Siapa
tokoh yang anda kagumi di dunia ini ? saya yakin siapapun beliau, sosoknya
adalah sosok luar biasa yang telah berhasil menjadi teladan bagi banyak orang.
Sang tokoh ini, pasti telah memberikan manfaat yang besar bagi hidup dan
kehidupan orang lain. Baik ketika beliau masih idup, ataupun ketika beliau sudah
tiada.
Ada
begitu bayak jumlah mansuia di muka bumi ini. Miliaran. Namun berapa jumlah
nama yang dikenang oleh sejarah ? Sangat sedikit. Kebanyakan harus rela menjadi
manusia rata-rata, yang ketika hidup dikenal oleh sedikit orang. Dan ketika
meninggal namanya hanya tercatat di nisan kuburannya.
Selesai.
Hanya sebatas itu namanya diabadikan. Setelah beberapa hari usai pemakamannya
tidak ada lagi orang yang mengenangnya. Tidak ada lagi yang menikmati manfaat
dari kehidupannya. Tidak ada yang menyesali kepergiannya. Bahkan tidak ada yang
merasa bahwa ia pernah ada di muka bumi.
Lalu,
apa bedanya orang yang namanya abadi dengan orang rata-rata yang namanya hanya
sebatas tulisan di batu nisan ?
Silakan
amati, mereka memiliki perbedaan yang begitu mencolok. Keika begitu banyak
orang memilih hidup hanya untuk menyejahterakan dirinya sendiri, orang-orang
besar hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri. Kebanyakan dari mereka adalah
orang yang bekerja selama hidupnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran orang-orang
yang ada di sekitarnya.
Mereka
tak pernah puas sebelum mereka mampu membawa perubahan bagi lingkungannya ke arah
yang lebih baik. Mereka hidup untuk mensejahterakan, membawa kebahagiaan, membawa
pencerahaan, dan membawa peubahan bagi lingkungannya. Semakin bsear lingkup
perubahan dan kesejahteraan yang ia ciptakan, semakin luas pula lingkup orang
yang mengenangnya.
Sedangkan
manusia rata-rata memilih hidup dalam keterkungkungan mimpi. Impiannya terbatas
pada kesejahteraan diri. Mudah sekali kita menemukan manusia yang semacam ini.
Silakan amati di sekitar anda. Tanya anak-anak sekolah, bagaimana impiannya.
Mereka sekolah dengan rajin biar lulus dengan nilai yang baik. Kemudian lanjut
ke perguruan tinggi favorite biar nanti setelah lulus bisa nongkrong di
perusahaan bonafide. Setelah di perusahaan, kemudian mereka ngumpulin banyak
duit, biar bisa membeli rumah mewah, kendaraan mewah, dan nikah. Ngumpulin
lebih bnayak lagi duit buat istri dan anak sambil ngumpulin bekal buat masa
pensiun. Habis pensiun beli sepetak sawah dan membeli rumah di kampung. Menikmati
hari tua dengan suasana damai pedesaan. Begitu seterusnya sambil menunggu
hadirnya Izrail.
Kalau
nganggur, anda bisa membuat penelitian untuk membuktikan predikasi saya, bahwa
rata-rata seperti itulah impain orang-orang saat ini. Kalau –pun meleset,
pastilah sedikit saja melesetnya.
Kemudian
silakan baca biografi orang-orang besar dalam sejarah. Mereka yang dikenang
hingga saat ini, adalah meraka yang punya kondtribusi lebih dalam hidupnya.
Lingkup kebahagiaan yang diciptakan
olehnya jauh lebih luas dari pada lingkup kebahagian yang diciptakan oleh
manusia rata-rata.
Mereka
terkadang rela mengorbankan kesenangan pribadi demi memperjuangkan kesenangan lebih
banyak orang. Kehidupan para pahlawan sangat jauh dari kenyamanan pribadi. Mereka
mengorbankan kebahgaiaan sesaat demi meraih kebahagiaan hakiki. Dan kebahagiaan hakiki baru bisa mereka
nikmati setelah mereka memberi manfaat bagi sesama.
Sayyid
Qutb mengingatkan, “ Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai
orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. akan tetapi, orang yang hidup bagi
orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.”
David
T. Kyle, Ph. D, mengatakan bahwa jika empati kita kuat, maka kita bukan hanya
dapat memahami apa yang diarasakan dan dipikirkan oleh orang lain, akan tetapi
kita juga bisa merasakan sensasi yang sama dengan yang dialami orang lain. Pada
tingkat yang lebih dalam lagi, orang tersebut dapat menghubungkan sepenuhnya
dengan seseorang; benar-benar merasakan sakit dan menderita seperti yang
dirasakan orang lain. Orang yang memiliki duplikat dalam dirinya sendiri secara
emosional dan merasakan sensasi fisik
yang sama seperti orang lain, iniliah yang dinamakan dengan empati.
Saya
pernah mamabaca cerita tentang Dokter Joserizal Journalis. Beliau adalah seorang
relawan yang sangat sering dijumpai di daerah-dareh konflik. Tidak hnya
indonmesia, dia bersama timnya tidak segan-segan pergi ke tempat yang penuh
dengan marabahaya, seperti jalur gaza yang tengah berkecamuk perang, ke Maluku
saat konflik yang berbau SARA sedang mencuat. Bahkan Tim Mer-C yang
digawanginya telah mendirikan sebuah rumah sakit di palestina.
Saya
pikir orang-orang yang seperti beliau inilah yang layak dijadikan sebagai
teladan manusia modern. Dalam persaingan yang tajam antara satu manusia dengan
manusia lainnya dalam merebut ambisi keduniaan, orang seperti beliau justru
mendermakan karir dan potensinya demi perjuangan kemanusiaan.
Agak
susah mencari kisah orang sukses dalam meraih tangga kesuskesan hidup tanpa
memberikan kontribusi dan pelayanan kepada sesama. Hampir semua sadar bahwa hanya
dengan memberikan pelayan yang terbaik kepada orang lain, manusia bisa
meningkatkan keberhasilannya. Baik dalam bisnis, akademis, birokrasi, atau
sebagai seorang professional.
Kebanyakan
orang yang memilih hidup untuk melayani banyak orang, cenderung memiliki kehidupan
yang berkualitas. Lihatlah para pengusaha yang mereka dengan usahanya mampu
menyediakan lapangan kerja dan menghidupi banyak orang. Lihatlah juga para
motivator yang tidak kenal lelah terus memberikan semangat kepada orang lain
agar terus bangkit dan meraih haknya menjadi sukses. Lihatlah karyawan yang betul-betul
mengabdikan dirinya untuk membesarkan perusahaan tempatnya bekerja. Mereka
semua dapat meraih tangga kesuksesan karena mereka semua fokus dalam memberikan
kontribusi. Tidak hanya terlalu mementingkan kesenangan pribadi.
Bagi
saya, indikator keberhasilan suatu peusahaan bukan diukur dari bearpa jumlah
bawahan , tapi berapa jumlah anak asuh yang disantuninya. Bukan dinilai dari
berapa jumlah pabrik yang berhasil dibangunnya, tapi dari berapa jumlah
pesantren yang berhasil didirikannya. Bukan ditentukan oleh berapa jumlah uang
dalam rekening tabungannya, tapi ditentukan oleh berapa jumlah uang yang telah
disedekahkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar