goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 08 Oktober 2011

BERMADZHAB SALAFI ADALAH BID’AH ?

almanhaj.or.id
Bermadzhab Salafi Adalah Bid'ah ?
BERMADZHAB SALAFI ADALAH BID’AH ?
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Dr Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dalam bukunya “As-Salafiyah Marhalatun Zamaniyyatun
Mubarokah Laa Mazhabun Islaamiyun” menulis di halaman 236 dengan judul : “Bermadzhab salafi adalah
bid’ah”.
Jawaban
Perkataan ini mengherankan dan mengagetkan sekali, bagaimana mungkin bermadzhab salafi itu bid’ah dan
sesat? Bagaimana mungkin dinyatakan bid’ah padahal ia mengikuti madzhab salaf, sementara mengikuti
madzhab mereka adalah wajib sebagaimana dijelaskan Al-Kitab dan As-Sunnah dan ia juga haq dan huda ?
Allah berfirman.
“Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara Muhajirin dan Anshar
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada Allah” [At-Taubah : 100]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin”
Dengan demikian bermadzhab salaf itu tidak bid’ah tapi sunnah, dan justru bermadzhab dengan selain salaf
adalah bid’ah.
Jika yang dimaksud penulis adalah penamaan dengan nama ini adalah baru sebagaimana terlihat dari
perkataannya dan sebelumnya istilah ini tidak popular maka ia adalah bid’ah (atas dasar ini), maka
permasalahan nama itu tidak sulit dan kesalahan dalam hal penamaan itu tidaklah sampai pada derajat bid’ah,
sekalipun yang dimaksud adalah ada pada sebagian orang-orang yang menamakan dengan nama ini, telah
melahirkan kesalahan-kesalahan yang menentang madzhab salaf. Seharusnya penulis menjelaskan hal ini
(kesalahannya), tanpa membawa (madzhab) salafiyah, dan penamaan salafiyah. Jika yang dimaksud penulis
adalah berpegang teguh dengan madzhab salaf, menolak bid’ah dan khurafat maka ini terpuji dan sangat baik.
Sebagaimana penulis menyatakan di halaman 233 ketika ia berkata tentang gerakan Jamalauddin Al-Afghani
dan Muhamamd Abduh dan dinamakan dengan gerakan Salafiyah ; dan syiar yang diusung pemimpin gerakan
reformasi ini adalah As-Salafiyah. Ia adalah dakwah (ajakan) menolak semua kesalahan-kesalahan ini yang
telah mengotori kesucian Islam.
Inilah yang dikatakan penulis tentang gerakan itu dan penamannya dengan salafiyah, namun ia tidak
mempermasalahkan nama karena tujuannya bagus. Sekarang kita bertanya pada penulis : “Apakah salafiyah
hari ini tidak demikian ?
Halaman 1
almanhaj.or.id
MEMBOLEHKAN MENYALAHI SALAF DALAM SIFAT-SIFAT ATAS HAKIKATNYA
Di halaman 138, Dr Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi membolehkan untuk menyalahi salaf dalam
menetapkan sifat-sifat atas hakikatNya, kemudian ia berkata : “Bahkan sekiranya ada seseorang dari salaf
tidak membolehkan bagi dirinya, kecuali menetapkan hal itu sebagaimana Allah telah tetapkan dan
menyerahkan ilmu dan perincian mengenai maksud dibelakang makna itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
maka pendapat seperti itu bukanlah hujjah atas haramnya menyalahi mereka dalam mensikapi sifat-sifat dan
hakikatNya dengan pengharaman secara mutlak”.
Jawaban.
Subhanallah mudah-mudahan kita tidak lancang terhadap orang-orang salaf. Bukankah menyalahi mereka
yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar serta Khulafaur Rasyidin dan para sahabat yang lainnya Radhiyallahu
‘anhum sebagai fase yang paling utama ? Dan bukankah menyalahi mereka dalam masalah akidah itu adalah
bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan sebagaimana sabdanya.
“Artinya : Hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi
petunjuk, berpeganglah dengan itu dan gigitlah dengan taringmu, hati-hatilah dengan masalah-masalah yang
baru karena setiap yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara Muhajarin dan Anshar
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada Allah” [At-Taubah : 100]
Allah Subhanahu wa Ta’ala rida bagi orang yang datang setelah mereka dalam mengikuti Muhajirin dan
Anshar dengan kata “ihsan” (baik), dan penulis (Dr Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi) berkata “Tidaklah
haram untuk menyalahi mereka (salaf) dalam hal sifat-sifat Allah Azza wa Jalla” Hanya saja bukankah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghabarkan, bahwa fase mereka sebagai sebaik-baik fase ? Ini artinya bahwa
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk selalu mengikuti mereka dan melarang menyalahinya
terutama dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama). Oleh karena itu pantaskah kita menyelisihi mereka
dalam usrusan akidah ? Bukankah masalah akidah itu taufiqiyyah yang tidak ada tempat untuk berijtihad dan
berikhtilaf?
TENTANG SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB
Di halaman 236 dan 237, Dr Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi menyatakan dakwah Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab –yarhamuhullah- sebagai madzhab wahabi dan berkata : “Sesungguhnya kelompok
Wahabiyah menolak untuk dinyatakan dengan sebutan ini, karena sebutan ini mengisyaratkan, bahwa sumber
madzhab ini dengan segala kelebihan dan kekhususannya bermuara pada Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab, maka hal ini memaksa mereka untuk mengganti sebutan Wahabiyah dengan sebutan Salafiyah …”
dan seterusnya.
Jawaban
Kita jawab ; “Sesungguhnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak memiliki madzhab tertentu
sehingga disebut Wahhabiyah, karena dalam manhaj aqidahnya adalah merujuk kepada Salaf. Sedangkan
dalam masalah furu merujuk kepada madzhab Imam Ahmad bin Hambal yang dijadikan pegangan oleh ulama
Nejed sebelumnya dan pada masa hidupnya serta setelah wafatnya Syaikh. Sementara pengikutnya menyeru
kepada madzhab Salaf dan berjalan di atas manhajnya, dan saya meminta keterangan, bahwa Syaikh
Halaman 2
almanhaj.or.id
Muhammad bin Abdul Wahhab hadir membawa madzhab baru yang dinisbatkan kepadanya, dan jika penulis
tidak membawakannya –dan tidak akan mendapatkannya- maka ia telah berdusta atas nama Syaikh dan
pengikutnya dan Allah akan membalas kepada semua pendusta.
[Disalin dari buku Salafi Digugat Salafi Menjawab, DR Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dan Syaikh Muhammad
Nashiruddin Al-Albani, Penerjemah M. Tasdiq, Lc, Rudy Hartono Lc, Penerbit Pustaka As-Sunnah]
(taken from http://almanhaj.or.id)
Halaman 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar