goresan hidup seorang biduan

Minggu, 26 Mei 2013

BAHAYA LAGU CENGENG





Musik sudah menjadi bagian dalam hidup manusia. Setiap saat aktivitas manusia tidak bisa dilepaskan dari musik. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagu, sajian musik selalu ada. Baik di TV, radio, laptop, maupun HP yang setiap saat mengiringi aktivitas manusia.

Jangkauan musik sudah meluas, bukan hanya sebagai hiburan, tapi sudah menjadi komiditi bisnis, sarana pengungkapan perasaan, ataupun sebagai pengubah kondisi psikologis. Malahan musik klasik katanya bisa merangsang tingkat kecerdasan, memberikan semangat, dan menenangkan pikiran.


Disamping  memberikan dampak postif musik juga memberikan dampak negative bagi pendengarnya. Salah satunya adalah musik yang bernada atau bersyair cengeng. Saya miris melihat anak-anak remaja yang pagi-pagi sudah disuguhi penampilan vokalis di televisi yang menyanyikan lagu-lagu yang penuh dengan kesedihan. Para remaja menikmatinya, menyanyikannya, dan mengulang-ngulang lagu yang penuh dengan kesedihan itu setiap saat. Dapatkah seorang remaja menjalani hari-harinya dengan penuh semangat setelah berjam-jam mendengarkan nyanyian vokalis ceneng di televisi ? Biasakah mereka hidup penuh kerja keras jika setiap saat lagu yang dilantunkannya adalah lagu-lagu sedih ?

Konon, di era perjuangan, Soekarno sempat mengeluarkan larangan mendengarkan lagu-lagu yang bernada cengeng. Saya tidak tahu pasti apakah waktu itu sudah ada penelitian terhadap lagu-lagu cengeng atau belum.

Apakah ini hanya suatu kebetulan saja ? Tidak. Fenomena ini dapat kita telusuri secara ilmiah. Secara ilmiah, mendengarkan lagu-lagu cengeng menyebabkan produksi hormon serotonin dalam otak menjadi berkurang, yang efeknya menyebabkan kita merasa bersedih dan depresi. Akibatnya hidup menjadi tidak bersemangat, gampang letih, lesu dan loyo.

Rentetan kata-kata yang diulang-ulang pada diri sendiri akan menjadi hal yang sungguh-sungguh terjadi. Bagaimana bisa? beberapa tahun yang lalu, buku The Hidden Messages in Water menguncang dunia sains. Dalam buku tersebut Masaru emoto mebuktikan bahwa karakter Kristal dalam air beku dapat berubah sesuai dengan kata-kata  tertentu yang diarahkan padanya.

Air yang dihadapkan pada kata-kata yang indah seperti, “maaf”, “ terima kasih”, kasih saying”,  dan “ cinta ‘ ternyata menunjukan pola kristal seperti kepingan salju yang indah dengan warna yang memukau. Sementara itu, air yang dihadapkan pada kata-kata negatif ternyata menunjukan pola kristal yang kacau balau dan asimetris dengan warna-warna yang buruk.  

Dalam buku itu juga diceritakan bahwa ada sebuah keluarga yang melakukan eksperimen dengan menggunakan kendi-kendi beras. Mereka menyiapkan dua kendi yang berisi beras, dan setiap hari selama sebulan mereka mengatakan kata “ terima kasih” pada kendi pertama, sedangkan pada kendi dikatakan kata-kata “ dasar bodoh”. Di akhir bulan, beras yang mereka bisiki kata “ terima kasih”, mengalami fermentasi, dengan bau yang lembut seperti ragi. Sedangkan beras pada kendi kedua, malah memburuk dan berwarna hitam.


Nah, kita tahu bahwa sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Sehingga bisa kita simpulkan, jika tubuh kita banyak menerima kata-kata yang negataif, hal itu bisa berpengaruh terhadap buruknya respon yang dikeluarkan oleh tubuh kita. Kata-kata negatif bisa berasal dari syair-syair lagu yang kalimatnya negatif dan cengeng. Mungkin kita merasa hanya menikmati iramanya tanpa memperhatikan syairnya. Tetapi tanpa kita sadari, kata-kata negatif yang kita dengar berulang-ulang itu masuk ke dalam alam bahwa sadar kita.

Sekarang kita telah mengetahui besarnya pengaruh kata-kata yang kita pilih terhadap kualitas kehidupan kita. Mulai kini, bijaksanalah dalam memilih kata. Usahakan membiasakan diri banyak mendengar dan mengucapkan kata-kata yang baik. Termasuk dalam memilih lagu, pilihlah lagu yang sayirnya positif dan memoitivasi. Dengar dan nyanyikanlah lagu-lagu positif berulang kali. Insya Allah hal yang baik akan terjadi pada kehidupan Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar