goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 25 Mei 2013

LETAK KEBAHAGIAAN

Banyak orang yang ketika melihat orang lain, dikiranya orang lain itu  lebih bahagia ketimbang dirinya. Orang miskin melihat orang kayalah yang bahagia. Hidup di rumah yang nyaman, tidur di kasur yang empuk, bepergian dengan mobil mewah, gak perlu panas-panasan atau hujan-hujanan. Mau makan enak tinggal beli, enak bener jadi mereka.

Padahal yang kaya mikirnya berkebalikan. Enak bener jadi mereka. Hidupnya pas-pasan, tetapi mereka mampu tertawa bebas dalam keterbatasannya. Tidak memikul banyak beban tanggung jawab. Tidur di tikar yang kasar tetapi nyenyaknya bukan main. Meski makanan mereka sederhana, tapi mereka bisa makan dengan lahapnya. Sedangkan aku, kasur empyuk tapi tak bisa tidur nyenyak. Bisa beli makanan serba nikmat, tapi tidak boleh makan karena penyakit ini itu.

Pelangi kabahagiaan seolah berada di atas kepala orang lain. Enggak pernah hadir di atas kepala kita. Sepertinya kita adalah orang yang paling menyedihkan di kolong langit ini. Mengapa ini tejadi ? Sebabnya sederhana. Kita tak mampu menganggap pemberian dari Allah sebagai karunia terbaik.  Padahal hidup kita adalah scenario panjang yang penuh kejutan dan misteri. Terkadang, sesuatu yang kita kira  baik untuk kita belum tentu baik di mata Allah, sebaliknya sesuatu yang menurut kita tidak baik, belum tentu tidak baik menurut Allah.


Ilmu manusia sangat terbatas. Sedangkan ilmu Allah tiada batas. Allah maha tahu, sedangkan manusia sok tahu. Allah lebih tahu apa yang paling dibutuhkan oleh hamba – Nya. Sedangkan kita , hanya tahu apa yang paling kita inginkan. Padahal yang kita inginkan belum tentu apa yang paling kita butuhkan.

Kebahagiaan itu hadir tatkala apa yang diberikan oleh Allah, kita anggap sebagai karunia terbaik dari-Nya. Ketika Allah memberi sakit, ‘ah, mugkin inilah saatnya aku istrirahat.’ Waktu Allah memberi kegagalan,’ Mungkin Allah sedang menguji kesabaranku.’ Saat Allah memberi rizki pas-pasan,’ Mungkin kalau rezekiku berlebih saat ini, aku belum siap.’ Begitu seterusnya.

Jadi anggap, apapun yang diberikan kepada kita adalah yang terbaik untuk kita, bukan menurut ukuran kita, tapi menurut ukuran Allah.


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar