disebelah kiri, tiada satu perkataanpun yang
diucapkannya melainkan disisinya ada malaikat
yang siap mengawasi”.
Dan firman Allah lagi:
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-16 of 78 -
{  والَّذِي  ن ي  ؤ ُذو َ ن اْل  م  ؤمِنِ  ين  واْل  م  ؤمِناتِ بِغيرِ ما ا ْ كت  سبوا َفَقدِ
ا  حت  مُلوا ب  هتانا  وإِْث  ما مبِينا } [سورة الأحزاب].
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang
mu’min dan mu’minat tampa kesalahan yang
mereka lakukan, maka sungguhnya mereka telah
memikul kebohongan dan dosa yang nyata”.
Dalam shohih Imam Muslim, hadits no (2589)
dari Abu Hurairah bahwa Rasululla bersabda:
((َأت  د ر  و َ ن ما ْالغِيبُة؟، َقاُل  وا: اللهُ  و ر  س  وُله َأ  عَل  م، َقا َ ل: ذِ ْ كر  ك َأ  خا  ك بِ  ما
ي ْ كره، قِي َ ل: َأَفرَأي  ت إِ ْ ن َ كا َ ن فِي َأخِ  ي ما َأُق  و ُ ل؟، َقا َ ل: إِ ْ ن َ كا َ ن فِيهِ ما
تُق  و ُ ل َفَق  د ا ْ غتبته،  وإِ ْ ن َل  م ي ُ ك  ن فِيهِ َفَق  د ب  هته)).
“Apakah kalian tahu apa itu ghibah (gunjing)?,
para sahabat menjawab: Allah dan RasulNya yang
lebih tahu, Rasulullah bersabda: Engkau
menyebut tetang saudaramu sesuatu yang tidak
disukainya, lalu beliau ditanya: bagaimana kalau
hal yang aku ceritakan tersebut terbukti
padanya?, beliau menjawab: jika terbukti
padanya apa yang engkau sebut tersebut maka
sesungguhnya engkau telah menggunjingkannya,
dan jikalau tidak terdapat padanya maka
sesungguhnya engkau telah berbuat kebohongan
tentangnya”.
Dan Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-17 of 78 -
{  و َ لا تْ ق  ف ما َلي  س َل  ك بِهِ عِْل  م إِنَّ ال  س  م  ع  واْلب  صر  واْلُف  ؤا د
ُ كلُّ ُأولئِ  ك َ كا َ ن  عنه م  س  ؤو ً لا } [سورة الإسراء].
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang
kamu tidak memiliki ilmu tetangnya,
sesungguhnya pendengaran dan penglihatan
serta hati, masing-masing itu akan diminta
pertanggung jawabannya”.
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah , ia
berkata: telah bersabda Rasulullah :
((إِنَّ اللهَ ي  ر  ضى َل ُ ك  م َث َ لاثًا  وي ْ كره َل ُ ك  م َث َ لاثًا؛ ي  ر  ضى َل ُ ك  م َأ ْ ن ت عب  د  وه
 و َ لا ت  شرِ ُ ك  وا بِهِ  شيئًا،  وَأ ْ ن ت  عتصِ م  وا بِ  حبلِ اللهِ  جمِيعًا  و َ لا تتَفرُق  وا،
 وي ْ كره َل ُ ك  م قِي َ ل  وَقا َ ل،  و َ كْثرَة ال  س  ؤالِ،  وإِ  ضا  عَة ْاَلمالِ)) أخرجه مسلم
“Sesungguhnya Allah meredhai bagi kalian tiga
perkara dan membenci untuk kalian tiga perkara;
Ia meredhai bagi kalian bahwa kalian
menyembahNya dan tidak menyekutukanNya
dengan sesuatu apapun, dan bahwa kalian
berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan
jangan kalian berpecah-belah, dan Ia membenci
untuk kalian suka membicarakan orang lain, dan
banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta”. H.R
: muslim, no (1715).
Dan diriwayatkan juga tentang tiga hal yang
dibenci tersebut dalam shohih Bukhary, hadits no
(2408) dan Imam Muslim.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-18 of 78 -
Diriwayatkan Abu Hurairah dari Nabi :
(( ُ كتِ  ب  عَلى ابنِ آدم نصِيبه مِ  ن الزنا، م  درِ  ك َذلِ  ك َ لا م  حاَلَة،
َفاْلعينانِ زِينا  ه  ما الن ْ ظر،  وْالأُُذنانِ زِينا  ه  ما الا  ستِ  ما  ع،  واللِّ  سا ُ ن زِيناه
اْل َ ك َ لام،  وْالي  د زِينا  ها اْلب ْ ط  ش،  والر  ج ُ ل زِينا  ها اْل  خ َ طا،  واْلَقْل  ب ي  ه  وى
 ويت  منى،  وي  ص  د  ق َذلِ  ك اْلَف ر  ج  وي َ كذُِّبه)).
“Telah ditentukan diatas setiap anak Adam
bagiannya dari zina, ia akan mendapati hal yang
demikian tampa bisa dielakkannya, mata zinanya
adalah melihat, telinga zinanya adalah
mendengar, lidah zinanya adalah berucap,
tangan zinanya adalah meraba, kaki zinanya
adalah melangkah, dan hati yang berkehendak
dan yang menginginkan, dan yang membuktikan
atau yang mendustakannya adalah kemaluan”.
H.R: Bukhari, hadits no (6612) dan Muslim,
hadits no (2657), dan ini adalah lafaz Muslim.
Imam Al Bukhary telah meriwayatkan dalam
shohihnya, hadits no (10) dari sahabat Abdullah
bin Umar , dari Nabi beliau bersabda:
((اْل  م  سلِ  م م  ن  سلِ  م اْل  م  سلِ  م  و َ ن مِ  ن لِ  سانِهِ  ويدِهِ)).
“Orang muslim adalah orang yang selamat orang
muslim lainnya dari lidah dan tangannya”.
Dalam riwayat Imam Muslim, hadits no (64)
dengan lafaz :
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-19 of 78 -
: َأ  ي اْل  م  سلِمِي  ن  خير؟، َقا َ ل: م  ن  سلِ  م ((إِنَّ  ر  ج ً لا  سَأ َ ل  ر  س  و َ ل اللهِ
اْل م  سلِ م  و َ ن مِ  ن لِ  سانِهِ  ويدِهِ)).
“Bahwa seorang bertanya kepada Rasulullah :
siapa orang muslim yang terbaik?, beliau
menjawab: orang yang selamat orang muslim
lainnya dari lidah dan tangannya”.
Imam Muslim meriwayatkan pula dari sahabat
Jabir, hadits no (65) dengan lafaz yang sama
dengan hadits Abdullah bin Umar yang
disebutkan Imam Bukhari tersebut.
Al Hafiz Ibnu Hajar mensyarahkannya: “Dalam
hadits ini lidah lebih bersifat umum bila
dibandingkan dengan tangan; karena lidah bisa
membicarakan kejadian yang berlalu, sekarang,
dan yang akan datang, berbeda dengan tangan,
boleh jadi ia bisa ikut serta membantu lidah
dalam hal yang demikian dengan tulisan,
sehingga ia mempunyai andil yang cukup besar
dalam hal tersebut”.
Senada dengan makna ini berkata seorang
penya’ir:
Aku tulis, sesungguhnya aku yakin pada
hari penulisanku.
Bahwa tangan akan sirna dan akan kekal
goresannya.
Jika tulisan itu baik maka akan dibalasi
dengan semisalnya.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-20 of 78 -
Dan jika tulisan itu jelek, aku akan menanggung
balasannya.
Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (6474) dari shabat Sahal bin Sa’ad ,
dari Rasulullah , beliau bersabda:
((م  ن ي  ض  م  ن لِ  ي ما بي  ن لِ  حييهِ  وما بي  ن رِ  جَليهِ َأ  ض  م  ن َله اْل  جنَة)).
“Barangsiapa yang mampu menjamin bagiku apa
yang diantara dua jenggotnya, dan apa yang
diantara dua kakinya, aku jamin untuknya surga”.
Yang dimaksud dengan apa yang antara dua
jenggot dan yang diantara dua kaki adalah lidah
dan kemaluan.
Imam Al Bukhari meriwayatkan lagi dalam
shohihnya, hadits no (6475) dan Imam Muslim,
hadits no (74) dari Abu Hurairah , ia berkata:
Rasulullah bersabda:
((م  ن َ كا َ ن ي  ؤمِ  ن بِاللهِ  واْلي  ومِ الآخِرِ َفْليُق ْ ل  خيرا َا  و لِي  ص  م  ت))
الحديث.
“Barang siapa yang beriman dengan Allah dan hari
akhirat maka hendaklah ia mengucapkan
perkataan yang baik atau lebih baik diam”.
Berkata Imam Annawawy dalam mensyarahkan
hadits tersebut: “Telah berkata Imam Asy Syafi’ie:
makna hadits tersebut adalah apabila ia ingin
untuk berbicara maka hendaklah ia pikirkan
terlebih dulu, apabila ia melihat tidak akan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-21 of 78 -
berbahaya diatasnya baru ia bicara, dan apabila ia
melihat bahwa didalamnya ada bahaya atau ia
ragu-ragu antara berbahaya atau tidaknya, maka
lebih baik ia memilih diam”.
Dinukil dari sebagian ulama: jikalau seandainya
kalian yang membelikan kertas untuk malaikat
yang mencatat amalan, sesungguhnya kalian akan
memilih lebih banyak diam dari pada banyak
bicara”.
Imam Abu Hatim bin Hibbaan Al Busty berkata
dalam kitabnya “Raudhatul ‘uqalaa’” halaman
(45): “Suatu hal yang wajib dilakukan oleh orang
yang memiliki akal sehat bahwa ia selalu diam
sampai datang waktunya untuk berbicara, betapa
banyaknya orang yang menyesal setelah ia
berbicara, dan sedikit orang yang menyesal
apabila ia diam, orang yang paling panjang
penderitaanya dan paling besar cobaanya adalah
orang yang memiliki lidah yang lancang dan hati
yang terkatup”.
Dan ia (Ibnu Hibbbaan) berkata lagi dalam
kitabnya tersebut, halaman (47): “Suatu hal yang
wajib dilakukan oleh orang yang memiliki akal
sehat bahwa ia lebih banyak mempergunakan
telinganya dari pada mulutnya, untuk ia ketahui
kenapa dijadikan untuknya dua buah telinga satu
buah mulut?, supaya ia lebih banyak mendengar
dari pada berbicara, karena apabila berbicara ia
akan menyesalinya, tapi bila ia diam ia tidak akan
menyesal, sebab menarik apa yang belum
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-22 of 78 -
diucapkannya lebih mudah dari pada menarik
perkataan yang telah diucapkannya, perkataan
yang telah diucapkannya akan mengikutinya
selalu, sedangkan perkataan yang belum
diucapkannya ia mampu mengendalikannya”.
Imam Ibnu Hibbaan berkata lagi masih dalam
kitabnya tersebut, halaman (49): “Orang yang
berakal sehat lidahnya dibelakang hatinya, apabila
ia ingin berbicara, ia kembalikan kepada hatinya,
jika hal itu baik untuknya baru ia bicara, jikalau
tidak maka ia tidak bicara, orang yang dungu
(tolol) hatinya dipenghujung lidahnya, apa saja
yang lewat diatas lidahnya ia ucapkan, tidaklah
paham tentang agama orang yang tidak bisa
menjaga lidahnya”.
Imam Al Bukhary meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (6477) dan Imam Muslim, hadits no
(2988), menurut lafaz muslim, dari Abi Hurairah
bahwa Rasulullah bersabda:
((إِنَّ اْلعب  د َليتكََّل  م بِاْل َ كلِ  مةِ ما يتبي  ن ما فِي  ها، ي  هوِي بِ  ها فِي النارِ َأبع د ما بي  ن
اْل  م  شرِقِ  واْل م  غرِبِ)).
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan
sebuah kalimat tampa memikirkan apa yang
terkandung dalamnya, sehingga dengan sebab
kalimat tersebut ia dicampakkan kedalam neraka
yang jaraknya lebih jauh antara timur dan barat”.
Dalam potongan terakhir dari wasiat nabi terhadap
Mu’az bi Jabal yang disebutkan oleh Imam At
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-23 of 78 -
Tirmizi dalam sunannya, hadist no (2616) ia
katakan :”ini hadist hasan dan shohih”. Bahwa
Rasulullah bersabda:
((  و  ه ْ ل ي ُ ك  ب النا  س فِي النارِ  عَلى  و  ج  وهِهِ  م َأ  و  عَلى مناخِرِهِ  م إِلاَّ
 ح  صائِ  د َأْلسِنتِهِ  م)).
“Tiadalah yang membantingkan manusia kedalam
neraka diatas muka atau hidung mereka
melainkan akibat panenan buah lidah mereka”.
Hadist ini sebagai jawaban terhadap pertanyaan
Mu’az kepada Nabi : “Wahai Nabi Allah apa kita
akan di’azab dengan sebab apa yang kita
ucapkan?”.
Al Hafiz Ibnu Rajab mensyarahkan hadits tersebut
dalam kitabnya “Jami’ul ‘Ulum wal Hikam”
(2/147): “Yang dimaksud dengan “panenan buah
lidah” adalah balasan dan hukuman terhadap
pembicaraan yang diharamkan; karena manusia
bagaikan menabur benih kebaikan dan kejelekan
dengan perkataan dan perbuatannya, kemudian
pada hari kiamat akan dipanen apa yang
ditaburnya, barangsiapa yang menabur kebaikan
baik berupa perkataan ataupun perbuatan ia akan
menuai kemulian, sebaliknya barangsiapa yang
menabur kejelekkan baik berupa perkataan
ataupun perbuatan ia akan menuai penyesalan”.
Ia (ibnu Rajab) berkata lagi dalam bukunya
tersebut (2/146): “Ini menunjukkan bahwa
menjaga lidah dan mengontrolnya serta
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-24 of 78 -
menahannya adalah sumber kebaikan seluruhnya,
sesungguhnya barangsiapa yang bisa menguasai
lidahnya, sungguh ia telah menguasai dan
mengontrol serta bijaksana dalam urusannya”.
Kemudian Ibnu Rajab menukil sebuah perkataan
dari Yunus bin ‘Ubaid, sesungguhnya ia berkata:
“Tidak seorangpun yang aku lihat yang lidahnya
selalu dalam ingatannya, melainkan hal tersebut
berpengaruh baik terhadap seluruh aktivitasnya”.
Diriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsrir, bahwa ia
berkata: “tidak aku temui seorangpun yang
ucapannya baik melainkan hal tersebut terbukti
dalam segala aktivitasnya, dan tidak seorangpun
yang ucapannya jelek melainkan terbukti pula hal
tersebut dalam segala aktivitasnya”.
Imam Muslim meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (2581) dari Abu Hurairah bahwa nabi
bersabda:
((َأت  د ر  و َ ن ما اْل م ْ فلِ  س؟، َقاُل  وا: اْل م ْ فلِ  س فِينا م  ن َ لا دِ  ر  ه م َله  و َ لا متا  ع،
َفَقا َ ل: إِنَّ اْل م ْ فلِ  س م  ن ُأمتِي يْأتِي ي  وم اْلقِيامةِ بِ  ص َ لاةٍ  وصِيامٍ  و ز َ كاةٍ،
 ويْأتِي َق  د  شت  م  ه َ ذا،  وَق َ ذ  ف  ه َ ذا،  وَأ َ ك َ ل ما َ ل  ه َ ذا،  و  سَف  ك دم  ه َ ذا،
 و  ضر  ب  ه َ ذا، َفي  ع َ طى  ه َ ذا مِ  ن  حسناتِهِ  و  ه َ ذا مِ  ن  ح  سناتِهِ، َفإِ ْ ن َفنِي  ت
 ح  سناته َقب َ ل َأ ْ ن ي ْ قضِى ما  عَليهِ َأ  خ َ ذ مِ  ن  خ َ طايا  ه  م َف ُ طرِ  ح  ت  عَليهِ ُث م
ُ طرِ  ح فِي النارِ)).
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-25 of 78 -
“Apakah kalian tahu Siapakah orang yang
bangrut?, para shahabat menjawab: orang yang
bangrut adalah orang yang tidak punya uang
(dirham) dan tidak pula harta benda, lalu beliau
bersabda: orang yang bangrut dari umatku adalah
orang yang datang pada hari kiamat dengan
amalan sholat, puasa dan zakat, namun ia datang
dalam keadaan telah mencaci orang lain,
menuduhnya, memakan hartanya dan
menumpahkan darah serta memukulnya, maka
amalan baiknya diberikan kepada masing-masing
orang tersebut, maka apabila kebaikannya habis
sebelum melunasi hutang-hutangnya, maka
diambil dari dosa masing-masing orang tersebut
lalu ditarok diatasnya, kemudian ia dicampakan
kedalam neraka”.
Imam Muslim meriwayatkan lagi dalam shohihnya,
hadits (2564) dari Abu Hurairah dalam sebuah
hadits yang cukup panjang, yang pada akhir hadits
tersebut diungkapkan:
((بِ  ح  سبِ ا مرِءٍ مِ  ن ال  شر َأ ْ ن ي  حقِر َأ  خاه اْل  م  سلِ  م، ُ كلُّ اْل  م  سلِ م  عَلى اْل  م  سلِمِ
 حرام ؛ دمه  وماُله  وعِ ر  ضه)).
“Cukuplah untuk seseorang sebuah kejahatan
bahwa ia menghina saudaranya sesama muslim,
segala sesuatu antara muslim terhadap muslim
lainnya haram; darahnya, hartanya dan
kehormatannya”.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-26 of 78 -
Imam bukhari meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (1739) dan Imam Muslim, yang ini
menurut lafaz Bukhari, dari Ibnu Abbas bahwa
Rasulullah berkhutbah pada hari nahar (idul
adha), beliau bertanya kepada manusia yang hadir
waktu itu : Hari apakah ini?, mereka menjawab:
hari yang suci, beliau bertanya lagi: negeri apakah
ini?, tanah suci, beliau bertanya lagi: bulan apakah
in?, bulan yang suci, selanjutnya beliau bersabda:
((فإِنَّ دِماءَ ُ ك  م  وَأ  م  واَل ُ ك  م  وَأ  عرا  ض ُ ك  م  عَلي ُ ك  م  حرام، َ ك  ح  رمةِ ي  ومِ ُ ك  م
 ه َ ذا فِي بَلدِ ُ ك  م  ه َ ذا فِي  ش  هرِ ُ ك  م  ه َ ذا، َفَأ  عاد  ها مِرارًا، ُث  م  رَف  ع  رْأ  سه
َفَقا َ ل: اللَّ  ه  م  ه ْ ل بلَّ  غ  ت؟ اللَّ  ه  م  ه ْ ل بلَّ  غ  ت؟، َقا َ ل اب  ن  عباسٍ رضي الله
عنهما َف  والَّذِي ن ْ فسِي بِيدِهِ إِن  ها َل  وصِيته إَِلى ُأمتِهِ َفْليبلِّغِ ال  شاهِ د اْلغائِ  ب
َ لا ت  رجِع  وا ب  عدِي ُ كفَّا را ي  ضرِ  ب ب  ع  ض ُ ك  م رَِقا  ب ب  عضٍ)).
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan
sesama kalian diharamkan diatas kalian (untuk
merusaknya) sebagaimana kesucian hari ini pada
bulan yang suci ini di negeri yang suci ini, beliau
mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu
berkata: Ya Allah apa aku telah menyamapaikan
(perintahMu)?, Ya Allah apa aku telah
menyamapaikan (perintahMu)?.
Berkata Ibnu Abbas : Demi Allah yang jiwaku
berada ditanganNya, sesungguhnya ini adalah
wasiatnya untuk umatnya, maka hendaklah yang
hadir memberitahu yang tidak hadir, “janganlah
kalian kembali sesudahku kepada kekafiran, yang
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-27 of 78 -
mana sebahagian kalian memenggal leher yang
lainnya”.
Imam Muslim meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (2674) dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah bersabda:
((م  ن د  عا إَِلى  ه  دى كَا َ ن َله مِ  ن ْالأَ  جرِ مِْث َ ل ُأ  ج  ورِ م  ن تبِعه َ لا ينُق  ص
َذلِ  ك مِ  ن ُأ  ج  ورِهِ  م  شيًئا  وم  ن د  عا إَِلى  ض َ لاَلةٍ َ كا َ ن  عَليهِ مِ  ن ْالإِْثمِ مِْث َ ل
آَثامِ م  ن تبِعه َ لا ينُق  ص َذلِ  ك مِ  ن آَثامِهِ  م  شيًئا)).
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, ia
akan mendapat pahala sebanyak pahala orang
yang mengikutinya tampa mengurangi sedikitpun
dari pahala mereka, barangsiapa yang mengajak
kepada kesesatan, ia akan menanggung dosa
sebanyak dosa orang yang mengikutinya tampa
mengurangi sedikitpun dari dosa mereka”.
Berkata Al Hafiz Ibnu Munzir dalam kitabnya
“Attarghib wa Attarhiib” (1/65) dalam
mengomentari hadits:
((إَِذا ما  ت اب  ن آدم انَق َ ط  ع  ع  مُله إِلاَّ مِ  ن إِ  ح  دى َث َ لا َ ث ....)).
“Apabila anak adam meninggal maka terputuslah
segala amalannya kecuali tiga hal ….”
Ia (Ibnu Munzir) berkata : “Orang yang mencatat
ilmu yang berguna baginya pahala dan pahala
orang yang membacanya atau orang menyalinnya
atau beramal dengannya sesudahnya selama
tulisan tersebut dan beramal dengannya masih
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-28 of 78 -
tetap ada, sebaliknya orang yang menulis hal yang
tidak bermanfa’at adalah diantara sesuatu yang
mewajibkan dosa, baginya dosanya dan dosa
orang yang membacanya atau menyalinnya atau
beramal dengannya sesudahnya selama tulisan
tersebut dan beramal dengannya masih tetap ada,
sebagaimana yang diterangkan dalam hadits-hdits
yang telah berlalu diantaranya hadits:
((م  ن  س  ن  سنًة  ح  سنًة َأ  و  سيَئًة )).
“Barangsiapa yang membuat sunnah yang baik
atau yang jelek”, hanya Allah yang maha tahu”.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (6502) dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah bersabda:
((إِنَّ اللهَ َقا َ ل: م  ن  عادى لِي  ولِيا َفَق  د آَذنته بِاْل  ح  ربِ)) الحديث.
“Sesungguhnya Allah berkata: Barangsiapa yang
memusuhi para waliku, maka sesungguhnya Aku
menyatakan perperangan terhadapnya”.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-29 of 78 -
Sikap Berprasangka Jelek Dan Mencari-
Cari Kesalahan Orang Lain
Firman Allah:
يا َأي  ها الَّذِي  ن آمنوا ا  جتنِبوا َ كثِيرًا م  ن الظَّ  ن إِنَّ ب ع  ض الظَّ  ن إِْث  م
 وَلا ت  ج  س  سوا
“Hai orang-orang yang beriman jauhilah banyak
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain”.
Dalam ayat yang mulia ini perintah untuk
menjauhi kebanyakan dari berprasangka, karena
sebahagiannya adalah dosa, dan larangan dari
mencari-cari kesalahan orang lain, yaitu
mencongkel-congkel tentang kejelekan orang
lain, hal itu terjadi adalah akibat dari berburuk
sangka.
Rasulullah bersabda:
((إِيا ُ ك  م  وال َ ظ  ن َفإِنَّ الظَّ  ن َأ ْ ك َ ذ  ب اْل  حدِيثِ  و َ لا ت  ح  س  س  وا  و َ لا ت  ج  س  س  وا
 و َ لا ت  حا  س د  وا  و َ لا تباَ غ  ض  وا و َ لا ت  دابر  وا  و ُ ك  ون  وا عِباد اللهِ إِ  خ  وانًا)).
“Aku peringatkan kepada kalian tentang
prasangka, karena sesungguhnya prasangka
adalah perkataan yang paling bohong, dan
janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-30 of 78 -
informasi tentang kejelekan dan mencari-cari
kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki,
saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian
hamba Allah yang bersaudara” (H.R Bukhari, no
(6064) dan Muslim, no (2563).
Berkata Amirul Mukminiin Umar bin Khatab:
“Janganlah kamu menyangka terhadap sebuah
perkataan yang keluar dari mulut saudaramu yang
beriman kecuali terhadap hal yang baik, sa’at
engkau dapat untuk membawanya kearah yang
baik”. (disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam
mentafsirkan surat Alhujurat).
Berkata Bakar bin Abdullah Al Muzany,
sebagaimana yang terdapat dalam biografinya
dalam kitab “Attahzibut Tahziib”: Hati-hatilah
kamu terhadap perkataan sekalipun kamu benar
dalamnya kamu tidak diberi pahala, dan jika kamu
tersalah kamu memikul dosa, yaitu berburuk
sangka terhadap saudaramu”.
Berkata Abu Qilabah Abdullah bin Zaid Al Jurmy
sebagaimana dalam kitab “Al Hilyah” karangan
Abu Nu’aim (2/285): “Bila sampai kepadamu
sesuatu yang kamu benci dari saudaramu, maka
berusahalah untuk mencarikan alasan untuknya,
jika kamu tidak menemukan alasan untuknya,
maka katakanlah dalam hatimu: mungkin saja
saudaraku punya alasan yang aku tidak
mengetahuinya”.
Berkata Sufyan bin Husain: “Aku menyebut
kejelekan seseorang dihadapan Iyas bin
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-31 of 78 -
Mu’awiyah, maka ia menatap mukaku, dan
berkata: apakah engkau ikut berperang melawan
Romawi?, aku jawab: tidak, ia bertanya lagi
melawan Sanad, India, dan Turki, aku jawab:
tidak, ia berkata lagi: apakah merasa aman
darimu Romawi, Sanad, India dan Turki, namun
saudaramu sesama muslim tidak merasa aman
darimu, berkata Sufyan bin Husain: aku tidak
mengulanginya lagi sesudah itu”. (lihat Al Bidayah
wan Nihayah karangan Ibnu Katsir (13/121).
Alangkah bagusnya jawaban dari Iyas bin
Mu’awiyah tersebut yang sangat terkenal dengan
kecerdasannya, jawaban diatas adalah salah satu
bukti dari kecerdasannya.
Berkata Abu Hatim bin Hibban Al Busty dalam
kitabnya Raudhatul ‘Uqola’, halaman (131) :
“Keharusan bagi orang yang punya akal untuk
tetap berada dalam keadaan selamat dari mencaricari
tentang kejelekan (‘ayib) orang lain,
hendaklah ia sibuk memperbaiki kejelekan dirinya,
sesungguhnya orang yang sibuk dengan
kejelekannya sendiri dari pada mencari kejelekan
orang lain, badannya akan tentram dan jiwanya
akan tenang, maka setiap ia melihat kejelekan
dirinya, maka akan semakin hina dihadapannya
apabila ia melihat kejelekan tersebut pada
saudaranya, sesungguhnya orang yang sibuk
dengan kejelekan orang lain dari memperhatikan
kejelekan dirinya, hatinya akan buta, badannya
akan letih, dan akan sulit baginya untuk
meninggalkan kejelekan dirinya sendiri”.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-32 of 78 -
Ia (Ibnu Hibban berkata lagi) masih dalam kitab
tersebut, halaman (133): “Mencari-cari kejelekan
orang lain adalah salah satu cabang dari sifat
kemunafikkan, sebagaimana berbaik sangka
adalah salah satu dari cabang keimanan, orang
berakal sehat selalu berbaik sangka dengan
saudaranya, dan menyendiri dengan kesusahan dan
kesedihannya, orang yang jahil (tolol) selalu berburuk
sangka dengan saudaranya, dan tidak mau berfikir
tentang kesalahan dan penderitaannya”.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-33 of 78 -
Sikap Ramah Dan Berlemah-Lembut
Allah telah menggambarkan tentang sifat NabiNya
Muhammad bahwa ssesungguhnya Ia memiliki
Akhlak yang Agung.
Firman Allah:
{  وإِن  ك َلعلى  خُلقٍ  عظِيمٍ } [سورة القلم].
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki
akhlak yang agung”.
Allah menggambarkannya juga dengan sifat
ramah dan lemah lembut, Allah berfirman :
{َفبِ  ما  ر  ح  مةٍ م  ن الّلهِ لِن  ت َل  ه  م  وَل  و ُ كن  ت َف  ظا َ غلِي َ ظ اْلَقْلبِ
َ لانَف  ضوْا مِ  ن  ح  ولِ  ك}
[سورة آل عمران]
“Maka dengan sebab rahmat Allah-lah engkau
berlemah-lembut terhadap mereka, dan
sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri
dari sekelilingmu”.
Allah menggambarkannya pula dengan sifat
berkasih-sayang dan santun terhadap orangorang
yang beriman, Allah berfirman:
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-34 of 78 -
{َلَق  د  جاء ُ ك  م  ر  سو ٌ ل م  ن َأن ُفسِ ُ ك  م  عزِيز  عَليهِ ما  عنِت  م
 حرِي  ص  عَلي ُ كم بِاْل  م  ؤمِنِ  ين  ر  ؤو  ف  رحِي  م} [سورة التوبة].
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian
seorang rasul dari jenis kalian sendiri, amat
berat baginya segala yang menyusahkan kalian,
sangat menginginkan untuk kalian (segala
kebaikan), amat santun dan berkasih-sayang
terhadap orang-orang yang beriman”.
Dan Rasul sendiripun memerintahkan untuk
berlaku lemah-lembut dan menganjurkannya,
beliau bersabda:
((ي  سر  وا  و َ لا تع  سر  وا،  وب  شر  وا  و َ لا تنفِّر  وا))
“Hendaklah kamu memudahkan dan jangan
kamu menyulitkan, dan sebarkanlah olehmu
berita gembira dan jangan kamu membuat orang
lari (darimu)”. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam
Bukhary, no (69) dan Imam Muslim, no (1734)
dari hadits Anas.
Dan disebutkan pula oleh Imam Muslim dalam
shohihnya, hadits no (1732) dari hadits Abu
Musa Al Asy’ary dengan lafaz:
((ب  شر  وا  و َ لا تنفِّر  وا وي  سر  وا  و َ لا تع  سر  وا )).
“Berikanlah olehmu berita gembira dan jangan
kamu membuat orang lari (darimu), dan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-35 of 78 -
hendaklah kamu memudahkan dan jangan kamu
menyulitkan”.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (220) dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah berkata kepada para shahabat
dalam kisah seorang badawi yang buang air kecil
dalam mesjid Rasulullah :
(( د  ع  وه  و  هرِيُق  وا  عَلى ب  ولِهِ  س  ج ً لا مِ  ن ماءٍ َأ  و َذن  وبًا مِ  ن ماءٍ َفإِن  ما بعُِثتم
مي  سرِي  ن  وَل  م تبعُث  وا مع  سرِي  ن)).
“Biarkan ia, dan siramlah diatas kencingnya
dengan setimba air, atau semangkok air,
sesungguhnya kalian diutus untuk memberi
kemudahan dan kalian tidak diutus untuk
menyulitkan”.
Imam Bukhari meriwayatkan pula dalam
shohihnya, hadist no (6927) dari ‘Aisyah - -رضي الله عنها
bahwa Rasulullah berkata kepadanya:
((يا  عائِ  شَة! إِنَّ اللهَ  رفِي  ق يحِ  ب الرْف  ق فِي ْالأَ  مرِ ُ كلِّهِ)).
“Wahai ‘Aisyah! Sesungguhnya Allah itu amat
maha lembut, Ia mencintai kelembutan dalam
segala urusan”.
Menurut lafaz Imam Muslim, hadits no (2593):
((يا  عائِ  شَة! إِنَّ اللهَ  رفِي  ق يحِ  ب الرْف  ق،  وي  عطِي  عَلى الرْفقِ ما َ لا ي  عطِي
 عَلى اْلعنفِ،  وما َ لا ي  عطِي  عَلى ما سِ  واه)).
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-36 of 78 -
“Wahai ‘Aisyah! Sesungguhnya Allah itu amat
maha lembut, Ia mencintai kelembutan, Ia
memberi diatas kelembutan sesuatau yang tidak
Ia beri dengan kekasaran, dan tidak pula dengan
selainnya”.
Imam Muslim meriwayatkan dalam shohihnya,
hadits no (2594) dari ‘Aisyah - رضي الله عنها - bahwa Nabi
bersabda:
((إِنَّ الرْف  ق َ لا ي ُ ك  و ُ ن فِي  ش  يءٍ إِلاَّ  زانه،  و َ لا ينَز  ع  ع  ن  ش  يءٍ َإلاَّ
 شانه)).
“Sesungguhnya kelembutan tidak terdapat pada
sesuatu melainkan membuatnya indah, dan tidak
dicabut dari sesuatu melainkan membuatnya
jelek”.
Dan diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, hadits
no (2592) dari Jariir bin Abdillah bahwa Nabi
bersabda:
((م  ن ي  حرم الرْف  ق ي  حرم اْل  خير)).
“Barangsiapa yang diharamkan (mempunyai) sifat
lemah-lembut berarti ia telah diharamkan
terhadap kebaikan”.
Sesungguhnya Allah telah menyuruh dua orang
nabi yang mulia; Nabi Musa dan Nabi Harun untuk
menyeru Fir’aun dengan sopan dan berlemahlembut,
Allah berfirman:
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-37 of 78 -
{اْ ذ  هبا إَِلى فِ  ر  ع  و َ ن إِنه َ طغى َفُقوَلا َله َق  وًلا لَّينا لَّعلَّه يت َ ذكَّ ر َأ  و
ي  خ  شى }[سورة طه]
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun
sesungguhnya dia telah melampaui batas
(kesesatan), maka bicarah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah-lembut,
mudah-mudahan ia mendapat peringatan dan
takut (terhadap Allah).
Allah menggambarkan tetang sifat para sahabat
yang mulia dengan sifat saling berkasih sayang
antara sesama mereka, Allah berfirman:
{م  ح  م  د  ر  سو ُ ل اللَّهِ  والَّذِي  ن مع ه َأشِ  داء  عَلى اْل ُ كفَّارِ  ر  ح  ماء
بين  ه  م} [سورة الفتح].
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orangorang
yang bersamanya bersikap keras terhadap
orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap
sesama mereka”.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-38 of 78 -
Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Seorang
Ulama Apabila Ia Tersalah Ia Diberi
‘udzur Tanpa Dibid’ahkan Dan Tidak Pula
Dijauhi
Tidak seorangpun yang ma’sum dari kesalahan
selain Rasulullah dan tidak seorang ulama yang
tidak tersalah, siapa yang tersalah tidak boleh
diikuti kesalahannya, namun kesalahannya
tersebut tidak boleh dijadikan sebagai batu
loncatan untuk mencelanya dan menjauhkan
orang lain darinya, tetapi kesalahannya yang
sedikit tertutup oleh kebenarannya yang banyak,
barangsiapa yang telah meninggal diantara ulama
tersebut dianjurkan untuk mengambil faedah dari
ilmu mereka bersamaan dengan itu perlu kehatihatian
dari mengikuti kesalahannya, serta
mendo’akannya semoga Allah menmgampuni dan
merahmatinya, dan barangsiapa yang masih hidup
baik ia seorang ulama atau sebagai seorang
penuntut ilmu, ia diberitahu tentang kesalahannya
dengan ramah dan berlemah lembut serta
mencintai bagaimana supaya ia selamat dari
kesalahan dan kembali kepada kebenaran.
Dan diantara sebahagian ulama yang terdahulu
yang disisi mereka ada sedikit kekeliruan dalam
sebahagian persoalan aqidah, namun para ulama
dan penuntut ilmu tidak pernah merasa tidak
butuh terhadap ilmu mereka, bahkan buku-buku
karangan mereka merupakan rujukan-rujukan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-39 of 78 -
yang amat penting bagi orang-orang yang sibuk
dalam menggali ilmu syar’i, seperti Imam Al
Bayhaqi, Imam An Nawawy, dan Ibnu hajar al
‘Asqolany.
Adapun tentang Imam Ahmad bin Husain Abu
Bakar Al Bayhaqi, berkata Az Zahaby dalam
kitabnya As Siyar (18/163) dan halaman
berikutnya : “Imam Al Bayhaqi adalah seorang
hafiz (penghafal), seorang ulama terkemuka,
seorang yang dipercaya, seorang yang faqih
(paham), syeikh Islam”. Imam Az Zahaby
menambahkan lagi: “Ia seorang yang diberi berkat
dalam ilmunya, dan menulis berbagai karangan
yang bermanfa’at”. Imam Az Zahabi berkata lagi:
“Ia (Imam Al Bayhaqi) berdiam diri di desanya dan
menghabiskan umurnya dengan menuntut ilmu
dan mengarang, ia menulis kitab As Sunan Al
Kubro dalam sepuluh jilid, tiada bagi seorangpun
yang semisalnya”, Imam Az Zahaby juga
menyebutkan berbagai karangannya yang begitu
banyak, kitabnya As Sunan Al Kubro sudah dicetak
dalam sepuluh jilid yang cukup besar, Imam Az
Zahabi menukil dari Al Hafiz Abduqhaafir bin Ismail
tentang perkataannya terhadap Imam Al Bayhaqi:
“karangan Imam Al Bayhaqi mendekati seribu jilid,
ini adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan
oleh orangpun, ia menggabung antara ilmu hadits
dan fiqih, serta menerangkan kecacatan sebuah
hadits, dan bagaimana menggabungkan
pemahaman antara dua hadits yang kontrafersi”.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-40 of 78 -
Imam Az Zahaby memujinya lagi: “karya-karya
Imam Al Bayhaqi memiliki ukuran yang agung,
penuh dengan faedah-faedah ilmiah, amat sedikit
orang yang mampu mengarang sebagus karyakarya
Imam Al Bayhaqi, maka sepantasnya bagi
seorang ulama untuk memiliki karya-karya
tersebut terutama sekali AsSunan Al Kubro.
Adapun Imam Yahya bin Syaraf An Nawawy, telah
berkata Imam Az Zahaby dalam kitabnya
Tazdkiratul Hufaazh (4/259): “Ia adalah Imam, Al
Hafiz Al Auhad (penghafal yang ulung), Al
Qudwah, Syeikhul Islam, lambang kewalian,
…memiliki berbagai karangan yang bermanfa’at”,
Imam Az Zahabi berkata lagi: “bersamaan dengan
itu ia mencurahkan segala kemampuan dirinya
dalam beramal sholeh dan seorang yang wara’,
serta selalu merasa takut pada Allah, dan selalu
membersihkan dirinya dari berbagai kotoran dosa,
dan menahan dirinya dari berbagai keinginannya,
ia seorang penghafal hadits, dan ahli dalam segala
bidang hadits dan para perawinya, serta
mengetahui mana yang shohih dan mana yang
lemah, ia seorang terkemuka dalam mengetahui
mazhab syafi’ie”.
Berkata Ibnu Katsir dalam kitabnya Al Bidayah
wan Nihayah (17/540): “Kemudian Imam An
Nawawy menghabiskan waktu dengan menulis
sehingga ia telah mengarang karya yang cukup
banyak, diantaranya ada yang sempurna dan
diantaranya ada yang belum selesai, diantara
karangannya yang sempurna adalah; Syarah
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-41 of 78 -
shohih Imam Muslim, Ar Raudhoh, Al Minhaaj,
Riyadhus sholihiin, Al Azkaar, At Tibyaan, Tahriir At
Tanbiih wat Tashhihi, Tahziib Al Asma’ wal Lugqaat,
dan At Thobaqaat dan lain-lainnya, dan diantara
karyanya yang belum selesai -kalau sekiranya
selesai tidak ada tandingan baginya dalam
pembahasannya- seperti Syarah Al Muhazzab yang
beliau beri judul Al Majmu’ yang hanya sampai
pada pembahasan kitab riba, ia menulisnya
dengan sanga baik dan mantab, menuangkan
berbagai faedah dan sangat bagus dalam memilih
dan memilah suatu pendapat, ia meredaksi hukum
yang terdapat dalam mazhab dan lainnya serta
mengkoreksi hadits sebagaimana mestinya, dan
menerangkan kata-kata yang qharib (asing), ilmu
bahasa serta berbagai hal penting lainnya yang
tidak ditemukan kecuali dalamnya, saya belum
menemukan kitab fiqih yang lebih bagus darinya,
sekalipun ia masih perlunya penambahan dan
penyempurnaan terhadapnya”.
Bersamaan dengan luas dan bagusnya karyakaryanya,
Ia (Imam An Nawawy) tidak memiliki
usia yang cukup panjang, umur beliau hanya
sekitar empat puluh lima tahun, ia lahir pada
tahun (631 H) dan meninggal pada tahun (676 H).
Adapun Al Hafiz Ahmad bin Ali bin hajar Al
‘Asqolany, ia adalah seorang imam yang terkenal
dengan karangannya yang cukup banyak, yang
paling terpenting adalah Syarah shohih Al Bukhary
yang merupakan sebagai rujukan penting bagi
para ulama, dan diantaranya lagi; Al Ishobah,
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-42 of 78 -
Tahziibut Tahziib, At Taqriib, Lisaanul Mizaan,
ta’jiilul Manfa’ah dan Buluqhul Maraam dan lainlainnya.
Dan diantara ulama yang hidup pada sekarang
adalah Syeikh, Al ‘alamah, Al Muhaddits,
Muhammad Nashiruddin Al Abany, yang saya
belum mengetahui ada orang yang sebanding
dengan beliau pada sekarang ini dalam
memelihara hadits dan mengadakan penelitian
yang luas dalamnya, walaupun demikian halnya
beliau pun tak terlepas dari berbagai kesalahan
seperti dalam masalah hijab dan menetapkan
bahwa menutup muka tidak wajib bagi wanita, tapi
hanya disunahkan (mustahab) walau sekalipun
apa yang beliau katakan tersebut adalah benar
maka sesungguhnya hal tersebut diangggap dari
kebenaran yang semestinya tidak diekspos, karena
berakibat akan berpegangnya sebahagaian wanita
yang suka buka-bukaan terhadap pendapat
tersebut, begitu juga pendapat beliau dalam sifat
sholat nabi : Bahwa meletakkan tangan diatas
dada setelah bangkit dari rukuk adalah bid’ah yang
sesat, sedang hal tersebut adalah masalah
khilafiyah, begitu juga pendapatnya dalam
kitabnya silsilah dho’ifah hadits no (2355): Bahwa
siapa yang tidah memotong jenggotnya yang lebih
dari kepalan adalah bid’ah idhofiah, begitu juga
pendapatnya: Tentang haramnya memakai
perhiasan emas bagi wanita, sekalipun saya
menentang berbagai pendapatnya tersebut maka
saya ataupun orang selain saya tidak pernah
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-43 of 78 -
merasa tidak butuh terhadap karya-karya beliau
serta menimba faedah dari karyanya tersebut.
Betapa indahnya perkataan Imam Malik: “Setiap
orang berhak untuk diterima atau ditolak
pendapatnya kecuali penghuni kuburan ini dan ia
menunjuk kuburan Nabi ”.
Inilah berbagai nukilan dari sekelompok Ahli ilmu
dalam menentukan dan menjelaskan tentang
tertutupnya kesalahan seorang ulama dalam
kebenarannya yang banyak.
Berkata Sa’id bin Musayyib (wafat 93 H): “Tiada
seorang ulamapun, tidak pula seorang yang mulia
dan seorang yang memiliki keutamaan kecuali ia
memiliki kelemahan (aib) tetapi barangsiapa yang
keutamaannya jauh lebih banyak dibanding
kekurangannya, maka kekurangannya hilang oleh
keutamaannya, sebagaimana orang yang lebih
dominan kekurangannya hilang keutamaannya”.
Berkata lainnya: “Tidak seorang ulamapun yang
selamat dari kesalahan, barangsiapa yang
kesalahannya sedikit dan kebenarannya banyak
maka ia adalah seorang yang ‘alim, dan
barangsiapa kebenarannya sedikit dan
kesalahannya banyak maka ia adalah jahil (tolol)”.
(lihat Jami’ul ‘ulum wal Hikam karangan Ibnu
Rajab (2/48).
Berkata Abdullah bin Mubarak (wafat 181 H):
“Apabila kebaikan seseorang lebih dominan dari
kejelekannya tidaklah disebut kejelekannya, dan
apabila kejelekan seseorang lebih dominan dari
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-44 of 78 -
kebaikannya tidaklah disebut kebaikkannya”. (lihat
siar A’laam An Nubala’ karangan Az Zahaby
(8/352).
Berkata Imam Ahmad (wafat 241 H) : “Tidak
seorangpun yang melewti jembatan dari negeri
Khurasan seperti Ishaq bin Rahuyah, sekalipun ia
berbeda pendapat dengan kita dalam beberapa
hal, sesungguhnya para ulama senantiasa
sebagian mereka menyalahi pendapat bagian yang
lainnya”. (lihat siar A’laam An Nubala’ (11/371).
Berkata Abu Hatim bin Hibbaan (wafat 354 H) :
“Abdulmalik bin Abi Sulaiman adalah seorang
pilihan Ahli Kuffah dan diantara penghafalnya,
kebanyakan orang yang hafal dan merawikan
hadits dari hafalannya kemungkinan ada
salahnya, bukanlah suatu keadilan
ditinggalkannya hadits seorang syeikh yang telah
kukuh keadilannya dengan sebab adanya
kesalahan dalam riwayatnya, jika kita menempuh
cara seperti ini (membuang setiap riwayat orang
yang tersalah) melazimkan kita untuk menolak
hadits Az Zuhry, Ibnu Juraij, As Staury,
dan Syu’bah, karena mereka adalah para
penghafal yang matang, sebab mereka juga
meriwayatkan hadits dari hafalan mereka juga,
sedangkan mereka bukanlah seorang yang
ma’sum sehingga mereka tidak pernah keliru
dalam riwayat mereka, tetapi untuk lebih
berhati-hati dan yang utama dalam hal ini adalah
diterimanya apa yang diriwayatkan oleh seorang
yang telah kukuh keadilannya dari berbagai
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-45 of 78 -
riwayat, dan meninggalkan sesuatu yang telah
jelas bahwa ia keliru dalamnya selama hal
tersebut tidak melampaui batas darinya sehingga
mengalahkan kebenarannya, jika hal demikian
terjadi padanya maka ia berhak untuk
ditinggalkan seketika itu”. (lihat Ats Tsiqaat
(7/97-98).
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taymiah (wafat 728
H) : “Diantara hal yang perlu diketahui tentang
berbagai golongan yang berintisab terhadap figur
tertentu dalam usuluddin dan ilmu kalam mereka
bertingkat-tingkat, diantara mereka ada yang
menyalahi Ahlus Sunnah dalam pokok-pokok
yang mendasar, dan diantara mereka ada
menyalahi dalam persoalan yang kecil,
barangsiapa yang membantah terhadap yang
lainnya dari berbagai golong yang melenceng
jauh dari Sunnah, maka ia dipuji terhadap
bantahannya atas kebatilan dan ucapannya yang
sesuai dengan kebenaran, tetapi ia telah
melampaui batas keadilan ketika ia mengingkari
sebahagian kebenaran dan mengatakan
sebahagian kebatilan, maka ia telah menolak
bid’ah yang besar dengan bid’ah yang lebih kecil
darinya, dan menolak kebatilan dengan kebatilan
yang lebih ringan darinya, inilah keadaan
kebanyakan Ahli kalam yang berintisab kepada
Ahlus Sunnah wal Jam’ah.
Mereka yang seperti demikian halnya selama
mereka tidak menjadikan bid’ah tersebut sebagai
pendapat yang menyingkirkan mereka dari
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-46 of 78 -
jama’ah kaum muslim yaitu menjadikannya
sebagai termoter dalam memilih teman dan
memilah lawan, maka hal tersebut dianggap
sebagai suatu kesalahan, Allah Subhanah
mengampuni bagi orang-orang yang beriman
terhadap kesalahan mereka seperti demikian.
Karena hal seperti ini banyak terjadi dikalangan
para ulama salaf, berbagai pendapat mereka
yang mereka katakan melalui berijtihat,
sedangkan pendapat tersebut bertentangan
dengan apa yang sudah tetap dalam Al Quran
dan Sunnah, lain halnya dengan orang yang
menjadikannya sebagai pola ukur dalam memilih
teman dan memilah lawan, serta memecah belah
antara sesama kaum muslim, atau mengkafirkan
dan memfasikkah orang yang tidak setuju
dengan berbagai pendapat dan ijtihadnya,
bahkan menghalalkan darah orang yang tidak
setuju dengan pendapatnya, mereka tersebut
adalah termasuk kelompok suka memecah belah
dan bertengkar. (lihat majmu’ fatawa; 3/348-
349).
Dan ia berkata lagi (19/191-192); “Kebanyakan
dari para mujtahid ulama salaf dan khalaf
(terakhir) telah berkata dan mengerjakan
perbuatan yang termasuk bid’ah tampa mereka
sadari bahwa perbuatan tersebut adalah bid’ah,
adakalanya karena mereka berpedoman pada
hadits dhoif yang menurut perkiraan mereka
shohih, dan adakalanya karena salah dalam
memahami maksud sebuah ayat, atau karena
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-47 of 78 -
ijtihat mereka sedangkan dalam masalah tersebut
ada nash (dalil) yang menjelaskannya namun nash
tersebut tidak sampai kepadanya, apabila seorang
melakukan ketaqwaan kepada Allah sebatas
kesanggupannya maka ia telah termasuk dalam
firman Allah:
{  ربنا َ لا ت  ؤاخِ ْ ذنا إِن نسِينا َأ  و َأ  خ َ طْأنا}
“Ya tuhan kami janganlah engkau azab kami jika
kami lupa dan tersalah”. Dalam shohih Bukhary
bahwa Allah menjawab: “Sungguh Aku telah
memperkenankannya”.
Berkata Imam Az Zahaby (wafat 748 H) :
“Sesungguhnya seorang ulama besar apabila
kebenarannya cukup banyak, dan diketahui
kesungguhannya dalam mencari kebenaran
kemudian ia seorang yang memiliki ilmu yang
luas, cerdas, sholeh, wara’ dan mengikuti
sunnah, kesalahannya diampuni maka kita tidak
boleh menyesatkan dan menjatuhkannya, atau
kita melupakan segala kebaikkannya, suatu yang
sudah diakui bahwa kita dilarang untuk
mencontoh bid’ah dan kesalahannya tersebut,
kita mengharapkan semoga ia bertaubat dari
kesalahannya tersebut”. (lihat Siyar A’lam An Nubalak:
5/271).
Berkata lagi Imam Az Zahaby: “Jika setiap
tersalahnya seorang ulama dalam berijtihad
dalam salah satu masalah yang mana kesalahan
tersebut dalam hal yang bisa dima’afkan lalu kita
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-48 of 78 -
bersama-sama membid’ahkan dan menjauhinya
tidak seorangpun yang akan bisa selamat
bersama kita sekalipun Ibnu Naashir atau Ibnu
Mandah atau ulama yang lebih tua dari mereka
berdua, hanya Allah yang mampu menunjuki
makhluk kepada kebenaran, Ia-lah yang paling
kasih diatas segala makhluk, maka kita
berselindung dengan Allah dari mengikuti hawa
nafsu dan kekasaran dalam bertutur kata”. (lihat
As Siyar : 14/39-40).
Ia berkata lagi: “Dan jika setiap siapa saja yang
tersalah dalam ijtihadnya -sekalipun (sudah
diketahui) keshohihan imannya dan
konsekwennya ia dalam mengikuti kebenaran-,
kita membuang dan membid’ahkannya, sungguh
sangat sedikit sekali dari para ulama yang bisa
selamat bersama kita, semoga Allah merahmati
kita semua dengan anugrah dan kemuliannya”.
(lihat As Siyar : 14/376).
Ia berkata lagi: “Kita mencintai Sunnah dan
pengikutnya, dan kita mencintai seorang ulama
yang terdapat padanya sikap mengikuti Sunnah
lagi memiliki sifat-sifat yang terpuji, namun kita
tidak menyukai bid’ah yang dilakukannya akibat
penakwilan yang wajar, sesungguhnya yang
menjadi I’tibar adalah dengan banyaknya
kebaikannya”.
Berkata Imam Ibnul Qoyyim (wafat 751 H) :
“Mengenal keutamaan para ulama Islam,
kehormatan dan hak-hak mereka serta tingkatan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-49 of 78 -
mereka, bahwa mereka memiliki keutamaan,
ilmu dan nasehat untuk Allah dan Rasulnya,
tidaklah memestikan kita untuk menerima segala
yang mereka katakan, bila terdapat dalam
fatwa-fatwa mereka dari berbagai masalah yang
tersembunyi diatas mereka apa yang dibawa
oleh rasul lalu mereka berfatwa sesuai dengan
ilmu mereka sedangkan yang benar adalah
sebaliknya, tidaklah semestinya kita membuang
pendapatnya secara keseluruhan atau
mengurangi rasa hormat dan mencela mereka,
dua macam tindakan tersebut adalah melenceng
dari keadilan, jalan yang adil adalah diatara
keduanya, maka kita tidak menyalahkannya
secara mutlak dan tidak pula mensucikannya
dari berbuat salah”, sampai pada pekataannya:
“Barangsiapa yang memiliki ilmu dalam agama
kenyataan menunjukkan bahwa seseorang yang
terhormat serta memiliki perjuangan dan usahausaha
yang baik untuk Islam, dia juga seorang
yang disegani di tengah-tengah umat Islam,
boleh jadi terdapat padanya kekeliruan dan
kesalahan yang bisa ditolerir bahkan ia diberi
pahala karena ijtihadnya, maka ia tidak boleh
diikuti dalam kesalahannya tersebut namun tidak
pula dijatuhkan kehomatan dan kedudukannya
dari hati kaum muslim”. (lihat I’laamul
Muwaaqi’iin : 3/295).
Berkata Ibnu Rajab Al Hambaly (wafat 795 H) :
“Allah enggan untuk memberikan kema’suman
untuk kitab selain kitabNya, seorang yang adil
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-50 of 78 -
adalah orang yang mema’afkan kesalahan
seseorang yang sedikit dihapan kebenarannya
yang banyak”. (lihat Alqawa’id , hal: 3).
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-51 of 78 -
Fitnah Caci Maki Dan Saling Hajar Dari
Sebagian Ahlus Sunnah Pada Masa ini
Dan Bagaimana Jalan Selamat Dari Hal
tersebut
Terjadi pada zaman ini sibuknya sebagian Ahlus
Sunnah terhadap sebagian yang lainnya sikap
saling caci dan saling tahzir (waspada), hal
demikian telah menimbulkan perpecahan dan
perselisihan serta sikap saling Hajar (menjauhi),
sepantasnya yang ada diantara mereka bahkan
suatu keharusan adalah saling kasih dan saling
sayang, dan mereka menyatukan barisan
mereka dalam menghadapi para ahli bid’ah dan
Ahli Ahwa’ (pengikut nafsu sesat) yang mereka
tersebut para penentang Ahlus Sunnah wal
Jam’ah, hal yang demikian disebabkan oleh dua
sebab;
Pertama: Sebahaqian Ahlus Sunnah pada masa
ini ada yang kebiasaan dan kesibukkannya
mencari-cari dan menyelidiki kesalahankesalahan
baik lewat karangan-karangan atau
lewat kaset-kaset, kemudian mentahzir
(peringatan untuk dijauhi) barangsiapa terdapat
darinya suatu kesalahan, bahkan diantara
kesalahan tersebut yang membuat seseorang
bisa dicela dan ditahzir disebabkan ia bekerja
sama dengan salah satu badan sosial agama
(jam’iyaat khairiyah) seperti memberikan
ceramah atau ikut serta dalam seminar yang
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-52 of 78 -
dikoordinir oleh badan sosial tersebut, pada hal
syeikh Abdu’aziz bib Baz dan syeikh Muhammad
bin sholeh Al ‘Utsaimin sendiri pernah
memberikan muhadharah (ceramah) terhadap
badan sosial tersebut lewat telepon, apakah
seseorang layak untuk dicela karena ia
melakukan satu hal yang sudah difatwakan oleh
dua orang ulama besar tentang kebolehannya,
dan lebih baik seseorang menyalahkan
pendapatnya terlebih dulu dari pada
menyalahkan pendapat orang lain, terlebih-lebih
apabila pendapat tersebut difatwakan oleh para
ulama besar, oleh sebab itu sebagian para
sahabat Nabi selepas perjanjian Hudaybiyah
berkata: “Wahai para manusia!, hendaklah
kalian mengkoreksi pendapat akal (arro’yu) bila
bertentangan dengan perintah agama”.
Bahkan diantara orang-orang yang dicela
tersebut memiliki manfa’at yang cukup besar,
baik dalam hal memberikan pelajaran-pelajaran,
atau melalui karya tulis , atau berkhutbah, ia
ditahzir cuma karena gara-gara ia tidak pernak
diketahui berbicara tentang sipulan atau jama’ah
tertentu umpamanya, bahkan celaan dan
tahziran tersebut sampai merembet kebahagian
yang lainnya di negara-negara arab dari orangorang
yang manfa’atnya menyebar sangat luas
dan perjuangnya cukup besar dalam
menegakkan dan menyebarkan Sunnah serta
berda’wah kepadanya, tidak ragu lagi bahwa
mentahzir seperti mereka tersebut adalah
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-53 of 78 -
sebuah tindakan menutup jalan bagi para
penuntut ilmu dan orang-orang yang ingin
mencari faedah dari mereka dalam mempelajari
ilmu dan akhlak yang mulia.
Kedua: Sebahagian dari Ahlus Sunnah apabila ia
melihat salah seorang dari Ahlus Sunnah
melakukan kesalahan spontan ia menulis sebuah
bantahan terhadapnya, kemudian orang yang
dibantahpun membalas dengan menulis
bantahan pula, kemudian masing-masing dari
keduanya saling sibuk membaca tulisan yang
lainnya atau ceramah serta mendengar kasetkasetnya
yang sudah lama demi untuk
mengumpulkan berbagai kesalahan dan ‘aibnya,
boleh jadi sebahagiannya berbentuk keterledoran
lidah, ia melakukan hal tersebut dengan
sendirinya atau orang lain yang melakukan hal
itu untuknya, kemudian masing-masing
keduanya berusaha mencari pendukung untuk
membelanya sekaligus untuk meremehkan pihak
lain, kemudian pendukung dari kedua belah
pihak berusaha memberikan dukungan terhadap
pendapat orang yang didukungnya dan mencela
pendapat lawannya, dan memaksa setiap orang
yang mereka temui untuk menunjukkan
pendirian terhadap orang yang tidak
didukungnya, jika tidak menunjukan
pendiriannya ia dibid’ahkan mengikuti bagi
penbid’ahan terhadap pihak lawannya, kemudian
hal yang demikian dilanjutkan dengan perintah
untuk menhajarnya (mengucilkannya). Tindakan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-54 of 78 -
para pendukung dari kedua belah bihak
termasuk sebagai penyebab yang paling utama
dalam muncul dan semakin menyebarnya fitnah
dalam bentuk sekala luas, dan keadaan semakin
bertambah parah lagi apabila setiap pendukung
kedua belah pihak menyebarkan celaan tersebut
melalui internet, kemudian generasi muda dari
Ahlus Sunnah di berbagai negara bahkan di
berbagai benua menjadi sibuk mengikuti
perkembangan yang tersebar di webset masingmasing
kedua belah pihak tentang kata ini kata
itu yang tidak membuahkan kebaikan tapi hanya
membawa kerusakan dan perpecahan, hal itu
telah membuat pendukung kedua belah pihak
yang bertikai untuk selalu mojok didepan kaca
iklan untuk mengetahui berita apa yang sedang
tersebar, tak ubahnya seperti orang yang
terfitnah oleh club-club olahraga yang mana
masing-masing pendukung memberikan supor
untuk clubnya, sehingga hal yang demikian telah
menimbulkan diantara mereka persaingan,
keberingasan dan pertengkaran.
Jalan untuk selamat dari fitnah ini adalah dengan
mengikuti beberapa langkah berikut ini :
Pertama : Tentang hal yang berhubungan
dengan caci maki dan tahzir
perlunya memperhatikan hal yang
berikut ;
1. Hendaknya orang yang menyibukkan
dirinya dengan mencela para ulama dan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-55 of 78 -
para penuntut ilmu serta mentahzir
terhadap mereka tersebut hendaklah ia
merasa takut kepada Allah, lebih baik ia
menyibukan diri dengan memeriksa aibaibnya
supaya ia terlepas dari aibnya
tersebut, dari pada ia sibuk denga aib-aib
orang lain, dan menjaga kekekalan
amalan baiknya jangan sampai ia
membuangnya secara sia-sia dan
membagi-bagiakannya kepada orang yang
dicela dan dicacinya, sedangkan ia sangat
butuh dari pada orang lain terhadap amal
kebaikan tersebut pada hari yang tiada
bermanfaat pada hari itu harta dan anak
keturunan kecuali orang yang datang
menghadap Allah dengan hati yang suci.
2. Hendaklah ia menyibukan dirinya dengan
mencari ilmu yang bermanafaat dari pada
ia sibuk melakukan celaan dan tahziran,
dan giat serta bersungguh-sungguh dalam
mencari ilmu tersebut supaya ia mendapat
faedah dan memberikan faedah,
mendapat manfa,at dan bermanfa’at,
maka dianatra pintu kebaikan bagi
seorang manusia adalah bahwa ia sibuk
dengan ilmu, belajar, mengajar,
berda’wah dan menulis, apabila ia mampu
melakukan hal yang demikian maka
hendaknya ia menjadi golongan yang
membangun, dan tidak menyibukkan
dirinya dengan mencela para ulama dan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-56 of 78 -
para penuntut ilmu dari Ahlus Sunnah
serta menutup jalan yang
menghubungkan untuk mengambil faedah
dari mereka sehingga ia menjadi golongan
penghancur, orang yang sibuk dengan
celaan seperti ini, tentu ia tidak akan
meninggalkan sesudahnya ilmu yang
dapat memberi manfa’at serta manusia
tidak akan merasa kehilangan atas
kepergiannya sebagai seorang ulama yang
memberi mereka manfa’at, justru dengan
kepergiannya mereka merasa selamat dari
kejahatannya.
3. Bahwa ia menganjurkan kepada para
generasi muda dari Ahlus Sunnah pada
setiap tempat untuk menyibukkan diri
dengan menuntut ilmu, membaca kitabkitab
yang bermanfa’at dan
mendengarkan kaset-kaset pengajian para
ulama Ahlus Sunnah seperti Syeikh Bin
Baz dan Syeikh Bin Al ‘Utsaimin, dari pada
menyibukan diri mereka dengan
menelepon sipulan dan sipulan untuk
bertanya; (apa pendapat engkau tentang
sipulan atau sipulan?), dan (apa pula
pandanganmu terhadap perkataan sipulan
terhadap sipulan?), dan (perkataan
sipulan terhadap sipulan?).
4. Hendaknya ketika seorang penuntut ilmu
bertanya tentang hal orang-orang yang
menyibukan dirinya dengan ilmu,
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-57 of 78 -
hendaklah pertanyaan tersebut diajukan
kepada tim komisi pemberi fatwa di
Riyadh untuk bertanya tentang hal mereka
tersebut, apakah mereka tersebut berhak
untuk dimintai fatwanya dan boleh
menutut ilmu darinya atau tidak?, dan
barang siapa yang betul-betul tau tentang
hal seseorang tersebut hendaklah ia
menulis surat kepada tim komisi pemberi
fatwa tentang apa yang diketahuinya
tentang halnya untuk sebagai bahan
pertimbangan dalam hal tersebut, supaya
hukum yang lahir tentang celaan dan
tahziran timbul dari badan yang bisa
dipercaya fatwa mereka dalam hal
menerangkan siapa yang boleh diambil
darinya ilmu dan siapa yang bisa dimintai
fatwanya. Tidak diragukan lagi bahwa
seharusnya badan resmilah sebagai
tempat rujukan berbagai persoalan yang
membutuhkan fatwa dalam hal
mengetahui tentang siapa yang boleh
dimintai fatwanya dan diambil darinya
ilmu, dan janganlah seseorang menjadikan
dirinya sebagai rujukan dalam seperti halhal
yang penting ini, sesungguhnya
diantara tanda baiknya Islam seseorang
adalah meninggalkan perkara yang tidak
menjadi urusannya.
Kedua : Apa yang berhubungan dengan
bantahan terhadap siapa yang
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-58 of 78 -
tersalah, perlunya memperhatikan
hal-hal berikut.
1. Bantahan tersebut hendaknya
disampaikan dengan halus dan lemah
lembut dan disertai oleh harapan yang
tulus dalam menyelamatkan orang yang
tersalah tersebut dari kesalahannya,
ketika kesalahan tersebut jelas lagi nyata,
dan perlunya merujuk kepada bantahanbantahan
yang ditulis oleh Syeikh Bin Baz
رحمه ا لله– - untuk mengambil faedah darinya
dalam hal cara-cara bagaimana
selayaknya sa’at menulis sebuah
bantahan.
2. Apabila bantahan tersebut terhadap
sebuah kesalahan yang kurang jelas,
tetapi ia dari jenis persoalan yang
bantahan terhadapnya mengandung sisi
benar dan sisi salah, maka untuk
memutuskan persoalan tersebut perlunya
merujuk kepada tim komisi pemberi fatwa,
adapun apabila kesalahan tersebut jelas,
bagi siapa yang dibantah perlunya kembali
kepada kebenaran, karena sesungguhnya
kembali kepada kebenaran lebih baik dari
pada berlarut-larut dalam kebatilan.
3. Apabila seorang telah melakukan
bantahan terhadap orang lain maka
sesungguhnya ia telah melaksanakan
kewajibannya, selanjutnya ia tidak perlu
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-59 of 78 -
menyibukkan dirinya untuk mengikuti
gerak-gerik orang yang dibantahnya,
tetepi ia menyibukan diri dengan
menuntut ilmu yang akan membawa
manfa’at sangat besar untuk dirinya dan
orang lain, beginilah sikap Syeikh Bin Baz
.- رحمه الله-
4. Tidak dibolehkannya seorang penuntut
ilmu menguji yang lainnya, bahwa
mengharuskannya untuk memiliki sikap
tegas terhadap yang dibantah atau yang
membantah, jika setuju ia selamat dan
jika tidak ia dibid’ahkan dan dihajar
(dikucilkan). Tidak seorangpun yang
berhak menisbahkan kepada manhaj Ahlus
Sunnah sikap ketidak beraturan seperti ini
dalam membid’ahkan dan menghajar.
Begitu juga tidak seorangpun yang berhak
menuduh orang yang tidak melalui cara
yang kacau seperti ini bahwa orang
tersebut penghancur bagi manhaj salaf.
Hajar yang bermanfa’at dikalangan Ahlus
Sunnah adalah apa yang dapat
memberikan manfa’at bagi yang dihajar
(dikucilkan), seperti orang tua
mengucilkan anaknya, Dan seorang
Syeikh terhadap muridnya, dan begitu
juga pengucilan yang datang dari seorang
yang mempuyai kehormatan dan
kedudukan yang tinggi, sesungguhnya
pengucilan mereka sangat berfaedah bagi
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-60 of 78 -
orang yang dikucilkan, adapun apabila hal
itu dilakukan oleh sebagian penuntut ilmu
terhadap sebagaian yang lainnya apalagi
bila disebabkan oleh persoalan yang tidak
sepantasnya ada hal pengucilan dalam
persoalan tersebut, hal yang demikian
tidak akan membawa faedah bagi yang
dikucilkan sedikitpun, bahkan akan
berakibat terjadinya keberingasan dan
pertengkaran serta perpecahan.
Berkata Syeikh Islam Ibnu Taymiyah dalam
kumpulan fatwanya (3/413-414) ketika beliau
berbicara tentang Yazid bin Mu’awiyah:
“Pendapat yang benar adalah apa yang
menjadi pegangan para ulama bahwa
sesungguhnya Yazid tersebut tidak
dikhususkan kecintaan terhadapnya dan tidak
pula boleh melaknatnya, bersamaan dengan
itu sekalipun ia seorang yang fasik atau
seorang yang zholim maka Allah mengampuni
dosa seorang yang fasik dan dosa seorang
yang zholim apalagi bila ia memiliki kebaikankebaikan
yang cukup besar, sesungguhnya
Imam Bukhari telah meriwayakan dalam
shohihnya dari Ibnu Umar , bahwa Nabi
bersabda: (( ((َأ  و ُ ل جيشٍ ي غزو اْلَق  س َ طنطِينِيَة م غُف  و ر َله
“Pasukan yang pertama sekali memerangi Al
Qasthanthiniyah bagi mereka keampunan”.
Pasukan yang pertama sekali memerangi Al
Qasthanthiniyah komandan mereka adalah
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-61 of 78 -
Yazid bin Mu’awiyah dan termasuk bersama
pasukan tersebut Abu Ayub Al Anshory…maka
yang wajib dalam hal tersebut adalah
pertengahan dan berpaling dari
membicarakan Yazid serta tidak menguji
kaum muslim dengannya, karena hal ini
adalah termasuk bid’ah yang menyalahi
manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah”.
Ia berkata lagi (3/415): “Dan demikian juga
memecah belah antara umat dan menguji
mereka dengan sesuatu yang tidak pernah
diperintahkan Allah dan RasulNya”.
Dan Ia berkata lagi (20/164): “Tidak
seorangpun yang berhak menentukan untuk
umat ini seorang figur yang diseru untuk
mengikuti jalannya, yang menjadi pola ukur
dalam menentukan wala’ (berloyalitas) dan
bara’ (memusuhi) selain Nabi , begitu juga
tidak seorangpun yang berhak menentukan
suatu perkataan yang menjadi pola ukur
dalam berloyalitas dan memusuhi selain
perkataan Allah dan RasulNya serta apa yang
menjadi kesepakatan umat, tetapi perbuatan
ini adalah kebiasaan Ahli bid’ah, mereka
menentukan untuk seorang figur atau suatu
pendapat tertentu, melalui itu mereka
memecah belah umat, mereka menjadikan
pendapat tersebut atau nisbah (gelaran)
tersebut sebagai pola ukur dalam berloyalitas
dan memusuhi”.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-62 of 78 -
Ia berkata lagi (28/15-16): “Apabila seorang
guru atau ustaz menyuruh mengucilkan
seseorang atau menjatuhkan dan
menjauhinya atau yang seumpamanya
seorang murid harus mempertimbangkan
terlebih dulu, jika orang tersebut telah
melakukan dosa secara agama ia berhak
dihukum sesuai dengan dosa tampa
berlebihan, dan jika ia tidak melakukan dosa
secara agama maka ia tidak boleh dihukum
dengan sesuatu apapun karena berdasarkan
keinginan seorang guru atau lainnya.
Tidak selayaknya bagi para guru
mengelompokan para manusia dan
menanamkan rasa permusuhan dan
kebencian antara mereka, tetapi hendaklah
mereka seperti saling bersaudara yang saling
tolong menolong dalam melakukan kebaikan
dan ketaqwaan, sebagaimana firman Allah:
{  وتعا  ونوْا  عَلى اْل  بر  والتْ ق  وى  و َ لا تعا  ونوْا  عَلى الإِْثمِ
.[  واْلع  د  وانِ} [سورة المائدة : 2
“Dan tolong menolonglah kamu dalam
berbuat kebaikan dan ketaqwaan, dan
janganlah kamu saling tolong menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan”.
Berkata Al Hafiz Ibnu Rajab dalam
mensyarahkan hadits:
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-63 of 78 -
((مِ  ن ح  سنِ إِ  س َ لامِ اْل  م  رءِ ت  ر ُ كه ما َ لا ي  عنِيهِ)).
“Diantara ciri baiknya Islam seseorang adalah
Ia meninggalkan sesuatu yang tidak menjadi
urusannya”.
Dalam kitabnya Jami’ul ‘Ulum wal Hikam
(1/288): “Hadits ini mengadung pokok yang
amat penting diantara pokok-pokok adab,
telah menceritakan Imam Abu ‘Amru bin Ash
Sholah dari Abi Muhammad bin Abi Zeid
(salah seorang imam mazhab malikiyah pada
zamannya) bahwa ia berkata: “Kumpulan
berbagai adab dan himpunannya bercabang
dari empat hadits; sabda Nabi :
((م  ن َ كا َ ن ي  ؤمِ  ن بِاللهِ  واْلي  ومِ الآخِرِ َفْليُق ْ ل  خيرا َا  و لِي  ص  م  ت)).
“Barang siapa yang beriman dengan Allah dan
hari akhirat maka hendaklah ia mengucapkan
perkataan yang baik atau lebih baik diam”.
Dan sabdanya :
((مِ  ن  ح  سنِ إِ  س َ لا  م اْل  م  رءِ ت  ر ُ كه ما َ لا ي  عنِيهِ)).
“Diatara ciri baiknya Islam seseorang adalah
Ia meninggalkan sesuatu yang tidak menjadi
urusannya”.
Dan sabdanya dalam wasiatnya yang
singkat:
(( َ لا ت  غ  ض  ب))
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-64 of 78 -
“Jangan marah”, dan sabdanya:
((اْل  م  ؤمِ  ن يحِ  ب لَِأخِيهِ ما يحِ  ب لِن ْ فسِهِ)).
“Seorang mukmin mencintai untuk
saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya”.
Aku berkata (penulis) : Alangkah sangat
butuhnya para penuntut ilmu untuk beradab
dengan adab-adab ini yang mendatangkan
untuk mereka dan untuk selain mereka
kebaikan dan faedah, serta menjauhi sikap
kasar dan kata-kata kasar yang tidak akan
membuahkan kecuali permusuhan,
perpecahan, saling benci dan mencerai
beraikan persatuan.
5. Kewajiban setiap penuntut ilmu yang mau
menasehati dirinya, hendaklah ia
memalingkan perhatiannya dari mengikuti
apa yang disebarkan melalui jaringan internet
tentang apa yang dibicarakan oleh masingmasing
pihak yang bertikai, ketika
mempergunakan jaringan internet hendaklah
menghadapkan perhatiannya pada webset
Syeikh Abdul’aziz bin Baz - رحمه الله - dan
membaca berbagai karangan dan fatwanya
yang jumlahnya sampai sekarang dua puluh
satu jilid, dan fatwa tim komisi fatwa yang
jumlahnya sampai sekarang dua puluh jilid,
begitu juga webset Syeikh Muhammad bin
‘Utsaimin - رحمه ا لله - dan membaca buku-buku
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-65 of 78 -
dan faywa beliau yang cukup banyak lagi
luas.
Sebagai penutup saya wasiatkan kepada para
penuntut ilmu supaya mereka bersyukur kepada
Allah atas taufik yang diberikanNya kepada
mereka; ketika Allah menjadikan mereka
diantara orang-orang yang menuntut ilmu, dan
hendaklah mereka menjaga keikhlasan mereka
dalam menuntut ilmu tersebut dan
mengorbankan segala yang berharga untuk
mendapatkannya, serta menjaga waktu untuk
selalu sibuk dengan ilmu; sesungguhnya ilmu
tidak bisa diperoleh dengan cita-cita belaka serta
tetap kekal dalam kemalasan dan keloyoan.
Telah berkata Yahya bin Abi Katsir Al Yamamie:
“Ilmu tidak bisa diperoleh dengan ketenangan
badan”, diriwayakan oleh Imam Muslim dalam
shohihnya dengan sanadnya kepadanya (yahya)
ketika ia (Imam Muslim) menyebukan haditshadits
yang berhubungan dengan waktu sholat.
Banyak terdapat ayat-ayat dalam kitab Allah
yang menerangakan tentang kemulian ilmu dan
keutamaan penuntut ilmu begitu juga dalam
hadits-hadits Nabi ;
Seperti firman Allah:
{  شهِ  د الّله َأنه َ لا إَِله إِلاَّ  ه  و  واْل  م َ لائِ َ ك ُة  وُأ  وُلوْا اْلعِْلمِ}
[سورة آل عمران :].
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-66 of 78 -
“Allah dan para malaikat serta orang-orang yang
berilmu menyatakan bahwa tiada tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia (Allah)(1).
Dan firman Allah:
{ُق ْ ل  ه ْ ل ي  ستوِي الَّذِي  ن ي عَل  مو َ ن  والَّذِي  ن َلا ي عَل  مو َ ن}[سورة
الزمر]
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang
mengethui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui”.
Juga Firman Allah:
{ي  رَفعِ اللَّه الَّذِي  ن آمنوا مِن ُ ك  م  والَّذِي  ن ُأوتوا اْلعِْل  م
د  ر  جاتٍ}[سورة اادلة :].
‘Allah meninggikan derajat orang-orang yang
beriman diantara kalian dan orang-orang yang
berilmu dengan beberapa derajat”.
Firman Allah lagi:
.[ {  وُقل  ر  ب زِ  دنِي عِْل  ما} [سورة طه : 114
“Dan katakanlah: Ya tuhanku tambahlah
ilmuku”.
(1) yaitu ketika Allah menjadikan pernyataan orang yang berilmu
serangakai dengan pernyataan Allah dan para malaikat.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-67 of 78 -
Adapun hadits-hadits yang menerangkan tentang
keutamaan ilmu dan penuntunya, diantaranya
adalah sabda Rasulullah :
((م  ن يرِدِ اللهُ بِهِ  خيرًا يَفقِّ  هه فِي ال  دينِ)).
“Barangsiapa yang dikehedaki Allah untuknya
kebaikan, Allah menjadikannya orang yang
faham tentang agama”. Hadits ini diriwayakan
oleh Bukhary (no 71) dan Muslim (no 1037).
Hadist ini menunjukkan bahwa diantara tanda
Allah mengkehendaki kebaikan untuk seorang
hamba adalah bahwa Allah menjadikannya
seorang yang faham tentang agama, karena
dengan kepafahamannya tentang agama ia akan
beribadah kepada Allah dengan hujjah yang
nyata dan menda’wahi orang lain dengan hujjah
yang nyata pula.
Dan sabda Rasulullah :
((  خير ُ ك  م م  ن تعلَّ  م اْلُق  رآ َ ن  و  علَّ  مه)).
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang
mempelajari Al Quran dan mengajarkannya”.
Diriwayatkan Bukhari (no 5027).
Dan sabda Rasulullah ((إِنَّ اللهَ ي رَف  ع بِ  ه َ ذا اْلكِتابِ َأْق  وامًا  وي  ض  ع بِهِ
آ  خرِي  ن)) :
“Sesungguhnya Allah mengangkat dengan kitab
ini (Al Quran) beberapa kaum dan merendahkan
yang lainnya”. Diriwayatkan Muslim (no 817).
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-68 of 78 -
Dan sabdanya lagi:
((ن  ضر اللهُ ا  مرءًا  سمِ  ع مَقاَلتِي َف  و  عا  ها  وَأدا  ها َ ك  ما  سمِع  ها)).
“Allah menjanjikan kenikmatan untuk seorang
yang mendengar perkataanku, maka ia
menghafalnya dan menyampaikannya
sebagaimana yang didengarnya”. Ini adalah
hadits yang mutawatir yang diriwayatkan oleh
lebih dari dua puluh orang sahabat, telah aku
sebutkan riwayat-riwayat mereka tersebut dalam
kitab saya “Dirasah Hadits (( ((ن  ضر اللهُ ا مرءًا  سمِ  ع مَقاَلتِي
riwayah dan diroyah”.
Dan sabda beliau lagi:
((م  ن  سَل  ك َ طرِيًقا ي ْ طُل  ب فِيهِ عِْلمًا  سَل  ك اللهُ  عز  و  جلَّ بِهِ َ طرِيقًا مِ  ن
ُ طرقِ اْل  جنةِ، وإِنَّ اْل  م َ لائِ َ كَة َلت  ض ع َأ  جنِ  حت  ها رِضًا لِ َ طالِبِ اْلعِْلمِ،  وإِنَّ
اْلعالِمِ َلي  ست  غفِر َله م  ن فِي ال  س  م  واتِ وم  ن فِي اْلَأ  رضِ،  واْلحِيتا ُ ن فِي
 ج  وفِ اْل  ماءِ،  وإِنَّ َف  ض َ ل اْلعالِمِ  عَلى اْلعابِدِ َ كَف  ضلِ اْلَق  مرِ َليَلَة اْلب  درِ
 عَلى  سائِرِ اْل َ ك  واكِبِ،  وإِنَّ اْلعَل  ماءَ و رَثُة اْلَأنبِياءِ،  وإِنَّ اْلَأنبِياءَ َل  م
ي  و رُث  وا دِينا را  و َ لا دِ  ر  همًا،  و رُث  وا اْلعِْل  م، َف  م  ن َأ  خ َ ذه َأ  خ َ ذ بِ  حظٍّ
 وافِرٍ)).
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk
mencari ilmu dalamnya, berarti Allah telah
memasukkan kepada salah satu jalan dari jalanjalan
surga, sesungguhnya malaikat meletakkan
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-69 of 78 -
sayapnya(1) dengan penuh keredhaan untuk
penuntut ilmu, sesungguhnya penghuni langit
dan bumi sekalipun ikan dalam air memohankan
ampun untuk seorang ‘alim, sesungguhnya
keutamaan seorang ‘alim diatas seorang ahli
ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama
atas cahaya bintang-bintang, sesungguhnya para
ulama adalah pewaris dari para nabi-nabi,
sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar
dan dirham, mereka mewariskan ilmu
barangsiapa yang mengambilnya sesungguhnya
ia telah mendapatkan warisan tersebut dengan
bagian yang banyak”. Hadits ini riwayatkan oleh
Abu Daud (no 3628) dan lainnya, silahkan lihat
takhrijnya dalam “Shohih At Targhiib wat
Tarhiib” (no 70), dan Ta’liiq musnad Imam
Ahmad (no 21715), Ibnu Rajab telah
mensyarahkannya dalam sebuah tulisannya,
potongan pertama dari hadits tersebut terdapat
dalam shohih Imam Muslim (no 2699).
Juga sabda Rasulullah :
(1) para ulama berbeda pendapat apa yang dimaksud dengan “malaikat
meletakkan sayap mereka” tersebut; ada yang berpendapat: malaikat
meletakkan sayanya untuk sebagai hamparan tempat berjalan bagi
penuntut ilmu, ada yang berpendapat: mereka bertawadhu’
dihadapan penuntut ilmu, ada yang berpendapat: mereka berhenti
dari melakukan perjalanan kitika mendapatkan majlis penuntut ilmu,
ada yang berpendapat: mereka menaungi para penuntut ilmu denga
sayap mereka.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-70 of 78 -
((إَِذا ما  ت ْالإِن  سا ُ ن انَق َ ط  ع  عنه  ع  مُله إِلاَّ مِ  ن َث َ لاَثةٍ؛ إِلاَّ مِ  ن  ص  دَقةٍ
 جارِيةٍ، َأ  و عِْلمٍ ينتَف  ع بِهِ، َأ  و  وَلدٍ  صالِحٍ ي  د  ع  و َله)).
“Apabila seorang manusia meninggal terputus
darinya segala amalannya kecuali tiga macam;
yaitu sadaqah jariyah, atau ilmu yang
bermanfa’at, atau anak yang sholeh yang
mendo’akannya”.
Hadits ini diriwayakan Muslim (no 1631).
Dan sabda beliau lagi:
((م  ن د  عا إَِلى  ه  دى َ كا َ ن َله مِ  ن ْالأَ  جرِ مِْث َ ل ُأ  ج  ورِ م  ن تبِعه َ لا ينُق  ص
َذلِ  ك مِ  ن ُأ  ج  ورِهِ  م  شيًئا،  وم  ن د  عا إَِلى  ض َ لاَلةٍ َ كا َ ن  عَليهِ مِ  ن ْالإِْثمِ مِْث َ ل
آَثامِ م  ن تبِعه َ لا ينُق  ص َذلِ  ك مِ  ن آَثامِهِ  م  شيًئا)).
“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, ia
akan mendapat pahala sebanyak pahala orang
yang mengikutinya tampa mengurangi sedikitpun
dari pahala mereka, barangsiapa yang mengajak
kepada kesesatan, ia akan menanggung dosa
sebanyak dosa orang yang mengikutinya tampa
mengurangi sedikitpun dari dosa mereka”.
Diriwayatkan oleh Muslim (no 2674).
Dan aku wasiatkan juga kepada seluruhnya untuk
menjaga waktu dan mengisinya dengan apa yang
membawa kebaikan untuk segenap manusia,
karena Rasulullah bersabda:
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-71 of 78 -
((نِ  ع  متانِ م  غب  و ٌ ن فِيهِ  ما َ كثِير مِ  ن الناسِ؛ ال  ص  حُة  واْلَفرا ُ غ)).
“Dua nikmat kebanyakan dari manusia tertipu
dalam keduanya; kesehatan dan waktu kosong”.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shohihnya (no
6412), ia adalah hadits yang pertama yang
disebutkannya dalam kitab Ar Riqooq, ia juga
menyebutkan dalam kitab tersebut sebuah Atsar
dari Ali bin Abi Tholib, ia berkata: “Dunia telah
beransur pergi membelakangi (kita), akhirat telah
beransur tiba menghadapi (kita), setiap keduanya
mempunyai pengagum, jadilah kalian dari
pengagum akhirat, jangan kalian menjadi
pengagum dunia, sesungguhnya hari ini sa’atnya
untuk beramal tampa ada berhisab, besok
sa’atnya untuk berhisab tampa beramal”. (lihat
shohih Bukhari bersama Fathul Bari: 11/235).
Aku wasiatkan untuk menyibukkan diri dengan
sesuatu yang berguna dari apa yang tidak
berguna, karena Rasulullah bersabda:
((مِ  ن ح  سنِ إِ  س َ لا  م اْل  م  رءِ ت  ر ُ كه ما َ لا ي  عنِيهِ)).
“Diantara ciri baiknya Islam seseorang adalah Ia
meninggalkan sesuatu yang tidak menjadi
urusannya”. Diriwayatkan oleh At Tirmizi (no
2317) dan lainnya, ia adalah hadits yang kedua
belas dari urutan hadits Arba’iin An Nawawy.
Dan aku wasiatkan untuk berlaku adil dan
bersikap netral antara Al Ghulu (berlebihlebihan)
dan Al Jafa’ (melecehkan), dan antara
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-72 of 78 -
Al Ifraath (melampaui batas) dan At Tafriith
(lengah). Karena Nabi bersabda:
((إِيا ُ ك  م  واْلغُل  و فِي ال  دي  ن، َفإِن  ما َأ  هَل  ك م  ن َ كا َ ن َقبَل ُ ك  م بِاْلغُل و
فِي ال  دينِ)).
“Hati-hatilah kalian terhadap sikap yang
berlebih-lebihan dalam agama, sesungguhnya
yang telah membinasakan orang yang sebelum
kalian adalah sebab berlebih-lebihan dalam
agama”.
Ini adalah hadits shohih yang diriwayatkan oleh
An Nas-i dan lainnya, ia juga diantara haditshadits
yang disampaikan Nabi pada waktu haji
wada’, lihat takhrijnya dalam silsilah shohihah
karangan syeikh AlBany (no 1283).
Dan aku wasiatkan untuk waspada dari
melakukan kezoliman, sebagaimana yang
terdapat dalam hadits Qudsi:
((يا عِبادِي! إِني  حر  م  ت الظُّْلم  عَلى ن ْ فسِي،  و  جعْلته بين ُ ك  م م  حرمًا
َف َ لا ت َ ظاَل  م  وا)).
“Wahai para hambaku!, sesungguhnya aku telah
mengharamkan kezoliman atas diriKu, dan aku
telah menjadikannya suatu yang haram diantara
kalian, maka janganlah kalian saling menzolimi”.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim (no
2577).
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-73 of 78 -
Dan sabda Rasulullah :
((اتُق  وا الظُّْل  م؛ َفإِنَّ الظُّْل  م ُ ظُل  ما  ت ي  وم اْلقِيامةِ))
“Takutilah oleh kalian kezoliman; sesungguhnya
kezoliman adalah (membawa) kegelapan pada
hari kiamat”. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim
(no 2578).
Saya memohon pada Allah ‘azza wa jalla semoga
Ia memberikan TaufiqNya kepada (kita)
seluruhnya untuk mendapatkan ilmu yang
bermanfa’at dan beramal dengannya serta
berda’wah kepadanya diatas hujjah yang nyata,
semoga Ia mengumpulkan kita semuanya diatas
kebenaran dan petunjuk, dan menyelamatkan
kita semuanya dari berbagai fitnah baik yang
nyata maupun yang tersembunyi, sesungguhnya
Allah Maha penolong diatas segala hal yang
demikian dan Maha kuasa atasnya, semoga Allah
melimpahkan selawat dan salam serta
keberkatan kepada hambaNya dan RasulNya
Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga serta
para sahabatnya dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik sampai hari
kemudian.
***
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-74 of 78 -
PERINGATAN
Penjelasan tentang Rifqon Ahlas Sunnah
Untuk siapakah Syaikh menujukannya?
“Buku yang aku tulis terakhir ini yaitu Rifqon
Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah tidaklah ada
korelasinya dengan yang telah aku sebutkan di
dalam Madarikun Nazhar. Risalahku Rifqon Ahlas
Sunnah bi Ahlis Sunnah tidaklah dimaksudkan
untuk Ikhwanul Muslimin tidak pula dimaksudkan
untuk orang-orang yang terfitnah dengan Sayyid
Quthb dan selainnya dari para harokiyyin. Tidak
pula dimaksudkan untuk orang-orang yang
terfitnah dengan fiqh waqi’, para pencela
penguasa dan orang-orang yang merendahkan
para ulama, tidak dimaksudkan untuk mereka
baik yang dekat maupun jauh. Sesungguhnya,
risalahku ini aku peruntukkan untuk Ahlus
Sunnah saja!!! Mereka yang berada di atas jalan
Ahlus Sunnah yang tengah terjadi di tengah
mereka ini sekarang perselisihan dan sibuknya
mereka antara satu dengan lainnya dengan
tajrih, hajr (mengisolir) dan mencela. 1
Dalam kesempatan lain syaikh juga berkata :
”Jadi, saya katakan kembali bahwa buku ini
tidaklah ditujukan bagi kelompok ataupun firqoh
yang menyelisihi manhaj Ahlus Sunnah wal
1 Lihat Ithaaful ‘Ibaad, op.cit., hal. 61.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-75 of 78 -
Jama’ah ataupun jalannya ahlus sunnah. Bahkan
buku ini ditujukan kepada kalangan ahlus
sunnah yang mereka sibuk antara satu dengan
lainnya sesama ahlus sunnah, dengan jarh, hajr,
mencari-cari kesalahan dan mentahdzir dari
manusia karena kesalahan-kesalahan ini.
Jika ada dua orang mulai berselisih mereka pun
berpecah menjadi dua kelompok, kelompok yang
ini berbangga diri dengan orang ini dan
kelompok itu berbangga diri dengan orang itu.
Sehingga tampak hajr dan muqotho’ah
(memutuskan hubungan) antara satu dengan
lainnya sesama pengikut ahlus sunnah di setiap
tempat karena adanya perselisihan ini.
Hal ini adalah termasuk bencana dan fitnah yang
paling besar. Sehingga ahlus sunnah akan
terpecah belah berdasarkan pernyataan
ketidaksepakatan antara orang ini dan orang itu
: apa yang fulan katakan tentang fulan dan
fulan!!! Apa pendapatmu tentang fulan dan
fulan! Atau bagaimana sikapmu terhadap fulan
dan fulan! Jika jawabanmu selaras dengan
pendapat mereka, maka kamu akan selamat.
Dan jika kamu tidak memiliki pendapat maka
kamu akan dilabeli dengan sebutan mubtadi’,
hajr akan dipraktekan dan ahlus sunnah akan
terpecah belah menjadi kelompok-kelompok
yang berbahaya!!! Inilah yang melatarbelakangi
maksud penulisan buku ini (Rifqon).
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-76 of 78 -
Telah diketahui bersama bahwa buku ini tidaklah
menyeru harokiyin, dan hal ini karena buku ini
disukai, harokiyun senang jika ahlus sunnah
sibuk antara satu dengan lainnya, hingga
mereka merasa selamat dari ahlus sunnah.
Dengan hal ini mereka merasa selamat dari
ahlus sunnah, dan hal ini dikarenakan kita
menyibukkan diri antar sesama ahlus sunnah.
Buku ini menyerukan ishlah tentang hal-hal yang
tengah melanda kita, agar kita lebih berlemah
lembut antar sesama, dan kita berupaya untuk
membenahi antara satu dengan lainnya. Ini yang
terbetik di dalam fikiran saya tentang latar
belakang penulisan buku ini.
Namun mereka dari kalangan harokiyun dan
hizbiyun, yang jelas-jelas menyelisihi jalan ahlus
sunnah, mereka sangat bergembira dengan
perselisihan yang terjadi diantara kita. Karena
ketika ahlus sunnah sibuk dengan sesamanya,
mereka menjadi aman dari ahlus sunnah. Jadi...
perpecahan dan perselisihan diantara ahlus
sunnah inilah yang mereka kehendaki... Iya..” 2
2 Tanya Jawab bersama Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad di Masjidil Haram
pada hari Selasa, tanggal 8/5/1424 H. Dinukil dari www.muslm.net.
http://dear.to/abusalma
Maktabah Abu Salma al-Atsari
-77 of 78 -
D a f t a r I s i
• Pendahuluan……………………………………………….2
• Nimat bertutur dan berbicara .…………………20
• Menjaga lidah dari berbicara kecuali dalam
hal yang baik….……………………………………....14
• Sikap berprasangka jelek dam mencari-cari
kesalahan orang lain………………………………. 29
• Sikap ramah dan berlemah lembut ………..33
• Sikap Ahlus Sunnah terhadap seorang
ulama yang tersalah bahwa sesungguhnya
Ia diberi ‘uzur tampa dibid’ahkan dan tidak
pula dijauhi………………………………………….....38
• Fitnah caci maki dan menghajar
(mengucilkan) dari sebahagian Ahlus
Sunnah pada masa ini, dan bagaimana
jalan selamat dari hal tersebut..……….….51
• Peringatan : Penjelasan tentang Rifqon
Ahlas Sunnah Untuk siapakah Syaikh
menujukannya?..................................74
• D a f t a r i s i ……………………………..…….77