Istilah
tidak ada waktu jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasanya,
kita memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan
adalah membagi waktu dengan cermat.
----George Downing----
Di depan gerbang surga ada barisa jam
dinding dari tiap-tiap Negara. Kecepapatan perputarannya bergantung pada
tingginya tingkat korupsi di negara tersebut. Semakin tinggi tingkat
korupsinya, semakin cepatlah perputaran jarum jamnya.
Suatu hari salah seorang warga dari
Negara Indonesia yang berada di surga bertanya kepada malaikat, “ Saya kok gak
melihat jam dari negara saya ?”
Malaikat Tanya,” Anda dari negara
mana emang ?”
“ Saya dari Indonesia. Apa
jangan-jangan negeri saya sudah bebas dari korupsi?”
Malaikat menjawab, “ oh, jarum jam
dari negara anda saya letakan di dapur jadi kipas angin, karena perputaran
jarum jamnya kenceng bener melebihi rata-rata perputaran jarum jam di sini.”
Ngomong-ngomong soal jam, sudah lebih
dari dua tahun saya tidak pakai jam dinding di kamar. Mengapa ? karena
satu-satunya patokan jam yang saya gunakan adalah jam yang ada di layar
handphone saya, bukan jam dinding ataupun jam tangan. Hampir semua aktivitas
yang akan saya kerjakan hari itu, suda saya set semuanya dalam hand phone.
Sehingga agenda-agenda yang saya prioritaskan untuk saya kerjakan setiap
harinya sudah terekam semuanya dalam hand phone dan masing-masing agenda sudah
disertai alarm. Kebiasaan ini sudah saya rasakan benar manfaatnya. Saya seolah
mempunyai asisten pribadi yang menjaga kedisiplinan saya setiap saat.
Masalah kedisiplinan, mari kita
belajar dari Negara jepang. Negara ini mungil dan jauh lebih kecil dari Negara
kita. Kekayaan alam dan jumlah penduduknya tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan Indonesia. Di Indonesia, segala sesuatu ada, kekayaan alamnya luar biasa
melimpah. Tambang emas kita raksasa. Batu baru melimpah. Hutan melimpah ruah.
Laut kita sangat kaya.
Lalu timbul pertanyaan klasik, kalau
kekayaan alam kita jauh lebih hebat dari jepang, menagapa kok jepang bisa jauh
lebih maju dari kita ? Marilah kita sejenak melihat rahasia suskses Negara yang
tidak lebih besar dari pulau Sumatra ini, yang kekayaan alamnya tidak berarti,
bahkan juga pernah diluluhlantahkan bom atom ( Hirosima dan Nagasaki ), hingga
sampai sekarang masih tersisa zat radio aktifnya.
Masyarakat jepang ternyata sangat
kental dengan kedisiplinannya terhadap waktu. Bagi masyarakat jepang, waktu
terlalu berharga untuk dibuang tanpa hasil. Saya gak bisa membayangkan betapa
bingungnya masyarakat jepang jika melihat kelakukan masyarakat kita seharai –
hari. Yang waktunya dihamburkan untuk jalan-jalan keliling mal, menghabiskan
waktu berjam-jam hanya untuk chatting-an, YM –an, berfacebook dan
bertweet-tweet ria tanpa tujuan yang jelas. Pasti pingsan keheranan meraka.
Bagi mereka waktu adalah emas.
Bukannya saya sok tahu, tapi coba lihat bagaimana orang jepang kalau berjalan,
seperti sedang mengejar sesuatu. Hampir kayak berlari. Kalau anda amati hampir
semua orang jepang selalu memakai jam tangan kemana pun merak pergi. Kalau di
Indonesia anda sudah terbiasa menunggu kereta yang datangnya telat. Kalau di
jepang jangan harap anda bisa mengalami kejadian yang semacam itu. Apabila anda
terlambat sedikit saja kereta, anda harus menunggu kereta selanjutnya.
Begitulah sangat bertolak belakang dengan budaya Indonesia yang terkenal dengan
jam karetnya.
Ada salah satu hobi yang paling digemari
oleh masyarkat kita, yaitu menunda-nunda pekerjaan. Ketika ada tugas atau
pekerjaan yang harus kita selesaikan, kita dengan entengnya bilang, ntar dulu
deh, besok aja lah, nanti lah. Padahal kita tidak pernah tahu apakah nanti kita
akan mendapat tugas yang lebih besar lagi atau enggak. Bisa jadi besok kita
akan mendapatkan pekerjaan baru yang tiba-tiba hadir. Menunda pekerjaan yang
sebenarnya bisa kita kerjakan saat ini pada dasarnya adalah menabung masalah.
Itulah sebabnya Willian Ellen White
pernah bertutur, “ Banyak orang yang gagal untuk hari ini. Mereka habiskan
hidup untuk menggapai hari esok. Sesuatu yang sudah ada di tangan mereka hari
ini, mereka lewatkan begitu saja, karena masa depanlah yang membuat mereka
penasaran….Tahu-tahu masa depan sudah menjadi masa lalu.”
Waktu adalah karunia berharga yang
diberikan Tuhan kepada manusia. Hidup
tidak lain adalah waktu itu sendiri. Jika kita tidak mengisi waktu dengan
kebaikan, itu artinya kita tidak mengisi hidup kita dengan kebaikan.
Rasululloh sudah lama memberikan kita
pengingat, gunakan lah waktu luang sebelum datangnya waktu sempit, waktu kaya sebelum
datangnya waktu miskin, muda sebelum
tua, sehat sebelum datangnya waktu sakit, dan hidup sebelum datangnya kematian.
Kita hafal petuah tersebut sejak kita kecil, tapi kita dengan mudah
melanggarnya. Kita habiskan detik demi detik usia kita dengan aktivitas yang
tidak membaikan kualitas hidup kita.
Saya yakin orang-orang besar dalam
sejarah pasti memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya. Mereka mengisi detik
demi detik usia mereka dengan aktivitas
yang lebih padat dibandingkan dengan orang rata-rata.
Dunia mengenal Pablo Picaso sebagai seorang
seniman sejati yang menghabiskan waktunya 18 jam dalam sehari untuk melukis.
Bahkan pada usia 90 tahun Piucaso masih menghasilkan lukisan yang luar biasa.
Ketika ditanya tentang prinsip hidupnya, jawabannya membuat kita tersindir,” saya tidak mempunyai waktu sedikitpun untuk disia-siakan!”
Begitu juga dengan Albert Einstein karena dia mengabdikan diri dalam dunia
eksak, maka seluruh hidupnya dia habiskan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
eksak. Bahkan ia menganggap memakai kaos kaki adalah suatu kerumitan hidup yang
tak perlu dilakukan.
Lalu bagaimana cara yang paling tepat
mengatasi kebiasaan buruk kita yang sudah terlanjur suka banget menunda-nunda pekerjaan ? Salah satu
jawabannya adalah dengan membiasakan diri. Awalnya mungkin dengan paksaan.
Kalau dalam diri kita muncul rayuan untuk menunda pekerjaan, segera lawan.
Paksa diri untuik segera memulai melakukan pekerjaan kita. Kalau itu selalu
kita lakukan, maka lama-lama kita akan menjadi terbiasa untuk hidup dalam
kedisplinan.
Cara lain agar kita bisa mnggunakan
waktu dengan baik adalah membiasakan diri untuk mengatur skala prioritas pada
apa yang akan kita kerjakan. Biasakanlah mengeset skala prioritas dari
pekerjaan kita setiap hari sehingga kita bisa focus pada satu pekerjaan pada
satu waktu.
Sejak dua tahun yang lalu, saya
hampir selalu menyempatkan diri untuk menuliskan segala sesuatu yang akan saya
kerjakan pada hari itu. Saya tulis mulai dari pekerjaan yang paling enteng,
agak penting, kurang peting dan pekerjaan tambahan lainnya yang bisa saya
lakukan sementara pekerjaan saya sudah selesai.
Saya bersyukur dua tahun ini banyak sekali target hidup yang bisa saya
capai dengan percepatan-percepatan. Saya merasakan banyak sekali manfaat dari
pengaturan waktu, banyak sekali capaian-capaian yang terjadi dalam waktu yang
relatuf singkat. Mungkin ini pula yang bsia menjawab, bagaimana dalam dua tahun
begitu banyak pekerjaan yang bisa saya lakukan.
Kalau kita membaca kisah ulama masa lampau, kita akan tahu betapa
hati-hati sekali mereka dalam menggunakan waktunya.
Promod Brata, dalam bukunya yang
berjudul Born to win menjelaskan,
jika manusia diberi oleh Tuhan hidup sampai usia 70 tahun, kira-kira seperti
inilah pembagian waktunya :
·
25
tahun untuk tidur
·
8
tahun untuk studi dan pendidikan
·
6
tahun untuk istirahat dan sakit
·
7
tahun untuk liburan dan rekreasi
·
5
tahun untuk komunikasi
·
4
tahun untuk makan
·
3
tahun untuk transisi kegiatan
Jadi
waktu yang tersis efektif adalh
· 12 tahun untuk bekerja.
Pertanyaannya, jika kita ingin meningkatkan
waktu untuk bekerja, kira-kira pekerjaan apa yang harsunya kita kurangi? Orang
yang bijak akan menggunakan waktiunya dengan bijak. Ia optimalkan waktu untuk
menghasilkan dampak yang besar dalam hidupnya. Ia efisienkan waktunya untuk
melaukan aktivitas yang produktif yang membawa perbaikan dalam hidupnya.
Untuk menutup tentang bahasan waktu
dan kedisiplinan, ada rentean kalimat indah tentang pebagian w aktu yang bijak,
Sediakanlah
waktu untuk tertawa,
Karena
tertawa itu musiknya jiwa.
Sediakanlah
waktu untuk berpikir,
Karena
berpikir itu pokoknya kemajuan.
Sediakanlah
waktu untuk beramal,
Karena
beramnal itu pangkal kejayaan.
Sedikanlah
waktu untuk bersenda,
Karena
bersenda itu akan mebuat muda selalu.
Dan
sediakanlah waktu untuk beribadah,
Karena
beribadah itu, induk dari segala ketenangan jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar