goresan hidup seorang biduan

Kamis, 30 Mei 2013

MANAJEMEN WAKTU DAN DISIPLIN DIRI






Istilah tidak ada waktu jarang sekali merupakan alasan yang jujur, karena pada dasanya, kita memiliki waktu 24 jam yang sama setiap harinya. Yang perlu ditingkatkan adalah membagi waktu dengan cermat.
----George Downing----

Di depan gerbang surga ada barisa jam dinding dari tiap-tiap Negara. Kecepapatan perputarannya bergantung pada tingginya tingkat korupsi di negara tersebut. Semakin tinggi tingkat korupsinya, semakin cepatlah perputaran jarum jamnya.

Suatu hari salah seorang warga dari Negara Indonesia yang berada di surga bertanya kepada malaikat, “ Saya kok gak melihat jam dari negara saya ?”

Malaikat Tanya,” Anda dari negara mana emang ?”
“ Saya dari Indonesia. Apa jangan-jangan negeri saya sudah bebas dari korupsi?”
Malaikat menjawab, “ oh, jarum jam dari negara anda saya letakan di dapur jadi kipas angin, karena perputaran jarum jamnya kenceng bener melebihi rata-rata perputaran  jarum jam di sini.”

Ngomong-ngomong soal jam, sudah lebih dari dua tahun saya tidak pakai jam dinding di kamar. Mengapa ? karena satu-satunya patokan jam yang saya gunakan adalah jam yang ada di layar handphone saya, bukan jam dinding ataupun jam tangan. Hampir semua aktivitas yang akan saya kerjakan hari itu, suda saya set semuanya dalam hand phone. Sehingga agenda-agenda yang saya prioritaskan untuk saya kerjakan setiap harinya sudah terekam semuanya dalam hand phone dan masing-masing agenda sudah disertai alarm. Kebiasaan ini sudah saya  rasakan benar manfaatnya. Saya seolah mempunyai asisten pribadi yang menjaga kedisiplinan saya setiap saat.

Masalah kedisiplinan, mari kita belajar dari Negara jepang. Negara ini mungil dan jauh lebih kecil dari Negara kita. Kekayaan alam dan jumlah penduduknya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Indonesia. Di Indonesia, segala sesuatu ada, kekayaan alamnya luar biasa melimpah. Tambang emas kita raksasa. Batu baru melimpah. Hutan melimpah ruah. Laut kita sangat kaya.

Lalu timbul pertanyaan klasik, kalau kekayaan alam kita jauh lebih hebat dari jepang, menagapa kok jepang bisa jauh lebih maju dari kita ? Marilah kita sejenak melihat rahasia suskses Negara yang tidak lebih besar dari pulau Sumatra ini, yang kekayaan alamnya tidak berarti, bahkan juga pernah diluluhlantahkan bom atom ( Hirosima dan Nagasaki ), hingga sampai sekarang masih tersisa zat radio aktifnya.

Masyarakat jepang ternyata sangat kental dengan kedisiplinannya terhadap waktu. Bagi masyarakat jepang, waktu terlalu berharga untuk dibuang tanpa hasil. Saya gak bisa membayangkan betapa bingungnya masyarakat jepang jika melihat kelakukan masyarakat kita seharai – hari. Yang waktunya dihamburkan untuk jalan-jalan keliling mal, menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk chatting-an, YM –an, berfacebook dan bertweet-tweet ria tanpa tujuan yang jelas. Pasti pingsan keheranan meraka.

Bagi mereka waktu adalah emas. Bukannya saya sok tahu, tapi coba lihat bagaimana orang jepang kalau berjalan, seperti sedang mengejar sesuatu. Hampir kayak berlari. Kalau anda amati hampir semua orang jepang selalu memakai jam tangan kemana pun merak pergi. Kalau di Indonesia anda sudah terbiasa menunggu kereta yang datangnya telat. Kalau di jepang jangan harap anda bisa mengalami kejadian yang semacam itu. Apabila anda terlambat sedikit saja kereta, anda harus menunggu kereta selanjutnya. Begitulah sangat bertolak belakang dengan budaya Indonesia yang terkenal dengan jam karetnya.

Ada salah satu hobi yang paling digemari oleh masyarkat kita, yaitu menunda-nunda pekerjaan. Ketika ada tugas atau pekerjaan yang harus kita selesaikan, kita dengan entengnya bilang, ntar dulu deh, besok aja lah, nanti lah. Padahal kita tidak pernah tahu apakah nanti kita akan mendapat tugas yang lebih besar lagi atau enggak. Bisa jadi besok kita akan mendapatkan pekerjaan baru yang tiba-tiba hadir. Menunda pekerjaan yang sebenarnya bisa kita kerjakan saat ini pada dasarnya adalah menabung masalah.

Itulah sebabnya Willian Ellen White pernah bertutur, “ Banyak orang yang gagal untuk hari ini. Mereka habiskan hidup untuk menggapai hari esok. Sesuatu yang sudah ada di tangan mereka hari ini, mereka lewatkan begitu saja, karena masa depanlah yang membuat mereka penasaran….Tahu-tahu masa depan sudah menjadi masa lalu.”

Waktu adalah karunia berharga yang diberikan Tuhan  kepada manusia. Hidup tidak lain adalah waktu itu sendiri. Jika kita tidak mengisi waktu dengan kebaikan, itu artinya kita tidak mengisi hidup kita dengan kebaikan.

Rasululloh sudah lama memberikan kita pengingat, gunakan lah waktu luang sebelum datangnya waktu sempit, waktu kaya sebelum datangnya waktu miskin,  muda sebelum tua, sehat sebelum datangnya waktu sakit, dan hidup sebelum datangnya kematian. Kita hafal petuah tersebut sejak kita kecil, tapi kita dengan mudah melanggarnya. Kita habiskan detik demi detik usia kita dengan aktivitas yang tidak membaikan kualitas hidup kita.

Saya yakin orang-orang besar dalam sejarah pasti memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya. Mereka mengisi detik demi detik  usia mereka dengan aktivitas yang lebih padat dibandingkan dengan orang rata-rata.

Dunia mengenal Pablo Picaso sebagai seorang seniman sejati yang menghabiskan waktunya 18 jam dalam sehari untuk melukis. Bahkan pada usia 90 tahun Piucaso masih menghasilkan lukisan yang luar biasa. Ketika ditanya tentang prinsip hidupnya, jawabannya membuat kita tersindir,” saya tidak mempunyai waktu sedikitpun untuk disia-siakan!” Begitu juga dengan Albert Einstein karena dia mengabdikan diri dalam dunia eksak, maka seluruh hidupnya dia habiskan untuk melakukan kegiatan-kegiatan eksak. Bahkan ia menganggap memakai kaos kaki adalah suatu kerumitan hidup yang tak perlu dilakukan.

Lalu bagaimana cara yang paling tepat mengatasi kebiasaan buruk kita yang sudah terlanjur suka  banget menunda-nunda pekerjaan ? Salah satu jawabannya adalah dengan membiasakan diri. Awalnya mungkin dengan paksaan. Kalau dalam diri kita muncul rayuan untuk menunda pekerjaan, segera lawan. Paksa diri untuik segera memulai melakukan pekerjaan kita. Kalau itu selalu kita lakukan, maka lama-lama kita akan menjadi terbiasa untuk hidup dalam kedisplinan.

Cara lain agar kita bisa mnggunakan waktu dengan baik adalah membiasakan diri untuk mengatur skala prioritas pada apa yang akan kita kerjakan. Biasakanlah mengeset skala prioritas dari pekerjaan kita setiap hari sehingga kita bisa focus pada satu pekerjaan pada satu waktu.

Sejak dua tahun yang lalu, saya hampir selalu menyempatkan diri untuk menuliskan segala sesuatu yang akan saya kerjakan pada hari itu. Saya tulis mulai dari pekerjaan yang paling enteng, agak penting, kurang peting dan pekerjaan tambahan lainnya yang bisa saya lakukan sementara pekerjaan saya sudah selesai.  Saya bersyukur dua tahun ini banyak sekali target hidup yang bisa saya capai dengan percepatan-percepatan. Saya merasakan banyak sekali manfaat dari pengaturan waktu, banyak sekali capaian-capaian yang terjadi dalam waktu yang relatuf singkat. Mungkin ini pula yang bsia menjawab, bagaimana dalam dua tahun begitu banyak pekerjaan yang bisa saya lakukan.  Kalau kita membaca kisah ulama masa lampau, kita akan tahu betapa hati-hati sekali mereka dalam menggunakan waktunya.

Promod Brata, dalam bukunya yang berjudul Born to win menjelaskan, jika manusia diberi oleh Tuhan hidup sampai usia 70 tahun, kira-kira seperti inilah pembagian waktunya :
·         25 tahun untuk tidur
·         8 tahun untuk studi dan pendidikan
·         6 tahun untuk istirahat dan sakit
·         7 tahun untuk liburan dan rekreasi
·         5 tahun untuk komunikasi
·         4 tahun untuk makan
·         3 tahun untuk transisi kegiatan

Jadi waktu yang tersis efektif adalh

·       12 tahun untuk bekerja.

Pertanyaannya, jika kita ingin meningkatkan waktu untuk bekerja, kira-kira pekerjaan apa yang harsunya kita kurangi? Orang yang bijak akan menggunakan waktiunya dengan bijak. Ia optimalkan waktu untuk menghasilkan dampak yang besar dalam hidupnya. Ia efisienkan waktunya untuk melaukan aktivitas yang produktif yang membawa perbaikan dalam hidupnya.

Untuk menutup tentang bahasan waktu dan kedisiplinan, ada rentean kalimat indah tentang pebagian w aktu yang bijak,
Sediakanlah waktu untuk tertawa,
Karena tertawa itu musiknya jiwa.
Sediakanlah waktu untuk berpikir,
Karena berpikir itu pokoknya kemajuan.
Sediakanlah waktu untuk beramal,
Karena beramnal itu pangkal kejayaan.
Sedikanlah waktu untuk bersenda,
Karena bersenda itu akan mebuat muda selalu.
Dan sediakanlah waktu untuk beribadah,
Karena beribadah itu, induk dari segala ketenangan jiwa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar