goresan hidup seorang biduan

Selasa, 23 Maret 2010

Jangan Anggap Remeh Sembelit

Dalam suatu penelitian, ternyata sembelit, atau sulit buang air besar, punya
andil besar dalam menyebabkan kanker usus. Padahal, jenis kanker ini, merupakan salah satu
yang penyebaran sel-sel kankernya relatif cepat di dalam tubuh.
Sayangnya, orang-orang sering menganggap remeh hal ini. Sehingga, baru pergi ke dokter,
ketika kondisinya sudah begitu parah dan sulit ditangani lagi.
Menurut US National Library, kanker usus merupakan penyebab kematian kedua terbesar
akibat kanker di USA setelah kanker paru-paru. Setiap tahun terdapat 130.000 kasus baru
dengan tingkat kematian lebih dari 50.000 orang, dan 97% di antara penderita kanker usus
berumur di atas 40 tahun.
Bagaimana di Indonesia, laporan kanker usus juga banyak. Rumah sakit kanker Dharmais
terdapat 6,5 persen pasien yang diperiksa saluran cerna bagian bawahnya (koloskopi). RUSD
Banjarmasin mencatat 32% pasien dengan pendarahan anus. Sedang RS Cipto
Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mendapati rata-rata 50 pasien baru setiap tahunnya yang
menderita kanker usus.
Berkaitan dengan kanker usus, terdapat pro dan kontra tentang hubungan antara kesulitan
buang air besar dengan kanker usus. Sebagian yang pro melihat serat dapat mempercepat
waktu transit makan dari masuknya makanan hingga keluar sebagai feses (tinja), sedangkan
yang kontra meragukan manfaatnya.
Percepatan waktu transit makanan memiliki dua manfaat. Pertama, terhindar dari penyerapan
kembali air dan juga penyerapan zat-zat berbahaya yang bersifat karsinogenik (penyebab
kanker) dari feses oleh usus. Akibatnya feses tidak menjadi keras, sehingga terhindari dari
konstipasi atau kesulitan buang air besar. Buang air besar jadi lancar, tuntas dan tidak keras.
Kedua, terhindar dari terbentuknya tumor/kanker usus akibat terjadi kontak antara zat
karsinogenik yang bersifat merusak sel tubuh dengan dinding usus.
Menurut sebuah survei sebuah lembaga riset di Jakarta, beberapa waktu lalu, 20% penduduk
Jakarta mengalami susah BAB (buang air besar). Separuh dari angka tersebut, ternyata
frekuensi BAB-nya antara 2-3 hari sekali,sedangkan sisanya, walau BAB setiap hari tapi
dengan keluhan keras, tidak tuntas dan tidak lancar.
Sedangkan penelitian puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001 mendapati bahwa konsumsi serat
penduduk Indonesia hanya 10,5 gram. Tingkat konsumsi serat ini baru memenuhi sepertiga
angka kecukupan serat yang direkomendasikan lembaga kesehatan dunia, yaitu berkisar 25-
35 gram/hari.
Menurut laporan World Cancer Report bulan April 2003, pada tahun 2020, penderita kanker di
dunia akan meningkat 50% menjadi 15 juta orang. Salah satu kanker yang menonjol
peningkatan jumlah penderita dan kematiannya adalah kanker usus. Saat ini ada sekitar 1
juta orang penderita baru yang terdeteksi kanker usus ini, dan hampir 0,5 juta diantaranya
tidak tertolong nasibnya alias meninggal dunia.
Penelitian oleh para dokter di North Carolina AS, menemukan, bahwa susah buang air besar
meningkatkan risiko kanker usus hingga dua kali lipat. Jadi, bila ingin terhindar dari kanker
usus dan memiliki kesehatan jangka panjang yang baik, biasakan olahraga teratur, buang air
besar setiap hari. Dan, konsumsi sayur dan buah setiap hari.
Para peneliti tersebut juga melihat kaitan yang erat antara kurangnya konsumsi erat dengan
berbagai macam penyakit seperti sembelit, wasit, kanker usus, kegemukan, kolesterol tinggi,
penyakit jantung koroner dan kencing manis.
Karena itu, jangan anggap sepele sembelit, semakin sering mengalami kesulitan buang air
besar yang disertai dengan keluhan keras, mengejan, berdarah atau tidak tuntas, semakin
tinggi resiko kanker usus. (to/is)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar