Musik
sudah menjadi bagian dalam hidup manusia. Setiap saat aktivitas manusia tidak
bisa dilepaskan dari musik. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagu, sajian
musik selalu ada. Baik di TV, radio, laptop, maupun HP yang setiap saat mengiringi
aktivitas manusia.
Jangkauan
musik sudah meluas, bukan hanya sebagai hiburan, tapi sudah menjadi komiditi
bisnis, sarana pengungkapan perasaan, ataupun sebagai pengubah kondisi
psikologis. Malahan musik klasik katanya bisa merangsang tingkat kecerdasan,
memberikan semangat, dan menenangkan pikiran.
Disamping memberikan dampak postif musik juga
memberikan dampak negative bagi pendengarnya. Salah satunya adalah musik yang
bernada atau bersyair cengeng. Saya miris melihat anak-anak remaja yang pagi-pagi
sudah disuguhi penampilan vokalis di televisi yang menyanyikan lagu-lagu yang
penuh dengan kesedihan. Para remaja menikmatinya, menyanyikannya, dan
mengulang-ngulang lagu yang penuh dengan kesedihan itu setiap saat. Dapatkah
seorang remaja menjalani hari-harinya dengan penuh semangat setelah berjam-jam
mendengarkan nyanyian vokalis ceneng di televisi ? Biasakah mereka hidup penuh
kerja keras jika setiap saat lagu yang dilantunkannya adalah lagu-lagu sedih ?
Konon,
di era perjuangan, Soekarno sempat mengeluarkan larangan mendengarkan lagu-lagu
yang bernada cengeng. Saya tidak tahu pasti apakah waktu itu sudah ada
penelitian terhadap lagu-lagu cengeng atau belum.
Apakah
ini hanya suatu kebetulan saja ? Tidak. Fenomena ini dapat kita telusuri secara
ilmiah. Secara ilmiah, mendengarkan lagu-lagu cengeng menyebabkan produksi
hormon serotonin dalam otak menjadi berkurang, yang efeknya menyebabkan kita merasa
bersedih dan depresi. Akibatnya hidup menjadi tidak bersemangat, gampang letih,
lesu dan loyo.
Rentetan
kata-kata yang diulang-ulang pada diri sendiri akan menjadi hal yang
sungguh-sungguh terjadi. Bagaimana bisa? beberapa tahun yang lalu, buku The
Hidden Messages in Water menguncang dunia sains. Dalam buku tersebut Masaru
emoto mebuktikan bahwa karakter Kristal dalam air beku dapat berubah sesuai
dengan kata-kata tertentu yang diarahkan
padanya.
Air
yang dihadapkan pada kata-kata yang indah seperti, “maaf”, “ terima kasih”,
kasih saying”, dan “ cinta ‘ ternyata
menunjukan pola kristal seperti kepingan salju yang indah dengan warna yang
memukau. Sementara itu, air yang dihadapkan pada kata-kata negatif ternyata
menunjukan pola kristal yang kacau balau dan asimetris dengan warna-warna yang
buruk.
Dalam
buku itu juga diceritakan bahwa ada sebuah keluarga yang melakukan eksperimen
dengan menggunakan kendi-kendi beras. Mereka menyiapkan dua kendi yang berisi
beras, dan setiap hari selama sebulan mereka mengatakan kata “ terima kasih”
pada kendi pertama, sedangkan pada kendi dikatakan kata-kata “ dasar bodoh”. Di
akhir bulan, beras yang mereka bisiki kata “ terima kasih”, mengalami
fermentasi, dengan bau yang lembut seperti ragi. Sedangkan beras pada kendi
kedua, malah memburuk dan berwarna hitam.
Nah,
kita tahu bahwa sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air. Sehingga bisa
kita simpulkan, jika tubuh kita banyak menerima kata-kata yang negataif, hal
itu bisa berpengaruh terhadap buruknya respon yang dikeluarkan oleh tubuh kita.
Kata-kata negatif bisa berasal dari syair-syair lagu yang kalimatnya negatif
dan cengeng. Mungkin kita merasa hanya menikmati iramanya tanpa memperhatikan
syairnya. Tetapi tanpa kita sadari, kata-kata negatif yang kita dengar
berulang-ulang itu masuk ke dalam alam bahwa sadar kita.
Sekarang
kita telah mengetahui besarnya pengaruh kata-kata yang kita pilih terhadap
kualitas kehidupan kita. Mulai kini, bijaksanalah dalam memilih kata. Usahakan
membiasakan diri banyak mendengar dan mengucapkan kata-kata yang baik. Termasuk
dalam memilih lagu, pilihlah lagu yang sayirnya positif dan memoitivasi. Dengar
dan nyanyikanlah lagu-lagu positif berulang kali. Insya Allah hal yang baik
akan terjadi pada kehidupan Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar