goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 08 Oktober 2011

ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM

ARTIKEL KUMPULAN
MUSLIM
DAFTAR ISI
Mata yang Selamat........................................................................................... 2
Dahsyatnya Proses Sakaratul Maut............................................................... 3
Benarkah Orang Baik Belum Tentu Masuk Surga ?................................... 7
Surat Abi buat Annisa..................................................................................... 14
Mengundang Kehadiran Malaikat Ke Rumah............................................. 17
Sebab-sebab Naik-turunnya Iman dan Cara Meningkatkan Keimanan... 19
SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN............................................. 22
Makna Musibah Tergantung Pada Kepada Siapa Musibah Itu Terjadi.... 25
Taubat Sejati Seorang Pemuda....................................................................... 27
Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia.............................................................. 29
Andaikata Aku Bisa Memberi Lebih Banyak Lagi........................................ 30
Qur'an Menjawab Pertanyaan Manusia......................................................... 33
Godaan Dunia.................................................................................................... 35
Hakikat Dunia.................................................................................................... 36
Hakikat Hidup di Dunia.................................................................................... 37
Memahami Kehidupan Dunia........................................................................... 38
Hati Ibarat Rumah............................................................................................. 40
Mengapa Niat Belum Terwujud Sudah Diberi Pahala ?................................ 41
Sabarnya Ayub as, sabarnya Sulaiman as, sabarnya Yusuf as, dan sabarnya
Musa as................................................................................................................ 45
19 Keistimewaan Wanita................................................................................... 46
Bila Aku Jatuh Cinta......................................................................................... 48
Surat Untuk Calon Suamiku Kelak.................................................................. 49
Indahnya Beristrikan Seorang Sholihah.......................................................... 50
Indahnya Menahan Marah................................................................................ 52
Sebuah Doa Yang Baik....................................................................................... 54
Sikap Sombong, ’Saya Lebih Baik Dari Dia’ (Ana Khairun Minhu)............ 55
Bersilaturahim Karena Allah............................................................................ 57
Amal Yang Hilang Ketika Kita Asyik Menonton Televisi............................. 58
Mengapa Harus Sholat Shubuh ?..................................................................... 60
Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat......................................... 62
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 1 DARI 64
Mata yang Selamat
Rasulullah SAW bersabda, ''Semua mata akan menangis pada hari kiamat, kecuali tiga mata.
Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah. Kedua, mata yang dipalingkan dari apaapa
yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.''
Dalam suatu riwayat, ahli tasawuf bernama Fudhail bin Ayyadh, semula adalah seorang yang hanya
mengejar-ngejar hawa nafsu dan berkelana di tempat-tempat maksiat hingga larut malam. Suatu
malam, ketika ia pulang dalam keadaan sempoyongan, dia mendengar sayup-sayup seseorang
membaca Alquran dari sebuah rumah.
''Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk hati mereka mengingat Allah
dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang
yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang
fasik.'' (QS al-Hadid (57): 16).
Sesampainya di rumah, ia mengulangi bacaan yang didengarnya itu. Tanpa terasa, air mata mengalir
di pipinya. Ia merasakan ketakutan yang luar biasa. Hatinya bergetar ketika mengingat perbuatan
maksiat yang pernah dilakukan. Akhirnya, ia kembali ke jalan yang benar karena takut kepada
Allah SWT.
Berbahagialah orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesal dan matanya basah
dengan air mata penyesalan. Allah SWT Maha Pengampun atas dosa yang telah dilakukan hamba-
Nya. Mata seperti itu, insya Allah, termasuk mata yang tidak pernah menangis di hari kiamat.
Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang Allah SWT. Nabi Yusuf menolak ajakan
Zulaikha untuk berbuat maksiat. Dengan kondisi dan kesempatan yang ada, Nabi Yusuf mampu
mengalahkan hawa nafsunya. Melihat kondisi saat ini, mata kita rawan dari hal-hal yang berbau
pornografi, baik melalui media cetak, elektronik, maupun kejadian sehari-hari. Dengan mudah siapa
pun dapat melihat gambar-gambar yang membangkitkan syahwat.
Bahkan yang menyedihkan, hal itu menjadi kebiasaan dan dianggap wajar oleh sebagian
masyarakat. Mata yang tidak pernah menangis di hari kiamat adalah mata yang mampu berpaling
dari yang dilarang Allah SWT, termasuk apa pun yang berbau pornografi.
Ketiga, mata yang tidak tidur karena membela agama Allah SWT. Contohnya, mata para pejuang
Islam yang mempertahankan keutuhan agama dan menegakkan tonggak Islam. Perjuangan ini
bukan hanya jihad dalam arti berperang saja, namun juga setiap tindakan yang bertujuan membela
kemurnian agama Allah SWT. Memang, tidak mudah untuk memiliki mata yang tak pernah
menangis di hari kiamat. Dibutuhkan kesabaran dan perjuangan untuk mendapatkannya.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 2 DARI 64
Dahsyatnya Proses Sakaratul Maut
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu
menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah
tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha
menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan
mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah
Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau
berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di
muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng
yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah
dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya)
dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa
orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS
An-Nisa 4:78)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang
gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu’ah,
62:8)
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah
Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut
Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR
Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang
menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa
serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 3 DARI 64
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan
kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting
itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa
dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan
dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar
rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati
sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu
sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara
tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai
manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku
mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang
dariku.”
Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat
dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik
terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang
mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses
sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan
oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini
tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat
bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar
siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim
Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk
melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun
memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam,
rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan
pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya
Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan
memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk
menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari
itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi
ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian
mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan
dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di
tanah yang terbuat dari timah keras.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 4 DARI 64
Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh
kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan
pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam
tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata):
"Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri
mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan
sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya.
Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)
Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat
Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan
yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu,
dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapanucapan
burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang
sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap
keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya
kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan
meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya
tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai
musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min
dzalik!
Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa
Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut
sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia
ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan
itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke
dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa
yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan
(kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang
telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)
Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi
rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah
rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 5 DARI 64
Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar,
selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di
dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan
jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Amin !
(Sumber Tulisan Oleh : NN, dikumpulkan dari berbagai sumber)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 6 DARI 64
Benarkah Orang Baik Belum Tentu Masuk Surga ?
Apakah Bunda Theresa yang sepanjang usia nya dibaktikan untuk umat miskin India harus masuk
neraka ? Apakah Paus Paulus II yang pernah menjamu calon pembunuhnya dengan baik hingga si
calon pembunuhpun membatalkan rencana pembunuhan tersebut juga tak pantas masuk surga ?
Apakah Mahatma Gandi yang secara lembut, sabar dan selalu menggunakan jalan damai untuk
membela kemerdekaan rakyat India juga harus masuk neraka ? Bagaimana pula dengan sebagian
dari milyaran umat manusia non Islam yang baik hati, apakah mereka harus masuk neraka
dibanding sebagian dari milyaran umat Islam tapi buruk perilakunya ?
Apakah Akhlak Menentukan Seseorang Masuk Surga atau Tidak ?
Ada satu jawaban yang singkat, jelas dan tegas untuk pertanyaan tersebut yaitu, “kalau memang
akhlak dijadikan patokan oleh Tuhan untuk menentukan pantas tidaknya seseorang masuk surga,
maka agama tidak diperlukan lagi di muka bumi ini”
Kalau memang akhlak kriteria utama menentukan masuk surga atau tidaknya seseorang, maka
untuk apa lagi agama, karena tanpa agama saja orang bisa berbuat baik. Di negeri atheis seperti di
Rusia, China, atau di negeri sekuler seperti Eropa dan Amerika, ditemukan banyak orang yang tak
beragama tapi memiliki akhlak yang luar biasa baiknya. Tidak usah jauh-jauh, pasti kita sering
menemukan diantara teman atau tetangga kita akhlaknya sangat baik, ia mengaku punya agama tapi
tak pernah sholat atau ke gereja, tapi nyatanya akhlaknya lebih baik dari umat Islam yang rajin
beribadah.
Sifat baik adalah fitrah yang diberikan Allah sejak kita didalam kandungan. Fitrah (sifat-sifat baik)
adalah kecenderungan manusia untuk berbuat kebaikan, seperti halnya binatang buas diberi Allah
kecenderungan untuk bersifat buas, mereka akan tetap buas walaupun manusia berusaha
menjinakkannya. Hawa nafsu dan pilihan manusia sendiri yang membuat seorang manusia menjadi
jahat dan berperilaku buruk.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Aku menciptakan hambahamba-
Ku dalam keadaan hanif (lurus) semuanya. Dan sesungguhnya mereka didatangi oleh setan
yang menyebabkan mereka tersesat dari agama mereka” (HR Muslim).
Allah menganugerahi manusia kesempatan untuk memilih yang baik atau yang buruk sesuai firman
Allah : “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. (QS, Al-Balad 90 : 10).
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kafir.” (QS, Al-Insaan 76 : 3).
Kemudian setan berusaha mengaburkan jalan yang benar sehingga jalan yang baik oleh manusia
dikira sesat, dan jalan yang sesat dikira benar. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al
Baqarah 2 : 216) : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.”
Namun tujuan tulisan ini sama sekali bukan untuk menyatakan bahwa akhlak yang baik tidak
penting, atau menjadi muslim yang berperilaku buruk lebih baik daripada non-Islam yang baik hati.
Tujuan tulian ini agar kita menyadari bahwa Tuhan tidak menuntut dari manusia sekedar akhlak
yang baik, tapi juga ada hal lain yang lebih utama dibanding akhlak.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 7 DARI 64
Bahkan Akhlak Seorang Muslim Yang Baik Sekalipun Tidak Cukup Untuk Membuatnya Masuk
Surga.
Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang
pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu :
"Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya
mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah
melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika
istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya
Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?"
Nabi SAW sangat terharu mendengarnya, sambil memeluk anak muda itu ia berkata : "Sungguh
Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta
orangtuamu tidak akan terbalaskan oleh pengorbanan dan kebaikanmu". Dari hadist tersebut kita
mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan
kebaikan orang tua kita terhadap anaknya. Kita merasa sudah cukup, tapi dalam perhitungan Allah
nilai jasa kedua orang tua pada anaknya jauh lebih besar nilainya dari yang dibayangkan manusia.
Pasti ada sesuatu perbuatan lain yang harus kita lakukan untuk memperbanyak balas budi kita pada
kedua orang tua kita. Diantaranya dengan cara menjadi anak yang sholeh dan selalu mendoakan
kedua orangtua kita.
Untuk membalas budi kedua orang tua saja kita tidak akan pernah sanggup, apalagi membalas
kebaikan Tuhan yang mengkaruniakan kita fitrah kasih sayang pada kedua orang tua kita, yang
mengkaruniakan kita mata yang mampu melihat, telinga yang mampu mendengar, lidah yang
mampu merasakan kelezatan makanan, yang telah mengkaruniakan kita udara secara gratis.
Ada perspektif yang sama antara hadits tersebut barusan dengan hadits berikut ini. Rasulullah SAW
pernah berkata, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu
para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW :
“Amal soleh sayapun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu dengan
apa kita masuk surga?” . Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya karena
rahmat dan kebaikan Allah semata”. Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah
sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah
kita mendapatkan surga Allah. Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap
hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh
sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga
yang dijanjikan Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan
karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Apa makna dari kedua hadits tersebut diatas ? Yaitu bahwa perbuatan baik (akhlak) dan ibadah kita
ternyata tidak mampu untuk mendapatkan tiket ke surga. Hanya karena rahmat-Nya lah kita bisa ke
surga. Akhlak dan amal ibadah juga tidak cukup menjamin kita terbebas dari api neraka, hanya
ampunan-Nya lah yang bisa membuat kita terbebas dari api neraka. Karena itu kita diminta banyak
memohon rahmat dan ampunan Allah.
Pertanyaan berikutnya (dikaitkan dengan judul tulisan ini) adalah apa syaratnya agar doa kita untuk
memohon rahmat dan memohon ampunan Allah bisa diterima ?
Tidak semua orang diberi rahmat surga, dan tidak semua orang diberi ampunan dari ancaman
neraka. Karena itu Allah menentukan syarat utamanya adalah beriman kepada-Nya dan rasul-Nya
(melalui syahadat). Ia harus memiliki aqidah yang benar, memahami siapa Tuhan yang
disembahnya dengan benar, apa yang dimaui-Nya, bagaimana cara mencintai-Nya. Inilah syarat
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 8 DARI 64
utama agar permohonan rahmat dan ampunan kita bisa diterima.
Apakah Benar Anggapan Bahwa Sifat Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang Akan Membuat
Allah Tidak Mungkin (Tega) Menghukum Orang Yang Baik Hati ?
Di akhirat kelak orang yang tidak beriman kepada Allah akan membawa amal kebaikannya ke
hadapan Allah, tapi kemudian Allah tidak menerimanya, seperti tersebut dalam Al Qur’an surat Al
Furqan ayat 23, “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan”.
Ibarat seorang pembantu yang bekerja keras pada majikannya, setiap hari ia bangun pagi
membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyapu halaman, menjaga keselamatan anak majikan
selama majikan bekerja diluar. Namun sang pembantu yang rajin ini ternyata tidak sopan dalam
kata dan perilaku, Sang pembantu tidak mau berusaha memperbaiki sikapnya ini pada atasannya,
karena ia mempunyai pendapat sendiri tak mungkin majikan akan memecatnya karena ia sudah
bekerja sangat keras dan merawat anak-anak majikannya dengan baik. Ia tidak juga berusaha
mencari tahu apa yang diinginkan sang majikan. Padahal jelas sang majikan sudah menulis
tatatertib dan uraian kerja pembantu rumah tangga, diantaranya disebutkan bahwa kesopanan adalah
syarat terpenting bekerja di rumah majikan tersebut. Bahkan terkadang ia sombong dan keras hati
serta menyimpulkan sendiri bahwa sebagai orang yang berintelektual tinggi seharusnya majikannya
bisa menerima kekurangan sang pembantu. Iapun kaget ketika di akhir bulan, sang majikan
memecatnya dengan alasan tidak sopan. Ia protes tapi majikannya punya hak.
Analogi sederhana ini, menyiratkan bahwa agar doa, ampunan, amal dan ibadah kita bisa diterima
Allah hendaknya kita mengenal Allah secara baik, melalui perenungan dan makrifatullah. Kitapun
sebagai hamba Allah perlu mencari tahu apa sebenarnya syarat utama yang diinginkan Allah agar
segala amal ibadah dan akhlak baik kita diterima Allah. Tidak susah mengenal Allah karena karya-
Nya ada disekeliling kita, yaitu alam semesta ini, bahkan Ia telah memperkenalkan diri-Nya pada
manusia melalui kitab-kitab suci dan ajaran nabi-Nya. Dengan mengenal allah secara baik kita akan
tahu bahwa Allah sangatlah penyayang, demikian sabar dengan kelemahan manusia, terlalu banyak
kesalahan kita yang dimaafkan-Nya, bahkan kita akan tahu bahwa terlalu berlebihan kalau
keimanan, amal ibadah dan kebaikan kita dibalas dengan surga yang luar biasa nikmatnya. Dengan
hati yang bersih dan ilmu yang cukup juga akan memudahkan kita memahami mengapa Allah
mengancam orang-orang tidak beriman dan yang buruk akhlaknya dengan neraka.
Memahami Allah dengan menggunakan kemampuan akal manusia adalah sia-sia, karena hakikat
sifat-sifat Allah tidak dicerna oleh akal manusia, tapi oleh hati manusia. Hati manusia akan
membantu kita memahami Allah, karena didalam hati bersemayam fitrah manusia yang salah
satunya memiliki sifat-sifat cinta kepada Allah. Hatipun perlu dibersihkan terlebih dahulu dari
kotoran (sifat sombong, dengki, kikir, dsbnya) agar fitrah manusia bisa diaktifkan untuk memahami
sifat-sifat Allah dengan baik.
Tanpa Mengenal Sifat Allah Dengan Baik Maka Sia-sialah Akhlak Baik, Amal dan Ibadah Kita
Melalui pengenalan yang baik terhadap Allah melalui cara-cara yang diatur dalam Qur’an dan
hadits, akan kita temukan bahwa Allah mensyaratkan aqidah Islam yang benar sebelum segala amal
ibadahnya diterima.
Aqidah adalah hal yang pokok yang membedakan Islam dengan agama lainnya. Aqidah adalah
fondasi bangunan seorang umat Muslim, sedang ibadah (syariah) adalah dinding bangunan seorang
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 9 DARI 64
Muslim, lalu akhlak adalah atapnya. Tanpa fondasi maka ia pun tidak bisa mendirikan bangunan
diri seorang Muslim, tanpa aqidah yang benar dan lurus iapun tidak pantas disebut seorang Muslim.
Tanpa ibadah yang sesuai syariah Islam, iapun belum sempurna untuk dikatakan sebagai sebuah
bangunan yang bernama Muslim. Demikian pula, tanpa Atap yang bernama akhlak, bangunan yang
bernama Muslim ini belum utuh dan akan mudah rusak oleh hujan dan panas. Muslim yang baik
wajib memiliki ketiga syarat ini (aqidah, ibadah dan akhlak) secara lengkap, tidak kurang satupun,
dan harus sempurna. Bila aqidahnya salah, maka kekal lah ia di neraka, bila ibadah dan akhlak
buruk maka ia ‘mungkin’ masih berpeluang masuk surga setelah di’cuci’ dulu di neraka. Semoga
kita tidak termasuk sebagai orang yang di’cuci’ dulu, apalagi kekal, di neraka. Mumpung kita masih
hidup di dunia ini, semoga kita diberi ilmu oleh Allah SWT mengenai kedahsyatan akhirat dan
neraka, supaya kita tidak menggampangkan diri untuk menganggap bahwa di’cuci’ di neraka adalah
bukan masalah besar. Tidak untuk sedetikpun ! Naudzu billah min dzalik.
Aqidah adalah apa yang diyakini seseorang, bebas dari keraguan. Aqidah adalah iman yang teguh
dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. Aqidah merupakan
perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu. Aqidah Islam
merupakan syarat pokok menjadi seorang mukmin, dan merupakan syarat sahnya semua amal kita.
Untuk memperoleh aqidah yang lurus kita perlu mempelajari dan memahami sifat-sifat Allah dan
apa-apa yang disukai dan dibenci Allah. Tanpa aqidah yang lurus maka amal ibadah kita tidak
diterima-Nya. Salah satu hal yang paling dibenci Allah SWT adalah syirik, yaitu mensejajarkan
diri-Nya dengan makhluk atau benda ciptaan-Nya. Allah berfirman, “Jika kamu mempersekutukan
(Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang yang merugi” (QS, Az-
Zumar: 65).
Aqidah adalah tauqifiyah, artinya tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil, dan tidak ada medan
ijtihad atau berpendapat didalamnya. Sumbernya hanya al-Qur’an dan as-Sunnah, sebab tidak ada
yang lebih mengetahui tentang sifat-sifat Allah selain Allah sendiri. Aqidah Islamiyah adalah
keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban,
bertauhid dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Kitab-
Kitab-Nya, hari akhir, taqdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang sudah shahih
tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara
ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an dan as-Sunnah yang
shahih serta ijma’ Salafush Shalih.
Begitu pentingnya aqidah dalam Islam, sehingga pelurusan aqidah adalah dakwah yang pertamatama
dilakukan para rasul Allah, setelah itu baru mereka mengajarkan perintah agama (syariat) yang
lain. Didalam Al Qur’an, surat Al-A’raf ayat 59, 65, 73 dan 85, tertulis beberapa kali ajakan para
nabi, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan selain-Nya”. Dengan demikian
ilmu Tauhid sebagai ilmu yang menjelaskan aqidah yang lurus, merupakan ilmu pokok yang harus
dipahami sebaik mungkin oleh setiap umat Islam yang ingin memperdalam ilmu agamanya. Tanpa
aqidah yang benar seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai prasangka, yang lama
kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkannya dari jalan hidup kebahagiaan. Tanpa
aqidah yang lurus seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh berbagai informasi yang
menyesatkan keimanan kita.
Wallahu a’lam bish shawab.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 10 DARI 64
Pesan-pesanku Jika Aku Mati
Bismillahir rahmanir rahiem,
Keluargaku yang kusayangi,
Aku tidak tahu kapan Sang Pemilik jiwaku ini memanggilku.
Namun demikian rasa khawatirku untuk tidak meninggalkan kesusahan dan keburukan
sepeninggalku, telah mendorongku untuk berwasiat kepadamu sekalian.
Hendaklah kamu sekalian tidak bersedih hati dengan apa saja yang luput darimu dan tidak pula
meratapi apa2 yang telah ditakdirkan Allah (swt) agar menjadi bagian dari kisah kehidupan di dunia
ini. Kematianku tidaklah berbeda dengan kematian manusia lainnya. Yang demikian adalah karena
setiap yang bernyawa pasti akan mati. [1]
Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku tidak dapat memberi jaminan hidup atas hidupku sendiri
sebagaimana aku tidak dapat memastikan apa yang dapat kita lakukan esok hari dari rencana2 kita.
Yang demikian adalah karena kita adalah hamba2 Allah yang tidak memiliki sedikitpun kekuasaan
dan kemampuan kecuali sekedar apa yang diberikan-Nya yang sesuai dengan kehendak dan
rencana-Nya.
Jika aku mati, hendaknya kamu sekalian tidak panik. Kematian adalah perkara biasa yang orang lain
juga menghadapinya. Uruslah jenazahku dengan kemampuan terbaik kalian. Jika aku sempat mandi
sebelum aku mati, maka hendaklah tidak seorangpun yang mengulanginya. Kewajiban kalian
adalah menutupi bagian2-ku yang masih terbuka dengan kain (kafan). Jika tidak, maka mandikan
dan bersihkanlah bagian2 yang penting sebelum kalian mengkafaniku sehingga aku layak untuk
menghadap Allah (swt).
Jika hanya seorang dari kalian yang ada di sisiku pada saat kematianku, hendaklah kamu
memberitahu tetangga terdekat yang sekiranya mereka dapat membantu menguruskan jenazahku
atau mereka memberitahu orang lain yang layak untuk memandikan dan mengkafankan jenazahku.
Untuk hal ini, hendaklah mereka termasuk orang2 yang amanah yang dapat menjaga aurat dan
aibku dengan baik.
Di bumi mana aku mati, maka tempat yang paling layak dan paling baik bagi jenazahku adalah
tanah perkuburan yang terdekat dengan tempat kematianku. Yang demikian lebih aku sukai agar
tempatku termasuk hal2 yang akan dapat memberi kesaksian tentang apa yang telah aku kerjakan
buat agama ini. Oleh karena itu, janganlah se-kali2 kalian mencoba mengangkut atau membawa
jenazahku lebih jauh dari tempat itu.
Dan jangan biarkan jenazahku menunggu. Jangan pula seorang dari kalian, orangtua, sanak famili,
sahabat, handai tolan dan kawan2 baikku dijadikan alasan untuk menunda jenazahku masuk liang
lahat. Selain perkara ini tidak membebani mereka yang mengurus jenazahku, hal itu juga lebih baik
bagi mereka yang datang kemudian.
Jika yang datang kemudian adalah dari golongan orang2 yang sholeh, maka sudah tentu mereka
akan tahu cara menolongku dengan pertolongan ghaib. Sebaliknya, jika yang datang kemudian
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 11 DARI 64
adalah orang2 yang belum sempurna agamanya, maka hal itu tidak akan menambah kesalahan dan
dosa mereka. [2]
Tahanlah lisan kalian dalam mengekspresikan rasa bela sungkawa atau duka cita kalian. Meskipun
aku rela kamu mencurahkan air matamu, tetapi janganlah se-kali2 kamu meratap atau mengeluarkan
kata2 kesedihan. Yang demikian adalah karena selain hal itu akan menyusahkanku di kubur, hal itu
juga akan menjadi dosa bagimu.
Berserah dirilah kepada Allah (swt) tidak saja dalam urusan rezekimu, tetapi juga dalam semua
aspek kehidupanmu. Yakinlah dengan keyakinan yang bulat bahwa Allah (swt) maha cermat dalam
mengurus semua makhluk-Nya. Dia mustahil ceroboh sebagaimana Dia mustahil berbuat zhalim
kepada ciptaan-Nya sendiri. Karena itu, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat
[4].
Tidak ada warisan terbaik yang dapat aku tinggalkan kepada kalian selain aku telah berusaha
dengan segala daya agar kalian terbiasa berada di jalan Allah. Dan meskipun aku seringkali gagal
dalam memberi kalian warisan akhlak yang agung sebagaimana akhlak Rasulullah (saw), tetapi
paling tidak kalian telah mengetahui bagaimana cara menghadirkannya jika kalian mau. Dan
sekiranya ada benda2 yang aku tinggalkan pada kalian, maka orang terbaik diantara kalian adalah
dia yang paling tidak memerlukannya.
Keluarga-ku, jika kelak kalian merindukanku, maka pasti dan pasti kalian akan menjumpaiku di
akhirat hanya jika Allah (swt) ridho kepada kalian. Yang demikian adalah jika aku tercampak ke
dalam neraka, maka sebagai ahli surga kalian dapat dengan mudah menziarahiku [5]. Sebaliknya,
jika dengan rahmat-Nya, Allah (swt) memasukkanku sebagai salah seorang ahli surga, maka
sesungguhnya tiada halangan apapun antara sesama ahli surga untuk saling menziarahinya.
Dan jika datang kepadamu orang2 agar kalian mengikuti cara hidup lain selain yang telah diajarkan
oleh Rasulullah (saw), maka kuatkanlah keyakinan kalian dan gigitlah erat2 agama (Islam) ini
dengan gerahammu dan katakan dengan tegas dan tekad yang bulat, "Tidak, bahkan (kami
mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia dari golongan orang musyrik." [6]
La ilaha illallah Muhammadur rasulullah. Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu
akbar wa la haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azhim. Subhanallah.
Catatan kaki:
[1] Tiap2 yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. (Qs al Ankabut 29:57)
[2] Termasuk di dalamnya adalah dengan melakukan sholatul ghaib dan membicarakan kebaikan2
mayyit.
[3] Termasuk di dalamnya adalah orang2 yang lemah batin saat melihat mayyit sehingga melakukan
hal2 yang tidak syar'i seumpama meratap dlsb.
[4] Hai orang2 yang beriman, mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya
Allah beserta orang2 yang sabar. (Qs al Baqarah 2:153)
Dan mintalah pertolongan (Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang2 yang khusyuk. (Qs al Baqarah 2:45)
[5] Dan penghuni2 surga berseru kepada penghuni2 neraka (dengan menziarahi mereka sambil
mengatakan), "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami
menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab)
yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" Mereka (penduduk neraka) menjawab, "Betul."
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 12 DARI 64
(Qs al A'raf 7:44)
[6] Dan mereka berkata, "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya
kamu mendapat petunjuk." Katakanlah, "Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang
lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik." (Qs al Baqarah 2:135)
Sumber tulisan oleh : Subhan ibn Abdullah
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 13 DARI 64
LOWONGAN DI AKHIRAT
Sebuah lowongan istimewa telah dipersiapkan sebelum alam ini diciptakan. Lowongan ini terbuka
bagi semua orang tanpa pengecualian, tanpa melihat pengalaman kerja, tanpa ijazah, tanpa koneksi.
Lowongan ini terbuka bagi semua pengangguran maupun yang sedang bekerja dengan latar
belakang apapun, baik direktur, gubernur, tukang becak, perampok, koruptor, pembunuh, pendeta,
kyai, para dermawan, dll. Setiap pelamar dijamin pasti diterima di salah satu posisi yang disediakan,
bahkan yang tidak melamar sekalipun pasti diterima !
LOWONGAN DISEDIAKAN UNTUK 2 POSISI :
A. Penghuni Syurga
B. Penghuni Neraka
UNTUK POSISI A DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI SBB :
Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi, kandidat dijamin akan
memperoleh training outdoor dan indoor, berupa :
1. Nikmat kubur.
2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.
Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dunia.
Rasulullah bersabda, “Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan
jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (HR Muslim). Nikmat
yang lebih indah dari syurga adalah ‘merasakan’ ridha Allah dan kesempatan merasakan ‘wajah’
Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia,
yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
UNTUK POSISI B DIPASTIKAN AKAN MENIKMATI BERAGAM KESEMPATAN
DIBAWAH INI
Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbuka dengan fasilitas
pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka
dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah
kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab
kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun
akan merasa lega.
Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat. Para
pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera mati kalau dibakar, karena tubuh kita akan dibuat
sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng). Rasulullah
saw bersabda, “Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunung Uhud, dan
(tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan” (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR
Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Neraka dipegang oleh tujuh puluh ribu tali,
dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh ribu malaikat” M(HR Muslim). Rasulullah saw
bersabda, “Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang
seratus tahun perjalanan” (Abu Daud, Ibn Hanbal).
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 14 DARI 64
Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isi perut, minuman yang
mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah.
Beberapa pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti
hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.
Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan
tahun, yaitu :
1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan ‘hidup’ dalam kesengsaraan ditemani ular
dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di
alam barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.
2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan
dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita
karena setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu
menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawat
padanya.
SYARAT-SYARAT PELAMAR
- Tidak diperlukan ijazah
- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.
- Tidak perlu bawa harta
- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau
seksi.
Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri.
WAKTU WAWANCARA :
Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda.
Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya bila jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur,maka
jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka
meninggalkan tempat itu (hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal). Perlu diketahui
jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam
kandungan ibu.
Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu.
LOKASI DAN LAMA WAWANCARA
Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapa menit hingga ribuan
tahun tergantung posisi yang dilamarnya.
Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari
hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah
pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang
miskin adalah 500 tahun. Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit
harta untuk diminta pertanggungjawabannya (karena sebutir nasi yang Anda buang akan diminta
pertanggungjawabannya).
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 15 DARI 64
PEWAWANCARA:
Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.
Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari Kemudian
WAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :
1. Siapa Tuhanmu ?
2. Apa agamamu ?
3. Siapa nabimu?
4. Apa kitabmu?
5. Dimana kiblatmu ?
6. Siapa saudaramu?
Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapal dari sekarang karena
keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya.
CARA MELAMAR:
Sekalilagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlu melamar, siapa saja dijamin
diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk
sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadi
sebentar lagi).
BENARKAH LOWONGAN INI ?
Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam ini yang tidak mampu kita
ketahui, apalagi mengenai akhirat.
Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat.
Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat
kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang
bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui
(tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan
banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang
dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak)
untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana
akhirat) yang akan Dia timpakan” ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari)
Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan
sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depan trompetnya sejak alam ini diciptakan,
sementara itu pula masih banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia
bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat.
MAU MELAMAR KE POSISI B ?
Mudah saja, hiduplah sesuka anda...
Sumber : NN
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 16 DARI 64
Surat Abi buat Annisa
Annisa anakku,
Saat Abi menulis surat ini, Abi tak tahu apakah kelak kamu akan membacanya atau tidak. Sengaja
Abi tuliskan hal ini karena Abi yakin bahwa diantara manusia yang banyak ada orang-orang yang
akan dapat mengambil pelajaran dari kita. Walaupun pilihan Allah terhadap kita sudah jelas, tetap
saja Abi berharap semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong dan takabur.
Ketika Abi memutuskan untuk membantu kerja nabi kita, Abi menyadari bahwa cepat atau lambat
kamu akan mendapatkan bahwa Abi tidak cukup punya waktu untuk membantumu belajar, bermain
atau bersenda gurau sebagaimana yang dulu pernah kita lakukan. Selepas itu barangkali orang yang
tidak tahu akan menyangka bahwa Abi adalah orang yang tidak peduli lagi dengan keluarganya
sendiri.
Dalam keadaan seperti ini, Abi tetap merasa bahwa kamu tahu betapa Abi sayang padamu. Ketika
Abi mengurusmu, Abi tidak tahu apakah Abi termasuk orang tua yang tegar atau tidak. Saat kamu
demam, Abi takut Allah segera memanggilmu pulang ke haribaan-Nya. Selepas berdoa untuk
kesembuhanmu, Abi justru merasa malu karena tak kuasa membendung air mata yang gugur.
Pada banyak hari yang telah lalu kamu dapati bahwa Abi belum pulang saat kantuk mengusaimu.
Dan ketika kamu bangun, kita pun hanya punya sedikit masa untuk buat persiapan, yakni saat Abi
pergi kerja dan kamu pergi ke sekolah. Kalau saja bukan karena Ummi yang sering mendesak Abi
dengan ‘ancamannya’ barangkali Abi tidak punya waktu meskipun satu malam untuk berbual
denganmu.
Maafkan Abi bila sampai saat ini Abi tidak memberimu waktu lapang sebagaimana kebanyakan
anak sebayamu mendapatkannya. Bila Abi tidak sedang keluar di tempat lain atau di negeri lain,
kamu dapati Abi sibuk dengan urusan dakwah di kampung kita atau sekitarnya. Meskipun demikian
Ummi biasanya tahu kemana Abi pergi.
Barangkali kamu menyangka bahwa Abi terlalu keras dalam mendidikmu lewat Ummi.
Sebagaimana saudara2-mu yang lain, kamu harus cukup merasa puas dengan cerita kawan2-mu di
sekolah tentang tayangan televisi kegemaran anak2 sebayamu. Kamu juga belajar merasa puas
dengan sedikitnya bekal ketika sekolah. Akan tetapi barangkali inilah yang terbaik yang dapat Abi
berikan untuk menjadikanmu tegar dan mandiri pada satu hari nanti dengan ijin Allah.
Abi yakin bahwa Allah selalu menepati janji-Nya. Dia terlalu agung untuk mengingkari janji2-Nya
sendiri. Dia robb kita yang maha pemelihara, maha kaya lagi maha memberi. Dan bila Abi
memutuskan bahwa dakwah adalah kerja utama kita, itupun karena Abi yakin dengan ketetapan-
Nya yang sempurna. Dan bila abi tetap bekerja sebagai buruh, itupun karena Abi yakin bahwa
dengan cara inilah dakwah boleh diusahakan mengikuti kemampuan kita. Allah ‘menghantar’ kita
ke tempat kita tinggal saat ini sebagaimana Dia mengutus nabi dan rasul-Nya kepada kaumnya.
Barangkali kamu memendam banyak cerita tentang kesulitan yang timbul di dalam keluarga kita
akibat kerja ini. Barangkali juga kamu merekam banyak kejadian yang menyedihkanmu karena
bertambahnya kesibukan yang berhubungan dengan dakwah. Namun demikian, hendaknya kamu
selalu ingat bahwa Allah swt selalu memberikan kesusahan kepada orang2 yang dicintai-Nya.
Dengannya Allah swt menurunkan sifat2 yang bila seseorang memilikinya maka dapat dipastikan
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 17 DARI 64
bahwa Allah bersamanya. Bukankah Allah bersama orang yang sabar, Allah bersama orang yang
takwa, Allah bersama orang yang ikhlas? Sifat2 seperti inilah yang Dia hendak turunkan kepada
kita dan para da’i-Nya di seluruh alam.
Pagi ini, setelah pulang dari mengantarkanmu ke madrasah hafidzah selama 7 hari di tempat yang
jauh, Abi berkesempatan meneleponmu. Sungguh, dari suaramu Abi tidak lagi khawatir akan
kebaikanmu. Kamu tertawa bersama kawan2-mu yang ikut ‘nimbrung’ di telepon. Kamu telah
mendapatkan tempat yang cocok untuk masa depanmu. Semua ini adalah karunia dari Allah yang
maha pengasih dan maha penyayang.
Annisa, jaga dirimu baik2 nak. Abi tidak melupakan kerja besar yang telah kamu buat beberapa
tahun yang lalu atas Son Lie, kawan sebayamu, justru pada saat Abi tidak bersamamu. Abi tidak
tahu hikmah yang bagaimana yang telah Allah berikan kepadamu sehingga dalam beberapa bulan
saja Son Lie beserta mamah-papahnya (yang datang dari Beijing) dapat memeluk Islam di
tanganmu. Kamu belum lagi akil baligh, namun Allah telah memberimu satu cahaya yang dapat
menerangi orang yang ada dalam kegelapan. Abi bersyukur kepada Allah atas karunia ini. Abi
bangga memilikimu, nak.
Maka bila kamu susah, janganlah kamu mengadukannya kepada siapapun sebelum kamu datang
kepada Allah. Bila kamu sakit, janganlah kamu berobat sebelum kamu ‘menanyakan’ sakitmu
kepada robb-mu. Bila kamu dalam kekurangan, perbaikilah amal2-mu, dengan demikian Allah akan
mencukupkanmu bahkan melebihkanmu dengan apa saja yang disukai-Nya bagimu.
Selalulah berdoa agar Allah melimpahkan kekuatan dan bantuan-Nya bagi Abi dalam menolong
agama-Nya. Insya Allah Abi terus belajar dalam mengikuti contoh teladan kita, nabi Muhammad
saw. Doakan juga kebaikan bagi Ummi. Semoga Allah mencatatmu sebagai anak yang berbakti
kepada kedua orangtuamu hingga Dia sendiri ridho kepadamu dan ridho kepada Abi dan Ummi,
orangtuamu. Subhanallah.
Wassalam,
Abi dan Ummi
Pattaya, 10/06/2003
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 18 DARI 64
Mengundang Kehadiran Malaikat Ke Rumah
Tak seorang muslimpun yang tidak menginginkan rumah mereka senantiasa dihadiri oleh para
malaikat Allah dan dijauhkan dari syetan. Sebab kehadiran mereka di rumah mereka akan
melahirkan aura ketenteraman dan kesejukan dan kedamaian ruhani yang mengalir di rumah itu.
Kehadiran mereka akan membuat rumah kita laksana surga.
Diantara para malaikat itu ada yang sengaja keliling untuk menebarkan rahmat dan kedamaian di
tengah manusia sebagaiamna syetan berkeliling untuk menebarkan kejahatan di tengah mereka.
Lalu rumah mana saja yang akan dihadiri para malaikat itu?
Diantaranya adalah :
1. Rumah yang diliputi dzikir kepada Allah yang di dalamnya ada ruku dan sujud
2. Rumah yang senantiasa bersih
3. Rumah yang penghuninya adalah orang-orang yang jujur dan menepati janji
4. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim
5. Rumah yang dihuni oleh orang yang makanannya halal
6. Rumah yang dihuni oleh orang yang senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
7. Rumah yang senantiasa ada tilawah Al-Quran
8. Rumah yang dihuni oleh para penuntut ilmu
9. Rumah yang penghuninya ada isteri solehah
10. Rumah yang bersih dari barang-barang haram
11. Rumah yang dihuni oleh orang yang rendah hati, sabar, tawakal, qana’ah, dermawan pemaaf
yang
senantiasa bersih lahir batin dan para penghuninya makan tidak terlalu banyak
Di bawah ini akan dipaparkan beberapa dalil yang menunjukkan pada hal di atas.
Mengenai orang-orang yang berada dalam majlis dzikir Rasulullah bersabda : “Jika kalian melewati
kebun-kebun surga maka mampirlah di tempat itu! Para sahabat berkata, “Apa yang dimaksud
dengan kebun-kebun surga itu wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Kelompok manusia yang
berdzikir. Karena sesungguhnya Allah memiliki malaikat-malaikat yang senantiasa keliling mencari
kelompok manusia yang berdzikir dan jika mereka datang ke tempat mereka malaikat itu dan
mengitarinya”, hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Umar sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi
dalam buku Al-Adzkar. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda
“Tidaklah sekali-kali sebuah kaum duduk dengan berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan
dikelilingi malaikat dan akan disirami rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Allah
akan menyebutkan tentang mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)
Ini semua menunjukkan bahwa dzikir kepada Allah di rumah kita akan menjadikan malaikat
memasuki rumah kita dan akan berada dengan kita. Sebaliknya rumah yang dikosongkan dengan
dari dzikir maka malaikat juga akan menjauhinya.
Sementara itu orang yang membcan Al-Quran disebutkan dalam sabdanya : “Sesungguhnya rumah
itu akan terasa luas bagi penghuninya, akan didatangi malaikat, dijauhi syetan dan akan membanjir
pula kebaikan ke dalamnya, jika dibacakan Al-Quran di dalamnya. Sebaliknya, rumah itu akan
terasa sempit bagi penghuninya, akan dijauhi malaikat dan akan didatangi syetan serta tidak akan
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 19 DARI 64
banyak kebaikan di dalamnya, jika tidak dibacakan Al-Quran” (HR. Ad-Darimi).
Dengan membaca Al-Quran maka akan turun malaikat rahmat, akan datang kebaikan akan muncul
ketenangan di dalam rumah kita. Rumah yang tidak ada bacaan Al-Quran maka ketahuilah bahwa
rumah itu sebenarnya telah menjadi kuburan walaupun penghuninya masih bernyawa.
Tentang orang yang rajin menjalin silaturahmi, disebutkan dari Abu Hurairah bahwa seorang lelaki
pergi untuk mengunjungi saudaranya di sebuah desa yang lain. Maka segera diperintahkan kepada
malaikat untuk menemani orang itu. Tatkala malaikat bertemu dengan orang tadi maka dia bertanya
: Kemana engkau akan pergi? Lelaki itu menjawab : Aku akan pergi mengunjungi saudara saya di
desa itu! Malaikat itu bertanya : Apakah kau memiliki suatu nikmat yang akan kau berikan
padanya? Orang itu berkata : Tidak, saya mengunjunginya semata karena saya mencintainya karena
Allah! Malaikat itu berkata : “Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu. Allah telah mencintaimu
sebagaimana kau mencintai orang itu” (HR. Muslim)
Mengenai penuntut ilmu yang dinaungi sayap malaikat Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya
malaikat membentangkan sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang sedang
dia tuntut” (HR. Tirmidzi).
Tentang rumah orang dermawan yang akan dimasuki malaikat disebutkan dalam sebuah hadits
bahwa malaikat akan senantiasa mendoakan mereka : Rasulullah Saw bersabda, “Tiap-tiap pagi
malaikat turun, yang satu mendo’akan, “Ya Allah beri gantilah untuk yang menderma, dan yang
lain berdo’a, Ya Allah Musnahkan harta si bakhil.”
Rumah-rumah yang di dalamnya ada kejujuran, ada kasih sayang, amanah, ada syukur dan sabar
ada taubat dan istighfar akan senantiasa terbuka untuk dimasuki para malaikat sedangkan rumahrumah
yang selain itu maka maka malaikat akan menjauhi rumah tadi.
Rumah-rumah yang akan dijauhi malaikat misalnya, rumah yang di dalamnya ada anjing, ada
patung-patung dan gambar-gambar, dan ada bau busuk di rumah itu.
Islam adalah agama yang cinta kebersihan sehingga mengingatkan bahayanya memiliki anjing,
bahkan melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian.
Tidak sedikit nash hadits yang menyatakan bahwa malaikat rahmat tidak akan memasuki rumah
yang di dalamnya terdapat anjing dan pahala pemilik anjing akan susut atau berkurang. Rasulullah
bersabda: “ Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak
memasuki rumah yang didalamnya terdapat gambar (patung)" [HR. Ahmad, Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah]
Ibnu Hajar berkata : "Ungkapan malaikat tidak akan memasuki...." menunjukkan malaikat secara
umum (malaikat rahmat, malaikat hafazah, dan malaikat lainnya)". Tetapi, pendapat lain
mengatakan : "Kecuali malaikat hafazah, mereka tetap memasuki rumah setiap orang karena tugas
mereka adalah mendampingi manusia sehingga tidak pernah berpisah sedetikpun dengan manusia.
Pendapat tersebut dikemukakan oleh Ibnu Wadhdhah, Imam Al-Khaththabi, dan yang lainnya.
Sementara itu, yang dimaksud dengan ungkapan rumah pada hadits di atas adalah tempat tinggal
seseorang, baik berupa rumah, gubuk, tenda, dan sejenisnya. Sedangkan ungkapan anjing pada
hadits tersebut mencakup semua jenis anjing. Imam Qurthubi berkata : "Telah terjadi ikhtilaf di
antara para ulama tentang sebab-sebabnya malaikat rahmat tidak memasuki rumah yang didalamnya
terdapat anjing. Sebagian ulama mengatakan karena anjing itu najis, yang lain mengatakan bahwa
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 20 DARI 64
ada anjing yang diserupai oleh setan, sedangkan yang lainnya mengatakan karena di tubuh anjing
menempel najis.” Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha mengatakan bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengadakan perjanjian dengan Jibril bahwa Jibril akan datang.
Ketika waktu pertemuan itu tiba, ternyata Jibril tidak datang. Sambil melepaskan tongkat yang
dipegangnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Allah tidak mungkin mengingkari
janjinya, tetapi mengapa Jibril belum datang ?" Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menoleh, ternyata beliau melihat seekor anak anjing di bawah tempat tidur. "Kapan anjing ini
masuk ?" tanya beliau. Aku (Aisyah) menyahut : "Entahlah". Setelah anjing itu dikeluarkan,
masuklah malaikat Jibril. "Mengapa engkau terlambat ? tanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam kepada Jibril. Jibril menjawab: "Karena tadi di rumahmu ada anjing. Ketahuilah, kami tidak
akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (patung)" [HR. Muslim].
Malaikat rahmat pun tidak akan mendampingi suatu kaum yang terdiri atas orang-orang yang
berteman dengan anjing. Abu Haurairah Radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa Rasulullah
bersabda : “ Malaikat tidak akan menemani kelompok manusia yang di tengah-tengah mereka
terdapat anjing". [HR Muslim]
Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut : "Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa
membawa anjing dan lonceng pada perjalanan merupakan perbuatan yang dibenci dan malaikat
tidak akan menemani perjalanan mereka. Sedangkan yang dimaksud dengan malaikat adalah
malaikat rahmat (yang suka memintakan ampun) bukan malaikat hafazhah yang mencatat amal
manusia. [Lihat Syarah Shahih Muslim 14/94]
Malaikat juga tidak suka masuk rumah yang berbau tidak sedap. Rasulullah Saw bersabda,
“Barangsiapa yang memakan bawang putih, bawang merah, dan makanan tidak sedap lainnya,
maka jangan sekali-kali ia mendekati (memasuki) masjid kami, oleh karena sesungguhnya para
malaikat terganggu dari apa-apa yang mengganggu manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Juga adanya penghuni rumah yang mengancam saudaranya (muslim) dengan senjata. Rasulullah
Saw bersabda, “Barangsiapa mengarahkan (mengancam) saudaranya (muslim) dengan benda besi
(pisau misalnya), maka orang itu dilaknat oleh malaikat, sekalipun orang itu adalah saudara
kandungnya sendiri.” (HR Muslim).
Kita semua berharap rumah kita akan senantiasa dikelilingi malaikat dan dijauhkan dari syetan
laknat. Maka tidak ada cara lain bagi kita kecuali senantiasa meningkatkan bobot dan kapasitas
keimanan, keislaman dan keihsanan kita, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun.
Peningkatan ini kita butuhkan karena hidup ini tidak pernah henti berputar. Waktu kita terus
bergulir dan kita tidak bisa menghentikannya. Umur kita terus mengkerut dan kita tidak bisa lagi
merentangnya. Hanya ada satu kata dalam kehidupan kita : beramal saleh dengan segera, tanpa
ditunda!!
(Sumber : Samson Rahman, MA , http://swaramuslim.net)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 21 DARI 64
Sebab-sebab Naik-turunnya Iman dan Cara
Meningkatkan Keimanan
CARA MENAIKKAN KADAR IMAN :
1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadits
a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang
yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan
kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat
menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.”
(QS, al-Israa’ 17:82)
b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat Yang Maha Agung.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui,
maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak
disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka
semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat
memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan
memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka
iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh
Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan Rasulullah SAW.
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta
kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku
beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah saw dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya
hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk
menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan
bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat
mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau
akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para
sahabat Rasulullah SAW. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju
surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 22 DARI 64
dan mencintai Rasulullah SAW.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan
larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak
ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana
untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan
untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus Sholihin, para sahabat
Rasulullah SAW, murid-murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar
keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar
keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a. pernah memuntahkan makanan
yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal
sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an
dalam satu kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya
berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh
yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang
mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.
2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam (ma’rifatullah)
Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan.
Sungguh pasti ada kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah
struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan
sel-sel atom.
Renungkan pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur
matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu
lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah
hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan
jumlah hari dalam satu bulan. Sedang kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12
kali sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali
sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat dan 6666
ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al
Quran dari sisi pandang lainnya yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak
pula mukjizat lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang sangat
sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak
mungkin diciptakan manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah
yang menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang
Pencipta alam semesta ini.
3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah kita dan
kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan
amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian hati.
Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir,
prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 23 DARI 64
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam dan
sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk
berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 24 DARI 64
SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN :
Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk. Seseorang berbuat jahat boleh jadi
karena ia tak tahu bahwa perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan bahaya yang
akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur
denyut jantungnya, mengatur musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal duniawi yang hanya ia sukai
(yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini
menyebabkan ia tidak ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan
malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa jadi ia menjadi sombong
karena tidak merasakan pentingnya berbuat rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu hal itu telah diperintahkan
Allah, maka ia termasuk orang yang men-zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan
mengunci hatinya dari jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan (Thaaha
20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah berawal dari sifat lalai atau lemah
hatinya. Waktu dan energinya harus didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal
sholeh, kalau tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga ia semakin
jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.
3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh terhadap) perintah dan larangan
Allah. Perbuatan dosa umumnya dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan
mata yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh. Dosa-dosa kecil yang
disepelekan merupakan proses pendidikan jahat (pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar.
Karena itu basmilah dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa
yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang
manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung
terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia. Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa
jahatnya menguasai tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada
seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan
tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa.
Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara
untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :
1. Syaitan
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 25 DARI 64
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja
yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan,
menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah, membujuknya melakukan
dosa.
2. Bujukan dan rayuan dunia
Allah SWT berfirman : “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan dunia yang kita lakukan, seperti
mencari nafkah, menonton TV, bertemu teman dan keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk
meraih pahala akhirat. Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan main
yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi
tujuan hidup manusia (akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika
tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat. Ketika porsi tujuan akhirat
bertambah maka porsi tujuan duniawi berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati
kita maka hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari menurunnya keimanan
kita.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing
kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud,
al-Hakim, al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan Allah, karenanya ia selalu
mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka
bila mendekati kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman
kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama
Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing
bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan
aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh
atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak
melakukan sholat.
Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu banyak usaha (menuntut
ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita
hadapi. Paling tidak kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang lain yang
belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman” dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan
teman-teman kita dengan menyebarkan tulisan ini.
Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 26 DARI 64
Makna Musibah Tergantung Pada Kepada Siapa
Musibah Itu Terjadi
Musibah bisa saja terjadi pada setiap orang, terlepas dari dia soleh atau tidak, muslim atau tidak, tua
atau muda. Musibah gempa bumi yang terjadi, misalnya, sekaligus menimpa berbagai tipe orang
yang tersebut diatas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi musibah?
Agama mengajarkan agar kita mengambil hikmah dari musibah.
Pertama, bagi muslim yang soleh musibah ditujukan untuk menguji keimanan (QS 29: 2-3). Sebab,
seorang yang mengaku beriman kepada Allah belum tentu sungguh-sungguh beriman. Karenanya,
Allah perlu menguji mereka yang mengaku beriman dengan sesuatu, misalnya, berupa banjir
bandang, gempa bumi, penyakit atau kesulitan ekonomi. Jika mereka tetap sabar dan istiqamah di
jalan Allah, berarti mereka itulah orang yang sungguh beriman dan Allah akan menaikkan
derajatnya sekaligus menghapus sebagian dosa-dosanya melalui musibah ini. Mereka akan
mendapat kabar gembira berupa surga dan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya. (QS
41:30).
Kedua, bagi setiap muslim musibah bisa pula sebagai peringatan agar mereka mau kembali ke jalan
yang benar (QS 30:41). Allah SWT menegaskan, berbagai musibah terjadi di muka bumi adalah
karena ulah manusia itu sendiri (QS 30: 41). Dalam hadis riwayat Al-Hakim dijelaskan, apabila
umat manusia melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan maka akan datang kepada
mereka bencana berupa gempa bumi, kekeringan, dan penyakit-penyakit yang berbahaya. Musibah
dahsyat semoga menyadarkan manusia kembali ke jalan-Nya.
Ketiga, musibah juga berarti peringatan dari Allah bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk
sangat lemah di hadapan Allah Kesadaran ini perlu terus ditumbuhkan karena manusia
berkecenderungan merasa adigang, adigung, dan adiguna (paling kuat, paling besar, dan paling
berguna) sehingga sombong. Kesombongan inilah yang menyebabkan kita sering menolak
kebenaran dan meremehkan orang lain. Firman Allah SWT, ''Dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.'' (QS 17: 37).
Keempat, dengan musibah-musibah tersebut Allah SWT barangkali ingin mengambil sebagian
hambanya sebagai syuhada. Sekalipun Dia mengutuk manusia dengan bencana, tetapi orang-orang
mukmin yang ikut terkena musibah jika bersabar akan mendapat pahala besar. Sebaliknya, bagi
yang meninggal dunia mereka adalah syuhada (QS 3: 140).
Kelima, bagi orang-orang yang ingkar dan tidak beriman, suatu musibah tidak lain adalah azab atau
siksaan yang ia peroleh di dunia ini. Sesungguhnya musibah tersebut sebagian yang sangat kecil
dari siksa akhirat yang didahulukan Allah SWT di muka bumi ini bagi mereka. Azab itu sendiri
terjadi ketika manusia yang ada membiarkan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran terjadi di
sekitarnya tanpa peduli. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda :
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 27 DARI 64
"Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zholim dan tidak mencegahnya,
maka telah dekatlah azab Allah yang akan menimpa mereka seluruhnya" (HR At-Tirmidzi)
Keenam, Allah ingin menguji kesalehan sosial para hamba-Nya yang tidak terkena musibah, apakah
mereka terketuk hatinya untuk membantu saudara-saudara mereka yang sedang menderita atau
tidak. ''Perumpamaan orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain adalah seumpama badan,
jika salah satu anggota badan sakit maka seluruh jasad ikut merasakan sakit hingga merasa demam.''
(HR Bukhari dan Muslim).
Ketujuh, musibah alam misalnya gempa bumi sesungguhnya cara Allah untuk menunjukkan tandatanda
kiamat sehingga memperkuat keyakinan bahwa hari kiamat pasti akan terjadi (QS 56:1-7). Ini
agar umat manusia sadar akan adanya kehidupan hakiki di hari akhir, lalu mereka mau berjuang
membela kebenaran di muka bumi untuk kebahagiaan di hari akhir.
(Sumber : tulisan Ruswanto Syamsuddin, dan ceramah Ust. Muhsinin Fauzi Lc. diedit sedikit oleh
Penjaga Kebun )
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 28 DARI 64
Taubat Sejati Seorang Pemuda
Imam Malik bin Dinar mengajari kita dalam bagian ini tentang seorang pemuda kecil di waktu haji,
dengan bertutur,
"Ketika kami mengerjakan ibadah haji, kami mengucapkan talbiyah dan berdoa kepada Allah, tibatiba
aku melihat pemuda yang masih sangat muda usianya memakai pakaian ihram menyendiri di
tempat penyendiriannya tidak mengucapkan talbiyah dan tidak berdzikir mengingat Allah seperti
orang-orang lainnya. Aku mendatanginya dan bertanya, 'mengapa dia tidak mengucapkan talbiyah ?
'"
Dia menjawab, "Apakah talbiyah mencukupi bagiku, sedangkan aku sudah berbuat dosa dengan
terang-terangan. Demi Allah! Aku khawatir bila aku mengatakan labbaik maka malaikat menjawab
kepadaku, 'tiada labbaik dan tiada kebahagiaan bagimu'. Lalu aku pulang dengan membawa dosa
besar."
Aku bertanya kepadanya, "Sesungguhnya kamu memanggil yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
Dia bertanya, "Apakah kamu menyuruhku untuk mengucapkan talbiyah? "
Aku menjawab, "Ya."
Kemudian dia berbaring di atas tanah, meletakkan salah satu pipinya ke tanah mengambil batu dan
meletakkannya di pipi yang lain dan mengucurkan air matanya sembari berucap, "Labbaika
Allaahumma labbaika, sungguh telah kutundukkan diriku kepada-Mu dan badan telah kuhempaskan
di hadapan-Mu."
Lalu aku melihatnya lagi di Mina dalam keadaan menangis dan dia bekata, "Ya Allah,
sesungguhnya orang-orang telah menyembelih kurban dan mendekatkan diri kepada-Mu, sedangkan
aku tidak punya sesuatu yang bisa kugunakan untuk mendekatkan diri kepadamu kecuali diriku
sendiri, maka terimalah pengorbanan diriku. Kemudian dia pingsan dan tersungkur mati. Akupun
mohon kepada Allah agar Dia mau menerima amal ibadah dan pertobatannya.
Sumber: Asyabalunal 'Ulama (65 Kisah Teladan Pemuda Islam Brilian), Muhammad Sulthan.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 29 DARI 64
Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia
Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan
melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu
pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia
ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang
dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia,
yaitu :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi
yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang
pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang
diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan
maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu : "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang
yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal
ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia
tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang
lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di
akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam
mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki
suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi
muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan
keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.
Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.
Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.
Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang anak muda yang
pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu :
"Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak muda itu : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya
mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah
melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika
istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: " Ya
Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?"
Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu,
kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan
terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata
tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa
memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya
dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 30 DARI 64
Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk
menjadikannya sebagai sahabat karib kita, haruslah orang-orang yang mempunyai nilai tambah
terhadap keimanan kita. Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu
bergaul dengan orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak kepada
kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang sholeh adalah orang-orang
yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya.
Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah
orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholeh.
Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.
Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi halalnya. Ini tidak berarti
Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh,
Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu
berdoa sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat
tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”. Berbahagialah menjadi orang
yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan
menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi
ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga
kehalalan hartanya.
Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam.
Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar lebih jauh lagi ilmu mengenai sifatsifat
Allah dan ciptaan-Nya. Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu,
semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah dan
rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan
meng ”hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam
dan nikmat iman. Maka berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.
Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.
Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh, yang setiap detiknya diisi
dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari
tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun
cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya terfokus
pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk berangan-angan terhadap
kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan, hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati
kenikmatan yang diangankannya. Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak
mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk
bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha
Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk
segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah
semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang
umurnya baroqah.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 31 DARI 64
Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator kebahagiaan dunia.
Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia
tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka mohonlah kepada Allah SWT
dengan sesering dan se-khusyu’ mungkin membaca doa ‘sapu jagat’ , yaitu doa yang paling sering
dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut “Rabbanaa aatina fid dun-yaa
hasanaw” (yang artinya “Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia ”), mempunyai makna
bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan
Ibnu Abbas ra, yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, temanteman
atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan
umur yang baroqah.
Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidaktidaknya
kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.
Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu “wa fil aakhirati hasanaw” (yang
artinya “dan juga kebahagiaan akhirat”), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah.
Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah
sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena
rahmat Allah.
Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam)
tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita
lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.
Kata Nabi SAW, “Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga”. Lalu
para sahabat bertanya: “Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?”. Jawab Rasulullah SAW :
“Amal soleh saya pun juga tidak cukup”. Lalu para sahabat kembali bertanya : “Kalau begitu
dengan apa kita masuk surga?”. Nabi SAW kembali menjawab : “Kita dapat masuk surga hanya
karena rahmat dan kebaikan Allah semata”.
Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk
mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah,
Amiin).
(Sumber tulisan: ceramah Ustad Aam Aminudin, Lc. di Sapporo, Jepang, disarikan secara bebas
oleh Sdr. Asep Tata Permana, sedikit diedit oleh Penjaga Kebun Hikmah)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 32 DARI 64
Andaikata Aku Bisa Memberi Lebih Banyak Lagi...
Seperti yang telah biasa dilakukan ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia, maka Rasulullah
SAW mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah
untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal
menerima musibah itu.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum
wafatnya?”. Istrinya almarhum menjawab, “Saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara
dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal”. “Apa yang dikatakannya?”. “Saya tidak
tahu, ya Rasulullah SAW, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah rintihan
pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran
merupakan kalimat yang terpotong-potong.” “Bagaimana bunyinya?” desak Rasulullah SAW. Istri
yang setia itu menjawab, “Suami saya mengatakan “Andaikata lebih jauh lagi…andaikata yang
masih baru…..andaikata semuanya….” hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung
dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan
yang tidak selesai?” Rasulullah SAW tersenyum “sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak
keliru”.
Kisahnya begini. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat
Jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruksaruk
karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di
masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya
itu, lalu iapun berkata “Andaikan lebih jauh lagi”. Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih
jauh lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rasulullah SAW?” tanya sang istri mulai tertarik. Nabi menjawab, “Adapun
ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada
hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia
melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, kedinginan. Kebetulan suamimu
membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama,
diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saatsaat
terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan
berkata, “Andaikata yang masih baru kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti
pahalaku jauh lebih besar lagi”. Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rasulullah SAW?” tanya sang istri makin
ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, “Ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang
dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong
roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang
musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua
potong, yang sebelah diberikan kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan
menghembuskan nafasnya, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya,
ia pun menyesal dan berkata ‘kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya kuberi
separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat
ganda.
Begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 33 DARI 64
beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah.
Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga menimpa kita sendiri. “Kalau kamu berbuat
baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah
berbuat buruk atas dirimu pula.” (QS.Al Isra’: 7)
http://www.pesantrenonline.com/MutiaraShubuh/detailMS.php3?detail=216
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 34 DARI 64
Qur'an Menjawab Pertanyaan Manusia
Manusia Bertanya : Kenapa aku diuji ?
Qur'an Menjawab : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami
telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabuut : 2). Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabuut : 3)
Manusia Bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik ?
Qur'an Menjawab : ………. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216)
Manusia Bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?
Qur'an Menjawab : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…
……. (Al-Baqarah : 286)
Manusia Bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?
Qur'an Menjawab : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
(Ali Imraan : 139)
Manusia Bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?
Qur'an Menjawab : ………..dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf : 87)
Manusia Bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?
Qur'an Menjawab : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung. (Ali Imraan : 200) Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. (Al-Baqarah : 45)
Manusia Bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku?
Qur'an Menjawab : ….Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku
bertawakal……. (At-Taubah : 129)
Manusia Bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini?
Qur'an Menjawab : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka………. (At-Taubah : 111)
(Sumber Tulisan oleh : Hakeem bin Zain)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 35 DARI 64
Godaan Dunia
Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak ada seorang pun yang berjalan di air kecuali tumitnya pasti
basah. Demikian pula orang yang memiliki duniawi, ia tidak bisa selamat dari dosa-dosa.'' (HR
Baihaqi dari Anas).
Hadits di atas merupakan peringatan bagi kita bahwa dunia, seperti kekayaan/harta, keluarga atau,
jabatan-yang kita miliki dan kuasai akan menjerumuskan kita kepada kehancuran dan dosa jika
tidak pandai dalam menyikapinya. Bahkan, di hari kiamat kelak kekayaan yang tidak dikeluarkan
zakat dan sedekahnya akan dikalungkan.
Perhatikan peringatan Allah dalam firman-Nya, ''Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka
bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.'' (QS 3:
180).
Paling tidak ada tiga hal yang harus kita lakukan agar kita tidak terlena oleh godaan dunia. Pertama,
kita harus menyadari bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan kehidupan akhiratlah yang
kekal. Dalam kaitan ini Allah menerangkan, ''Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.'' (QS 57:
20).
Kedua, menyadari bahwa apa pun yang kita miliki merupakan amanah yang akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Yang Maha Adil dan Bijaksana. Kesadaran ini berdampak pada
timbulnya sikap untuk selalu menjaga dan menunaikan hak-haknya dari apa yang kita miliki, seperti
mengeluarkan zakat dan sedekahnya.
Allah berfirman, ''Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (QS 9: 103).
Ketiga, sederhanalah dalam kehidupan. Kesederhanaan mengajarkan kita untuk selalu dapat
mensyukuri setiap karunia yang Allah berikan. Kesederhanaan pun mengajari kita untuk tidak
serakah.
Rasulullah menjelaskan keuntungan dari hidup sederhana dalam sabdanya, ''Barang siapa yang
sederhana terhadap dunia, maka Allah mengajarkannya sesuatu yang tanpa belajar, dan memberinya
petunjuk tanpa hidayah secara langsung dan telah menjadikannya melihat, dan Allah membukakan
daripadanya kebutaan.'' (HR Abu Na'im dari Ali).
Wallahu a'lam bishawab.
(Sumber : Hikmah Republika, oleh Mulyana )
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 36 DARI 64
Hakikat Dunia
Sahabat yang mulia, Jabir bin Abdullah, mengabarkan bahwa Rasulullah pernah melewati sebuah
pasar hingga kemudian banyak orang yang mengelilinginya. Sesaat kemudian beliau melihat
bangkai anak kambing yang cacat telinganya. Beliau mengambil dan memegang telinga kambing
itu seraya bersabda, ''Siapa di antara kalian yang mau memiliki anak kambing ini dengan harga satu
dirham.'' Para sahabat menjawab, ''Kami tidak mau anak kambing itu menjadi milik kami walau
dengan harga murah, lagi pula apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?'' Kemudian
Rasulullah berkata lagi, ''Apakah kalian suka anak kambing ini menjadi milik kalian?'' Mereka
menjawab, ''Demi Allah, seandainya anak kambing ini hidup, maka ia cacat telinganya. Apalagi
dalam keadaan mati.''
Mendengar pernyataan mereka, Nabi bersabda, ''Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan
hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini untuk kalian.'' (HR Muslim). Pada suatu waktu,
Rasulullah memegang pundak Abdullah bin Umar. Beliau berpesan, ''Jadilah engkau di dunia ini
seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan (musafir).'' Abdullah menyimak
dengan khidmat pesan itu dan memberikan nasihat kepada sahabatnya yang lain. ''Apabila engkau
berada di sore hari, maka janganlah engkau menanti datangnya pagi.
Sebaliknya, bila engkau berada di pagi hari, janganlah engkau menanti datangnya sore. Ambillah
(manfaatkanlah) waktu sehatmu sebelum engkau terbaring sakit, dan gunakanlah masa hidupmu
untuk beramal sebelum datangnya kematianmu.'' (HR Bukhori). Allah SWT berpesan pada pelbagai
ayat tentang hakikat, kedudukan, dan sifat dunia yang memiliki nilai rendah, hina, dan bersifat fana.
Dalam surat Faathir ayat 5, Allah menekankan bahwa janji-Nya adalah benar. Dan, setiap manusia
janganlah sekali-kali teperdaya dengan kehidupan dunia dan tertipu oleh pekerjaan setan.
Di ayat lain dalam surat Al-Hadid ayat 20, Allah berfirman, ''Ketahuilah bahwa sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegahmegah
antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu
lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu” .
''Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan
yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi,
kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.'' (QS Al-Kahfi: 45).
(Sumber : Hikmah Republika, oleh Mahyudin Purwanto )
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 37 DARI 64
Hakikat Hidup di Dunia
Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, pandangan kita terhadap
kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah sekedar tempat mampir sebentar. Sebab masih ada
perjalanan panjang seorang anak manusia ke depannya. Dunia ini adalah alam yang berada pada
urutan kedua dalam perjalanan manusia, setelah sebelumnya hidup di alam
rahim, selama kurang lebih 9 bulan. Dunia yang sekarang kita tempati ini, paling lama 100 tahun
akan kita tempuh. Tapi ukuran ini tidak baku, sebab kapan saja dan dimana saja, Allah SWT akan
berkenan memindahkan kita ke alam lainnya lagi.
Bisa saja seorang baru sekali menghirup udara dunia ini, lalu Allah SWT langsung memanggilnya.
Ada juga yang sudah tua, tapi tidak sedikit yang masih muda, sehat wal afiat, punya karir bagus,
kaya, terhormat dan sedang jaya-jayanya, namun ketentuan Allah SWT tidak bisa ditolak oleh
manusia manapun. Kapan saja Allah mau, dicabutlah nyawa kita, dengan sebab tertentu atau pun
tanpa sebab tertentu. Segala macam daya dan upaya yang kita lakukan, tidak akan mampu menolak
apa yang telah Allah tetapkan.
Setelah melewati alam dunia ini, semua manusia akan mengalami banyak alam lainnya. Pilihannya
ada dua, mendapatkan kenikmatan atau kesengsaraan. Tapi memilihnya harus sejak sekarang ini,
bukan pada saat kita sudah di alam lain nanti. Sebab alam dunia sekarang ini memang telah
ditetapkan oleh Allah untuk dijadikan penentu tempat kita ketika berpindah ke alam lain.
Di alam dunia ini, Allah hanya meminta kita untuk menyatakan pengakuan bahwa tidak ada tuhan
kecuali Allah dan bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusannya. Lalu kita hidup dengan
menggunakan aturan syariah yang telah ditetapkannya. Semua informasi tentang tata cara
kehidupan yang dikehendaki-Nya, sudah disampaikan dengan sangat jelas melalui Qur’an dan
Hadits. Tidak ada alasan lagi untuk berdalih bahwa seseorang di dunia ini tidak mendapatkan
informasi apa-apa tentang agamanya.
Bila seseorang di dunia ini menjalankan apa yang Allah tetapkan, maka ketika masuk ke alam lain
nanti, kebahagiaan akan tetap meliputinya. Baik kebahagiaan jasmani maupun rohani. Sebaliknya,
bila alam dunia ini dijadikan tempat untuk main-main, melupakan apa yang Allah perintahkan,
melanggar apa yang telah dilarangnya, menganggap sepi semua aturan-Nya,
maka begitu masuk ke alam lain, dia harus siap hidup sengsara lahir batin. Di alam kubur akan
disiksa dengan azab yang pedih. Di padang mahsyar akan dibuat tersesat dan ketakutan. Di
pengadilan akhir zaman akan dijatuhkan vonis berat dan kemudian akhirnya akan dimasukkan ke
dalam gejolak api neraka yang menyakitkan.
Alangkah bahagianya seseorang yang bisa melihat peta perjalanan seorang anak manusia dengan
cara seperti ini. Toh, masa hidupnya di alam dunia ini sangat relatif, bisa lama atau bisa juga
sebentar. Sedangkan alam-alam lain yang akan kita hadapi nanti begitu besar dan abadi.
Sayang sekali bila kesempatan emas berupa waktu yang disediakan di alam dunia ini kita siasiakan.
Lebih baik sedikit susah, sabar dan bersungguh-sungguh di alam dunia yang hanya
sementara, dari pada tersiksa abadi di alam lainnya lagi.
Kita semua akan segera pindah alam, cepat atau lambat. Pastikan bahwa ketika kita pindah ke alam
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 38 DARI 64
lain, kita membawa bekal iman dan amal shalih. Kalau tidak, kita akan sangat merugi.
Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali mereka
yang beriman dan beramal shalih, serta saling menasehati dengan kebenaran dan saling menasehati
dengan kesabaran (QS Al-'Ashr: 1-4)
Sumber : Ahmad Sarwat, Lc, www.eramuslim.com
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 39 DARI 64
Memahami Kehidupan Dunia
Kata dunia berarti rendah dan bersifat sementara. Kehidupan dunia berarti kehidupan yang rendah
dan sementara. Allah mengilustrasikan kehidupan dunia seperti air hujan yang menyuburkan
tumbuhan sampai jangka waktu tertentu dan akhirnya tumbuhan itu menjadi kering.
Allah berfirman, 'Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air hujan yang
Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di
antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai pula perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka
pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu
Kami jadikan ia laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh
kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang
berpikir.'' (QS 10: 24).
Kehidupan dunia ini hanyalah suatu permainan atau senda gurau. Sedangkan akhirat adalah
kehidupan yang sesungguhnya, lebih baik dan kekal (QS 6: 32). Oleh sebab itu, Muslim tidak boleh
teperdaya oleh kehidupan dunia yang bersifat sementara. Ia perlu mempertimbangkan kepentingan
kehidupan akhirat dalam setiap aktivitasnya. Allah berfirman, ''Dan apa saja yang diberikan kepada
kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedangkan apa yang di sisi
Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka, apakah kamu tidak memahaminya? Maka, apakah
orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama
dengan orang yang Kami berikan kepadanya kenikmatan hidup duniawi, kemudian dia pada hari
kiamat termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?'' (QS 28: 60-61).
Kenyataannya tetap banyak orang yang tertipu oleh kehidupan dunia sehingga mereka melupakan
kehidupan akhirat yang kekal di sisi Allah. Orang seperti ini akan mendapat siksa dari Allah. Allah
berfirman, ''Dan dikatakan (kepada mereka), 'Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana
kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan
kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong. Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu
menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka
pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk
bertaubat'.'' (QS 45: 34-35).
Allah memerintahkan Muslim menjauhi orang-orang yang hanya mencintai dunia. Sebab, orang
yang demikian tidak mengikuti petunjuk-Nya dan akan tersesat dalam menjalani kehidupan. Allah
berfirman, ''Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami,
dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia
pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.'' (QS 53: 29-30).
(Sumber : Hikmah Republika, oleh Firdaus MA )
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 40 DARI 64
Hati Ibarat Rumah
Ada tiga macam rumah, pertama, Rumah Raja, di dalamnya ada simpanannya, harta dan
perhiasannya. Kedua, Rumah Kelas Menengah, di dalamnya ada simpanan, harta dan perhiasan
yang sedang-sedang saja. Dan ketiga adalah Rumah si Miskin, tidak ada isinya.
Jika ada seorang pencuri, rumah mana yang akan dimasukinya?
Tidaklah mungkin kalau ia akan masuk ke rumah yang kosong karena rumah kosong tidak ada
barang yang bisa dicurinya.
Karena itulah dikatakan kepada Ibnu Abbas Radhiallahu 'anhu, bahwa ada orang-orang Yahudi
mengklaim bahwa di dalam ibadahnya mereka 'tidak pernah terganggu', maka Ibnu Abbas berkata:
"Apakah yang bisa dikerjakan oleh syetan dalam rumah yang sudah rusak?"
Pencuri juga akan berpikir berkali-kali kalau ingin mencoba mencuri di rumah raja, karena tentunya
rumah raja dijaga oleh banyak penjaga dan tentara.
Rumah si Miskin mengibaratkan hati yang kosong dari kebajikan, yaitu hati orang-orang kafir dan
munafik, yang sudah dikuasai setan, yang telah menjadikannya sebagai tempat tinggal mereka.
Maka adakah rangsangan untuk mencuri dari rumah itu sementara yang ada didalamnya semuanya
telah habis ‘dikuasai’ setan ? Inilah yang disebut dengan tipe hati yang dikuasai nafsu Amarah
(nafsu yang selalu mengajak pada keburukan).
Sedang rumah sang Raja mengibaratkan hati yang telah dipenuhi dengan perlindungan Allah
Subhanahu wa ta'ala dan keagungan-Nya, penuh dengan kecintaanNya dan senantiasa dalam
penjagaan-Nya. Syetan mana yang berani memasuki hati yang kaya ini? Walau demikian syetan
adalah makhluk yang selalu nekat menjerumuskan siapapun termasuk hati yang kuat seperti rumah
raja sekalipun. Namun kuatnya penjagaan dan pertahanan rumah tipe ini akan membuat berbagai
hambatan kokoh yang siap menghadang syetan. Inilah yang disebut dengan tipe hati yang dikuasai
nafsu Muthmainnah (nafsu yang selalu mengajak kepada kebaikan).
Rumah yang kelas menengah mengibaratkan hati yang di dalamnya sudah ada tauhid Allah, sudah
mengerti tentang Allah dan mencintaiNya serta beriman kepadaNya. Namun didalamnya masih
bersemayam pula syahwat yang kurang terkendali, sifat-sifat buruk, hawa nafsu dan tabiat tidak
baik. Hati ini ada diantara dua hal. Kadang hatinya cenderung kepada keimanan, ma'rifah dan
kecintaan kepada Allah semata, dan kadang condong kepada panggilan syetan, hawa nafsu dan
tabiat tercela. Hati semacam inilah yang diincar oleh syetan karena memiliki potensi yang besar
untuk ditaklukkannya. Inilah tipe hati memiliki nafsu yang berada diantara jalan menuju kebaikan
dan keburukan (nafsu Lawwamah).
Syetan hanya bisa mentaklukkan tipe hati yang dikuasai nafsu Lawwamah ini dengan
memanfaatkan titik-titik lemah yang ada di hati tersebut. Di dalam hati seperti ini syetan mendapati
senjata-senjatanya yang berupa syahwat, syubhat, khayalan-khayalan dan angan-angan dusta yang
berada di dalam hati. Saat memasukinya, syetan mendapati senjata-senjata tersebut dan
mengambilnya serta menjadikannya jalan untuk menetap di hati.
Apabila seorang hamba mempunyai benteng keimanan yang dapat mengimbangi serangan tersebut,
dan kekuatannya melebihi kekuatan penyerangnya, maka ia akan mampu mengalahkan syetan.
Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah semata. Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 41 DARI 64
semata. ”Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira
bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Ali Imran:126)
Sumber : Dahlia Putri
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 42 DARI 64
Mengapa Niat Belum Terwujud Sudah Diberi Pahala ?
Hati Untuk Menilai Suatu Persoalan
Hati adalah kekuatan bawah sadar manusia untuk memengerti, memahami dan menilai segala
persoalan, berdasarkan pedoman nilai-nilai kebaikan fitrah. Bila hati bersih maka manusia mampu
secara jernih menggunakan potensi fitrah untuk memahami, mengerti dan menilai sesuatu, bahkan
bisa melakukannya secara lebih mudah, lebih cepat dan lebih baik dibanding akal. Rasulullah SAW
menjelaskan hal ini dalam salah satu sabdanya, “Ingatlah, dalam tubuh manusia itu terdapat
segumpal daging, bila ia baik akan baiklah seluruh tubuh itu, bila ia rusak maka akan rusak pula
tubuh itu seluruhnya. Segumpal daging itu adalah hati (qalbu).“ (HR Bukhari – Muslim).
Hati Sebagai Hakim Yang Memutuskan Persoalan
Akal dan nafsu akan selalu ‘bertarung’ berebut pengaruh terhadap hati. Nafsu ingin mewujudkan
segala keinginannya, sedang akal mempertimbangkannya. Hati yang memutuskan mana yang ingin
diterimanya sesuai dengan kemampuan hati menangkap kedua kekuatan ini. Hanya hati yang bersih
yang bisa memutuskan perkara secara jernih. Godaan setan melalui jalur akal dan jalur nafsu
manusia dapat menyebabkan (hati) manusia salah dalam memutuskan suatu persoalan. Hal ini
disebutkan dalam sebuah hadits qudsi, dimana Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Aku
menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus) semuanya. Dan sesungguhnya mereka
didatangi oleh setan yang menyebabkan mereka tersesat dari agama mereka” (HR Muslim).
Persoalan Yang Sudah Diputuskan Hati Akan Menjadi Suatu Niat (Motivasi)
Niat adalah ketetapan hati, keputusan hati untuk memilih suatu rencana tindakan. Niat merupakan
suatu keputusan bertindak yang tertanam dalam hati manusia. Ketika niat sudah tertanam kuat maka
kegagalan ibarat hanya tindakan yang tertunda. Keputusan hati inilah yang akan membuat manusia
bertindak. Sabda Rasulullah SAW : “Iman adalah apa yang terhujam dalam hati, dinyatakan oleh
lisan, dan dibuktikan oleh perbuatan”
Niat Baik Yang Gagal Terwujud
Ketika hati memutuskan untuk memilih suatu kebaikan (niat baik), sebenarnya manusia sudah
berhasil memenangkan suatu ‘pertarungan’ dalam hatinya. Pantaslah kalau Allah SWT sudah
memberi ‘piala’ dalam bentuk sebuah pahala untuk suatu niat baik walau belum terwujud dalam
bentuk tindakan, seperti sabda Rasulullah SAW : “Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Jika hamba-Ku
berniat hendak mengerjakan suatu kebaikan, maka Aku menulisnya satu pahala kebaikan baginya
walau ia belum mengerjakannya, dan jika ia mengerjakannya maka Aku menulisnya dengan
sepuluh pahala kebaikan yang serupa dengannya” (HR Muslim)
Niat Buruk Yang Gagal Terwujud
Ketika hati memutuskan untuk memilih suatu keburukan (niat buruk) sungguh Allah SWT Maha
Pemaaf sepanjang perbuatan itu belum terwujud, seperti sabda Rasulullah SAW : “Allah Azza wa
Jalla berfirman, ‘ . . . Dan, jika hamba-Ku berniat hendak berbuat satu keburukan maka Aku
mengampuninya selagi itu belum terjadi, dan jika dikerjakannya maka Aku menulisnya satu dosa
yang serupa dengannya. Dan, jika ia tidak jadi mewujudkan niat buruknya, maka aku menulisnya
satu pahala kebaikan baginya sepanjang ia meninggalkannya karena Aku” (HR Muslim)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 43 DARI 64
Dan jika niat buruk tersebut tidak jadi diwujudkan, berarti hati telah berhasil memenangkan kembali
‘pertarungan’ antara nafsu dan akal. Karenanya kemudian Allah SWT menghadiahkan sebuah ‘piala
kemenangan’ dalam bentuk pahala, sepanjang kita membatalkannya karena Allah. Namun tidak
termasuk dalam kategori ini bila batalnya perwujudan niat buruk tersebut karena alasan selain
Allah. Orang yang batal berzina karena mobilnya mogok di jalan berarti telah mengantongi sebuah
dosa, sedang orang yang membatalkan zina karena tersadar lalu takut pada Allah justru diberi
sebuah pahala.
Inilah salah satu bukti keadilan Allah SWT dalam mengarahkan manusia menuju kebaikan. Hanya
kita yang sering kurang memiliki kemauan dan ketelitian untuk merenunginya.
Wallahu ‘alam bish shawab
Sumber : H. Muhsinin Fauzi Lc. MM (Pusat Bimbingan & Konsultasi Islam FORMULA HATI)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 44 DARI 64
Sabarnya Ayub as, sabarnya Sulaiman as, sabarnya
Yusuf as, dan sabarnya Musa as
Ini bukan untuk membandingkan tingkat kesabaran diantara tiap nabi tersebut, tapi sebuah ilustrasi
yang memudahkan kita untuk memahami jenis-jenis kesabaran.
Sabar ujian kesusahan Nabi Ayub as
Sungguh Ayub as seorang yang sangat sabar melawan godaan kesusahan yang berniat mematahkan
keteguhan imannya? Allah telah mengujinya dengan berbagai penderitaan sakit fisik luar dan dalam
yang sangat dahsyat dan menjijikkan, dan itu terjadi hampir sepanjang usianya.
Sabar ujian kesenangan Nabi Sulaiman as
Sanggupkah kita sesabar Sulaiman as ketika ia melawan godaan kesenangan dunia yang ingin
menutup hatinya? Bukankah kesenangan lebih mudah membuat kita melupakan Sang Pencipta
Kesenangan ? Sungguh Sulaiman as tetap tegar dalam keimanan, walau Allah mengujinya dengan
kerajaan yang besar, pasukan yang besar, kekayaan yang melimpah, istri yang cantik dan
sebagainya.
Sabar ujian kemaksiatan Nabi Yusuf as
Hamba sahaya mana yang sanggup menolak godaan wanita yang punya kekuasaan dan cantik
rupawan, kalau bukan seorang Yusuf as. Dialah yang sanggup mengatakan tidak pada Zulaika
ketika Allah mengujinya kesabarannya untuk berbuat maksiat bahkan ketika Allah telah
menyediakan sarana yang memudahkannya untuk berbuat maksiat.
Sabar ujian ketaatan seorang Nabi Musa as
Inilah kesabaran seorang Musa as, yang mengeluarkan energi keberaniannya namun tetap tegar
ketika berkali-kali ia mengajak Firaun untuk bertobat. Ujian ketaatan bukan sesuatu yang datang
seibarat ujian kesusahan atau kesenangan, tidak pula merupakan pilihan seibarat pilihan berbuat
maksiat atau menolak maksiat. Ujian ketaatan adalah ujian yang diciptakan sendiri oleh seorang
manusia di jalan Allah akibat keinginannya yang kuat untuk menjalankan perintah dan larangan
Allah, atau karena ingin amar makruf nahi munkar atau karena ingin sekedar beribadah secara lebih
baik. Sungguh membutuhkan kesabaran yang besar ketika kita sedang berjuang ingin konsisten
menjalankan sholat secara khusyuk atau ketika kita ingin memperjuangkan hak-hak umat Islam
misalnya.
Wallahu ’alam bish shawab
Catatan tambahan :
Ciri kesabaran :
1. tidak terburu-buru mengambil keputusan
2. tegar dengan tujuan yang ditetapkan
3. tuntas sesuai kemampuan
4. tidak gampang pasrah
5. hati tetap senang ketika diuji
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 45 DARI 64
19 Keistimewaan Wanita
1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat dari lelaki.
2. Wanita yang Sholichah itu lebih baik daripada 1000 orang lelaki yang sholeh.
3. Barang siapa yang menngembirakan anak wanitanya, derajatnya seumpama orang yang
senantiasa menangis karena takutkan Allah.
4. Barang siapa yang membawa hadiah ( oleh-oleh ) lalu diberikan kepada keluarganya, hendaklah
mendahulukan anak wanitanya dari anak laki-laki
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama Rasulullah SAW didalam
Syurga.
6. Barang siapa mempunyai 2 atau 3 anak wanita, atau 2 atau 3 saudara wanita lalu dia bersikap
ichsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa taqwa dan
tanggung jawab maka baginya adalah Syurga.
7. Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak wanitanya, lalu dia berbuat baik
kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka (Aisyah r.a.).
8. Syurga dibawah telapak kaki Ibu ( Hadits )
9. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka
pintu-pintu syurga, maka masuklah dari pintu yang dikehendaki.
10. Wanita yang taat akan suaminya serta menjaga sholat dan puasanya, semua ikan-ikan dilaut,
burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama dia
taat pada suaminya dan direlakanya.
11. Apabila memanggil akan engkau dua orang Ibu Bapakmu, maka jawablah panggilan Ibumu
dahulu.
12. Aisyah r. a. berkata “ Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang lebih besar haknya
terhadap wanita ? “ Jawab Baginda, “ Suaminya “ Siapa pula berhak terhadap lelaki ? Jawab
Rasulullah “ Ibunya “
13. Wanita apabila sholat 5 waktu, puasa 1 bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat
akan suaminya, masuklah dia dari pintu Syurga mana saja yang dia kehendaki.
14. Tiap wanita yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T memasukkan
dia kedakam Syurga 10.000 tahun lebih dahulu dari suaminya.
15. Apabila seorang wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat
untuknya. Allah S.W.T mencatatkan baginya setiap hari dengan 1000 kebaikan dan menghapuskan
darinya 1000 kejahatan.
16. Apabila seorang wanita mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T mencatatkan baginya
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 46 DARI 64
pahal orang yang berjihad pada jalan Allah.
17. Apabila seorang wanita melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan
ibunya melahirkannya
18. Apabila telah lahir anaknya lalu disusuinya, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan dari pada
susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila ibu semalaman tidak tidur karena memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T
memberinya pahala seperti memerdekakn 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama
Allah.
(Sumber : Edi S. Kurniawan, Muhammad Haryadi, e-mail : Riyadi_albatawy@yahoo.co.id)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 47 DARI 64
Bila Aku Jatuh Cinta
Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau
Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh
Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu
Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu
Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu. Amin....!
Kiriman Seri Utami"
Sumber : http://www.dudung.net
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 48 DARI 64
Surat Untuk Calon Suamiku Kelak
Assalamualaikum kanda yang kuimpikan,
Bagaimana kabarmu hari ini? sudahkah kau basuh wajahmu dengan sucinya air wudhu, yang
membuat wajah bersahajamu diliputi cahaya? Sudahkah malam tadi kau habiskan sepertiganya
dengan bermunajat kepada-Nya? Sudahkah kau bulatkan azzammu untuk istiqomah melangkah di
jalan-Nya?
Kanda...
Tegakkan bahumu, sempurnakan semangatmu, penuhi dadamu dengan nama-Nya, jemputlah
rizqimu dengan sungguh-sungguh. Aku mengantarmu dengan selempang doa yang tersampir di
bahu angin. Semoga hari ini Allah melimpahkan keberkahan di setiap tarikan nafasmu. Penuhi
pundi-pundi amalmu dengan kebaikan, jangan sisakan sedikitpun waktumu dalam kesia-siaan.
Malam nanti, aku kembali menunggumu dalam hening doa-doaku. Sandarkan hatimu pada-Nya,
agar Ia memberimu kekuatan. Semoga esok hari, kau tak lagi ragu untuk segera menjemputku,
menemani hari-harimu.
Siapapun engkau, di manapun berada, semoga Allah menjagamu, hingga tiba waktunya perjuangan
panjangmu tak lagi sendiri. Maka, kukuhkanlah kembali semangatmu. Semoga esok hari, kau tak
lagi ragu untuk hadir menjemputku.
Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-
Mu, agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan
indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas
sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Dikutip oleh Seri Utami (utami@metrindo.co.id) dari suatu sumber, berdasarkan http://myquran.org
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 49 DARI 64
Indahnya Beristrikan Seorang Sholihah
Hari itu merupakan hari bahagiaku, alhamdulillah. Aku telah menyempurnakan separo dienku:
menikah. Aku benar-benar bahagia sehingga tak lupa setiap sepertiga malam terakhir aku mengucap
puji syukur kepada-Nya.
Hari demi hari pun aku lalui dengan kebahagiaan bersama istri tercintaku. Aku tidak menyangka,
begitu sayangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku dengan memberikan seorang pendamping
yang setiap waktu selalu mengingatkanku ketika aku lalai kepada-Nya. Wajahnya yang tertutup
cadar, menambah hatiku tenang.
Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tenteram ketika harus meninggalkan istri untuk bekerja.
Saat pergi dan pulang kerja, senyuman indahnya selalu menyambutku sebelum aku berucap salam.
Bahkan, sampai saat ini aku belum bisa mendahului ucapan salamnya karena selalu terdahului
olehnya. Subhanallah.
Wida, begitulah nama istri shalihahku. Usianya lebih tua dua tahun dari aku. Sekalipun usianya
lebih tua, dia belum pernah berkata lebih keras daripada perkataanku. Setiap yang aku perintahkan,
selalu dituruti dengan senyuman indahnya.
Sempat aku mencobanya memerintah berbohong dengan mengatakan kalau nanti ada yang
mencariku, katakanlah aku tidak ada. Mendengar itu, istriku langsung menangis dan memelukku
seraya berujar, “Apakah Aa’ (Kakanda) tega membiarkan aku berada di neraka karena perbuatan
ini?”
Aku pun tersenyum, lalu kukatakan bahwa itu hanya ingin mencoba keimanannya. Mendengar itu,
langsung saja aku mendapat cubitan kecil darinya dan kami pun tertawa.
Sungguh, ini adalah kebahagiaan yang teramat sangat sehingga jika aku harus menggambarkanya,
aku tak akan bisa. Dan sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Dunia hanyalah kesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baik daripada
istri shalihah.” (Riwayat An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahanku sudah lima bulan. Masya Allah.
Suatu malam istriku menangis tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yang tengah tertidur.
Merasa heran, aku pun bertanya kenapa dia menangis malam-malam begini.
Istriku hanya diam tertunduk dan masih dalam isakan tangisnya. Aku peluk erat dan aku belai
rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanya sekali lagi, apa penyebabnya? Setahuku, istriku
cuma menangis ketika dalam keadaan shalat malam, tidak seperti malam itu.
Akhirnya, dengan berat hati istriku menceritakan penyebabnya. Astaghfirullah…alhamdulillah, aku
terperanjat dan juga bahagia mendengar alasannya menangis. Istriku bilang, dia sedang hamil tiga
bulan dan malam itu lagi mengidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanya tapi takut aku marah
jika permohonannya itu diutarakan. Terlebih malam-malam begini, dia tidak mau merepotkanku.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 50 DARI 64
Demi istri tersayang, malam itu aku bergegas meluncur mencari mie ayam kesukaannya.
Alhamdulillah, walau memerlukan waktu yang lama dan harus mengiba kepada tukang mie (karena
sudah tutup), akhirnya aku pun mendapatkannya.
Awalnya, tukang mie enggan memenuhi permintaanku. Namun setelah aku ceritakan apa yang
terjadi, tukang mie itu pun tersenyum dan langsung menuju dapurnya. Tak lama kemudian
memberikan bingkisan kecil berisi mie ayam permintaan istriku.
Ketika aku hendak membayar, dengan santun tukang mie tersebut berujar, “Nak, simpanlah uang itu
buat anakmu kelak karena malam ini bapak merasa bahagia bisa menolong kamu. Sungguh
pembalasan Allah lebih aku utamakan.”
Aku terenyuh. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucapkan syukur dan tak lupa
berterima kasih, aku pamit. Aku lihat senyumannya mengantar kepergianku.
“Alhamdulillah,” kata istriku ketika aku ceritakan begitu baiknya tukang mie itu. “Allah begitu
sayang kepada kita dan ini harus kita syukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala
berlipat apa yang kita dan bapak itu lakukan malam ini,” katanya. Aku pun mengaminkannya.
• (Kusnadi Assaini/Hidayatullah)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 51 DARI 64
Indahnya Menahan Marah
"Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya), maka kelak
pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya
memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)
Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang
mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula
orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya
bergantung pada kekuatan ma’nawiyah (keimananan) seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor,
berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang
yang memiliki keteguhan iman akan menyelurusi lorong-lorong hati orang lain dengan respon
pemaaf, tenang, dan lapang dada.
Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan
kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu
menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah.
Na’udzubillah.
Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi S.A.W. dengan maksud ingin
meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, "Aku berbuat baik padamu."
Badwi itu berkata, "Pemberianmu tidak bagus." Para sahabat merasa tersinggung, lalu
mengerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian, Nabi S.A.W. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa barang tambahan untuk
diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, "Aku berbuat baik padamu?" Badwi itu berkata,
"Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat."
Keesokan harinya, Rasulullah S.A.W. bersabda kepada para sahabat, "Nah, kalau pada waktu
Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu
membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia
selamat."
Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat
sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.
Rasulullah S.A.W. memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik
menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu,
dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah S.A.W.
tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan
lemah lembut. Pada saat itulah, beliau S.A.W. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan
lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang
bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja, unta yang telah
mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa digunakan untuk
menempuh perjalan jauh.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 52 DARI 64
Adakalanya, Rasulullah S.A.W. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan.
Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi. Melainkan, karena kehormatan agama Allah.
Rasulullah S.A.W. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya
adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR. Bukhari)
Sabdanya pula, "Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan
kotor." (HR. Turmudzi).
Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di
kala mendapat ejekan. Maka, orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan
kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.
Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara
dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu
memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di
masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak
akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan
mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifatsifat
jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun
bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang
bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.
Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya
dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya
dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum’ah, dusta, pengadu domba dan lain
sebagainya. Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi
meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah S.W.T.
Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah S.A.W. bersabda, "Apakah tiada lebih baik saya beritahukan
tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat
seseorang?" Para sahabat menjawab, "Baik, ya Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Berlapang
dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang
yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan
sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan
hubungan dengan engkau." (HR. Thabrani).
Sabdanya pula, "Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu
ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi,
lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri.
Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat
(artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada
orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk)." (HR. Abu Dawud).
(sumber ; Edi S. Kurniawan, Muhammad Haryadi, e-mail : Riyadi_albatawy@yahoo.co.id)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 53 DARI 64
Sebuah Doa Yang Baik
Suatu ketika, beberapa anak mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah
siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan
setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah
peraturannya.
Ada seorang anak bernama Ahmad. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang
masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Ahmad lah yang paling tak sempurna. Beberapa
anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di
garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4
mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah
diantaranya.
Namun, sesaat sebelum mulai, Ahmad meminta waktu sebentar untuk berdoa. Matanya terpejam,
dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku
siap!".
Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuatkuat.
Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat,
menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka.
Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Ahmad lah
pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Ahmad. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi
dalam hati. "Alhamdulillah, terima kasih."
Saat pembagian piala tiba. Ahmad maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan,
ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Allah swt agar kamu menang,
bukan?". Ahmad terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Ahmad.
Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Allah swt untuk menolongmu
mengalahkan saudaramu yang lain. "Aku, hanya bermohon pada Allah swt, supaya aku tak
menangis, jika aku kalah."
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan
yang memenuhi ruangan.
Sumber : Aldakwah.org
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 54 DARI 64
Sikap Sombong, ’Saya Lebih Baik Dari Dia’ (Ana
Khairun Minhu)
Sombong, barangkali sama tuanya dengan peradaban manusia. Iblis dikutuk dan dikeluarkan dari
surga juga lantaran sombong. Ia menolak bersujud kepada Adam as, manusia pertama, karena
merasa dirinya lebih baik.
"Allah berfirman: 'Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan
dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk
orang-orang (yang) lebih tinggi?' Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena engkau ciptakan
aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah'." (Shaad: 75--76).
"Ana khoirun minhu (saya lebih baik dari dia)," kata Iblis. Merasa diri lebih baik dari pada yang
lain itulah sombong. Dan akibat sombong, iblis dikutuk.
"Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang
terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." (Shaad: 77--78).
Kita berlindung kapada Allah dari perbuatan sombong, baik dalam bentuk sifat, sikap maupun
perilaku, karena ia dapat menjadi penghalang masuk jannah. Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan
masuk jannah (surga) seseorang yang terdapat dalam hatinya sifat sombong (kibr) meskipun hanya
sebesar biji sawi." (HR Muslim).
Berhati-hatilah kita, karena sifat, sikap, dan perilaku merasa lebih baik, lebih mulia bisa menimpa
siapa saja. Seorang tokoh yang memiliki pengikut banyak, reputasi yang luas juga berpotensi untuk
menyombongkan diri lantaran ketokohannya dan pengikutnya yang banyak. Seorang yang memiliki
tubuh kuat, atletis, jawara, kadang tergoda memamerkan bentuk tubuhya, disamping tidak jarang
gampang terpancing perkelahian, dalam urusan kecil sekalipun, hanya lantaran merasa dirinya
pendekar. Seorang rupawan juga kadang tergoda untuk membanggakan kecantikannya dan
meremehkan yang tidak seganteng dan secantik dirinya, bahkan sampai mencacat bentuk fisik
orang lain. Seorang hartawan sering tergoda membanggakan pakainnya yang bagus, kendaraannya
yang mewah, rumahnya yang mentereng dengan melihat sebelah mata pada kaum alit yang kumal,
kotor, kolot dan pinggiran. Seorang pejabat yang kebetulan pangkatnya lebih tinggi kadang merasa
lebih baik dari bawahannya. Presiden merasa lebih baik dari menteri, jenderal merasa lebih baik
dari kopral, direktur merasa lebih baik dari karyawan dan seterusnya.
Rasa sombong juga dapat menghinggapi ilmuwan. Ilmunya setinggi langit, titelnya profesor doktor,
hafal Alquran, dapat berbicara dalam banyak bahasa. Tetapi, ia tidak sabar untuk menahan dirinya
merasa lebih baik dari masyarakatnya. Seorang bangsawan, karena merasa berasal dari keturunan
yang mulia, aristokrat, darah biru, kadang merasa tidak sepadan jika harus bersanding, bergaul
dengan yang bukan bangsawan.
Bahkan sifat sombong juga dapat menimpa seorang ahli ibadah atau ulama. Sosok yang secara kasat
mata (dhahir) terlihat wara' (sangat hati-hati bersikap), zuhud (sederhana), bertahajud setiap hari,
berpuasa senin-kamis, sholat rawatibnya tidak pernah tertinggal. Karena salatnya rajin sekali hingga
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 55 DARI 64
jidatnya hitam. Namun, ternyata ia tergoda untuk menganggap dirinya orang yang paling suci,
paling baik, paling takwa. Orang lain dianggap tidak ada apa-apanya dibanding dia.
Kisah Abu Dzar patut kiranya menjadi pelajaran. Suatu ketika beliau sedang marah kepada seorang
laki-laki sampai terucap, "Hai anak wanita hitam." Rasulullah mendengar hal itu, kemudian
bersabda, "Wahai Abu Dzar, tidak ada keutamaan bagi kulit putih atas kulit hitam," (dalam riwayat
lain ditambahkan, "melainkan karena takwa"). Mendengar hal itu Abu Dzar sangat
menyesal hingga meminta orang tadi untuk menginjak pipinya. (HR Imam Ahmad).
Allah SWT berfirman : "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS, Luqman: 18).
Perihal sombong, Rasulullah mendefinisikan dalam sebuah riwayat, "Kibr (sombong) adalah
menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim). Dua kata kunci: menolak kebenaran
dan meremehkan manusia, itulah sombong. Ketika ada rasa ingin menonjolkan dan membanggakan
diri, ketika hati kita keras menerima nasihat terlebih dari yang lebih yunior, ketika pendapat kita
enggan untuk dibantah bahkan tidak jarang dipertahankan dengan dalil yang dipaksakan, ketika kita
tersinggung tidak diberi ucapan salam terlebih dahulu, ketika kita berharap tempat khusus dalam
sebuah majlis, ketika kita tersinggung titel dan jabatan yang dimiliki tidak disebut, maka janganjangan
virus takabbur telah meracuni diri kita.
Imam Ghozali mengajari cara mawas diri agar tidak terjebak dalam sikap merasa lebih baik. Ketika
kita melihat seseorang yang belum dewasa, kita bisa berkata dalam hati: "Anak ini belum pernah
berbuat maksiat, sedangkan aku tak terbilang dosa yang telah kulakukan, maka jelas anak ini lebih
baik dariku." Ketika kita melihat orang tua, "Orang ini telah beramal banyak sebelum aku berbuat
apa-apa, maka sudah semestinya ia lebih baik dariku." Ketika kita melihat seorang 'alim, "Orang ini
telah dianugerahi ilmu yang tiada kumiliki, ia juga berjasa telah mengajarkan ilmunya. Mengapa
aku masih juga memandang ia bodoh, bukankah seharusnya aku bertanya atas yang perlu
kuketahui?" Ketika kita melihat orang bodoh, "Orang ini berbuat dosa karena kebodohannya,
sedangkan aku? Aku melakukannya dengan kesadaran bahwa hal itu maksiat. Betapa besar
tanggung jawabku kelak.
Lantas, atas dasar apa kita membanggakan diri ? Bukankah dunia ini bersifat fana? Bukankah
kekayaan, pangkat, kecantikan, keturunan, pengikut, dan ilmu merupakan anugerah Allah yang
bersifat sementara dan ujian bagi setiap manusia? Perbedaan fisik manusia tidak permanen dan
ditujukan untuk menguji kesabaran dan akhlak manusia. Semuanya dapat dicabut sewaktu-waktu
jika Allah menghendaki. Ia pun dapat merubahnya sekejab, si cantik dapat diubah-Nya menjadi si
buruk rupa, sang jagoan bisa menjadi si buta, si kaya dapat bangkrut seketika, sang pejabat menjadi
penghuni penjara, dan seterusnya.
Allah hanya melihat ketakwaan seorang hamba. Bukan kekayaan, pangkat, fisik atau keturunan.
Maka sungguh rugi kalau masih ada anak manusia yang masih merasa ana khairun minhu (saya
lebih baik dari dia).
Sumber : Roni Suarsa, di www.Al-Islam.co.id
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 56 DARI 64
Bersilaturahim Karena Allah
Suatu saat , selepas melaksanakan shalat di Masjid Nabawi, Madinah, Rasulullah SAW berbagi
sapa dan berbincang-bincang dengan para sahabat tentang pelbagai hal. Dalam pertemuan tersebut,
beliau berupaya memberikan dorongan kepada kaum muslim untuk saling mencintai karena Allah
dan demi meraih ridha-Nya.
Beliau pun menceritakan sebuah kisah. “Wahai sahabat-sahabatku,” tutur beliau, ”suatu ketika ada
seorang pria berkunjung kepada saudaranya di jalan Allah. Kemudian, Allah Swt mengirimkan
malaikat untuk bertanya kepadanya.
Ketika bertemu dengan orang itu, malaikat itu pun bertanya,”Wahai saudaraku ! Engkau hendak
kemana?’
“Aku hendak mengunjungi saudaraku si Fulan!” jawab orang itu.
“Apakah keperluanmu kepadanya?” tanya sang malaikat penuh selidik.
“ Tidak ada !” jawab orang itu.
“Apakah dia mempunyai hubungan kekeluargaan denganmu?” tanya sang malaikat lebih jauh lagi.
“Tidak!” jawab orang itu.
“Apakah karena dia pernah memberimu sesuatu?” tanya sang malaikat sekali lagi.
“Tidak !”, jawab orang itu.
“Kalau begitu, apa sebabnya engkau berkunjung kepadanya?” tanya sang
malaikat.
“Aku mencintainya di jalan Allah!” jawab orang itu.
“Wahai saudaraku,” ucap sang malaikat memberi tahu orang itu, “sesungguhnya Allah
Swt.mengutusku kepadamu untuk menerangkan bahwa Dia mencintaimu karena cintamu
kepadanya, dan Dia mengharapkan surga untukmu!”
Sumber : buku “Mutiara Akhlak Rasulullah SAW” , penulis : Ahmad Rofi’ Usmani
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 57 DARI 64
Amal Yang Hilang Ketika Kita Asyik Menonton
Televisi
TV atau televisi adalah satu benda yang telah menjadikan kita benar2 'terpenjara'. Kenapa
demikian? Karena dia memaku kita di tempat sebagai penonton.
Kenapa kita rela 'diatur' televisi sebagai penonton? Kita ‘dipaksa’nya duduk terfokus padanya, kita
‘diatur’ nya supaya berada di depannya setiap waktu-waktu tertentu, emosi dan akal kita juga
‘diatur’nya agar sesuai dengan maunya televisi. Televisi juga membentuk cara berpikir kita sesuai
dengan kemauannya, ini dilakukannya secara bertahap, tanpa disadari dan susah dibuktikan.
Seorang anak bisa jadi cepat akrab dengan teman barunya karena memiliki ‘bahasa’ yang sama
yang diajarkan televisi. Demikian kuat pengaruh televisi, sayangnya kebanyakan digunakan tidak
untuk mendidik secara baik dan benar.
Stop jadi penonton televisi yang buruk, mulailah menjadikan diri Anda sebagai orang yang
ditonton, bukan oleh penonton televisi tapi oleh makhluk lain. Bersiaplah Anda menerima honor
yang luar biasa besarnya. Siapa yang dapat memberi honor sebanyak itu? Siapa lagi kalau bukan
Allah azza wa jalla yang khasanah-Nya maha luas. Kalau saja seluruh orang di bumi jadi pelakon
utama dan Allah (swt) membayar semuanya dengan bayaran yang paling tinggi, niscaya tidak akan
berkurang milik-Nya kecuali hanya seperti satu tetes air di ujung jarum dibanding melimpahnya air
samudra.
Maka ketahuilah, bahwa mengalihkan mata Anda dari televisi untuk satu kali saja pandangan
sayang yang diarahkan kepada orangtua kita yang sudah lanjut usia, Allah (swt) akan mengganjari
kita dengan bayaran yang nilainya setara dengan haji dan umrah yang mabrur. Kita dapat
melakukan hal itu ber-kali2, bahkan kita dapat melakukannya dalam hari yang sama. Padahal untuk
setiap haji yang mabrur ada jaminan hidup mulia di dunia dan di akhirat.
Mengalihkan waktu menonton televisi Anda menjadi suatu kunjungan kepada handai tolan akan
dibayar dengan rejeki, keberkahan dan panjang umur. Belum lagi bonus2 yang berlipat ganda bagi
setiap zakat, sedekah, infak atau hadiah yang kita berikan kepada mereka. Juga ganjaran dari Allah
(swt) bagi setiap langkah kaki dan ayunan tangan, serta dari setiap kata2 yang baik yang terucap
dan dari setiap titik peluh yang menguap ataupun yang menetes.
Apalagi ketika Anda mengganti waktu menonton televisi Anda dengan perjalanan amar makruf nahi
munkar. Ingatlah, saat kita terlelap ketika di jalan Allah, tidak akan dapat ditandingi oleh orang
yang tinggal (di kampungnya) yang berterusan melakukan puasa pada siang hari dan tahajud pada
malam harinya kecuali dengan cara keluar di jalan yang sama. Padahal untuk setiap satu puasa dan
setiap satu rakaat shalat ada ganjaran yang nilainya sangat yang besar di sisi Allah (swt).
Sungguh, kalau saja kita mau jadi pelaku utama dari drama kehidupan ini, niscaya bukan saja
makhluk2 yang ada di sekitar kita yang menyaksikan setiap perbuatan kita, akan tetapi juga mereka
yang ada di belahan bumi lain dan mereka yang tinggal di belahan alam lain. Bukan itu saja, orang2
yang kita tonton pada masa yang lalu akan menjadi penonton2 kita kelak.
Oh… ternyata kita baru tahu bahwa kita benar2 tidak memerlukan televisi, sebagaimana TV yang
kita kenal saat ini. Sungguh, kalau sudah begini keadaannya, maka nyata benar bahwa tidak ada
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 58 DARI 64
waktu untuk duduk di depan televisi, tidak juga menonton tayangan2-nya. Kita, ummat Rasulullah
(saw), adalah pelaku utama, bukan penonton dan bukan pula objek bagi iklan2 murahan.
Subhanallah.
(Sumber tulisan oleh : Subhan ibn Abdullah, 2005. Mohon maaf bila Penjaga Kebun mengedit
beberapa kata, semoga Allah mengkaruniakan pahala yang berlipat dengan perubahan ini.)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 59 DARI 64
Mengapa Harus Sholat Shubuh ?
Dirikanlah shalat di waktu tergelincir matahari sampai gelap malam, dan dirikanlah shalat Subuh,
sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan. (Qs. Al-Israa’ :78)
Ahad lalu saya shalat ‘Ashar berjamaah di mushalla pribadi pak Syamsi. Ikut serta diantaranya
Iwan, anak remaja pak Syamsi, dan Adi sahabat Iwan, juga Luthfie dan pak Mustopha tetangga
terdekat keluarga pak Syamsi. Mushalla pribadi milik pak Syamsi adalah sebuah bangunan semi
permanen yang didominasi warna ungu, terletak terpisah dari bangunan utama, dan merupakan
bangunan yang berada paling depan. Dengan menempatkan mushalla di bagian depan, pak Syamsi
bermaksud mengingatkan siapa saja yang memasuki pekarangan rumahnya untuk menunaikan
kewajiban shalat lima waktu. Mengapa warna ungu yang dipilih, bukan hijau atau putih ? Pak
Syamsi menjelaskan, pada dasarnya semua warna adalah ciptaan Allah, dan setiap ciptaan Allah
adalah indah. Tidak ada warna hitam khusus untuk kematian, tidak ada warna pink khusus untuk
valentine.
Warna ungu bukan pilihan yang disengaja tetapi memang hanya warna itulah yang disumbangkan
tetangga sebelah. Dengan alasan, antara lain untuk memberikan efek eye catching, sehingga siapa
saja yang melintas di sekitar itu akan memalingkan mukanya dan mengarahkan sorot matanya
kepada bangunan bernuansa ungu tadi. Memang bangunan sederhana itu begitu menonjol dibanding
bangunan utama yang putih bersih. Dinding mushalla boleh berbeda warna, namun Islam tetap satu
tidak warna-warni. Sarung, kopiah dan baju koko boleh berbeda warna, namun aqidah tetap satu.
Islam sejak Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw adalah petunjuk yang satu karena
bersumber dari Allahu Ahad.
Seusai shalat ‘Ashar, setelah puji dan doa kepada Allah ditunaikan, Adi bertanya kepada pak
Syamsi, ‘Paman, mengapa kita diwajibkan shalat pada pagi hari sekali (Subuh), bukankah Allah
terbebas dari dimensi waktu dan ruang…?’
Menurut Adi, kewajiban shalat pagi hari sekali (Subuh) itu sangat memberatkan dan tidak realistis,
mengingat Allah yang kita sembah tidak dipengaruhi oleh dimensi waktu, oleh karenanya kapanpun
kita shalat bagi Allah sama saja. Kesan seperti itu memang khas Adi. Ia adalah mahasiswa baru di
sebuah Universitas negeri. Adi saat ini sedang sibuk-sibuknya menulis beberapa paper yang
ditugaskan dosen-dosennya. Sehingga, ia harus tidur larut dan seringkali sulit bangun ketika adzan
Subuh memanggil. Untungnya Adi punya ibu yang shalehah, yang setiap hari siap menyentakkan
tidurnya dan mengingatkan Adi untuk shalat Subuh sejenak, kemudian melanjutkan tidur
secukupnya, sehingga Adi punya cukup tenaga untuk melanjutkan menulis paper dan menyimak
perkuliahan.
Shalat merupakan kewajiban yang ditentukan Allah (Qs. 2:43). Dan shalat itu merupakan kewajiban
yang ditentukan waktunya (Qs. 4:103). Bahkan Al-Qur’an menegaskan bahwa seluruh makhluk
ciptaan Allah bertasbih, shalat, dan berdoa menurut cara masing-masing (Qs. 24:41). Kilat yang
menyambar-nyambar dan menghasilkan listrik, angin yang berhembus dan menyebabkan terjadinya
proses pembuahan pada tetumbuhan, matahari yang berputar dan bersinar sehingga terjadi proses
fotosintesis, itu adalah cara mereka bertasbih, berdoa, shalat, ruku’ kepada Allah Sang Maha
Pencipta. Allah menetapkan ketentuan-Nya kepada makhluk-makhluk itu dengan ketetapan yang
paten, pasti, sebuah default tanpa option, sebuah keniscayaan tanpa alternatif. Berbeda dengan itu,
Allah memberikan kepada manusia free will. Manusia bisa saja tidak memenuhi kewajiban shalat,
dengan risiko digolongkan kafir dan dijadikan penghuni neraka jahannam. Itulah ‘kelebihan’
manusia.
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 60 DARI 64
Manusia bisa saja merumuskan hukum baru bagi shalat, sebagaimana disesatkan oleh aliran Isa
Bugis, yang menyatakan shalat belum wajib karena saat ini umat Islam masih berada pada periode
Mekkah. Apabila seseorang melakukan shalat pada periode ini, maka ia seperti shalat di tempat
sampah. Seorang publik figure yang tokoh sebuah LSM (maaf tidak kami sebut namanya), tanpa
rasa malu dan tanpa beban pernah menyatakan pada sebuah televisi swasta, bahwa ia yang dulu
rajin menjalankan shalat dan membaca al-Qur’an, kini tidak lagi mempraktekkan ritual shalat yang
dianggapnya konvensional. Baginya, amalan sosial adalah praktek shalat yang sesungguhnya. Ada
kemiripan dengan kesesatan yang di ajarkan Isa Bugis di atas.
Mungkin tokoh LSM tersebut banyak mendapat contoh negatif dari lingkungan terdekatnya. Boleh
jadi ia sering bergaul dengan orang munafiq yang shalatnya bukan karena Allah, sehingga tak
membekas dalam praktek sosial yang riel. Boleh jadi dia telah terburu-buru menyimpulkan dan
menggeneralisir keberadaan sebuah noktah pada sebah komunitas sebagai bagian utuh yang
menyeluruh dari sebuah masyarakat Islam yang luas. Padahal, alangkah bijaksananya bila dia
meluangkan sedikit waktu untuk eksplorasi, sehingga memperoleh gambaran riel tentang
keberadaan sekelompok orang dalam sebuah komunitas yang selain benar shalatnya juga benar
amalan shalihnya.
Kepada Adi Pak Syamsi menjelaskan, bahwa waktu-waktu shalat termasuk shalat Subuh merupakan
ketetapan Allah, sebagaimana bisa dirujuk kepada Al-Qur’an surat 17:78 “Dirikanlah salat dari
sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya
salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” Dan Rasulullah hanya menjalankan ketentuan tersebut.
Hikmah shalat antara lain melatih kedispilinan dalam soal waktu. “Dan dirikanlah sembahyang itu
pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (Qs. 11:114). Sekitar satu jam dua puluh
menit sebelum matahari merekah/terbit, itulah yang dinamakan Subuh. Ketika itu, malaikat malam
dan malaikat siang berkumpul untuk shalat bersama sebelum berganti tugas. Mengapa sepagi itu
kita diwajibkan shalat ? Kepada Adi Pak Syamsi menjelaskan. Bahwa manusia memang makhluk
ciptaan Allah yang paling sempurna. Namun kesempurnaan itu tergolong relatif, dalam arti tak
bebas dari kekurangan bila dibandingkan dengan makhluk lain.
Misalnya, bila dibandingkan dengan ayam, manusia yang sempurna tadi ternyata masih belum
mampu menandingi kedisiplinan ayam, yang secara teratur bangun pagi di waktu fajar, yaitu sekitar
10 menit sebelum masuk waktu Subuh atau sekitar satu setengah jam sebelum matahari terbit.
Kepada Adi dan Iwan Pak Syamsi menjelaskan, ‘kewajiban shalat Subuh yang ditentukan Allah
barangkali untuk memberikan pelajaran kepada kita, bahwa sebagai ciptaan Allah yang paling
sempurna, tidak ada alasan bagi kita untuk bersikap sombong, karena sebagian besar dari kita tidak
lebih taqwa dari ayam.’
Ciri khas orang yang berzikir antara lain : bicaranya dakwah, diamnya zikir, nafasnya tasbih,
matanya rahmat dan pikirannya husnudzhan (baik sangka). Selain itu, tanda yang lain yaitu :
hatinya do’a , tangannya sedekah, kakinya jihad, kekuatannya silaturrahim, kerinduannya syari’at
Allah dan kesibukannya asyik memperbaiki diri (introspeksi) .
(KH.Arifin Ilham)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 61 DARI 64
Orang-orang Yang Didoakan Oleh Para Malaikat
Inilah orang – orang yang didoakan oleh para malaikat :
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan
bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah,
ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat,
selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah,
ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
3. Orang – orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang
– orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4. Orang – orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah
kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada
orang – orang yang menyambung shaf – shaf”
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan
dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib
I/272)
5. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh
dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan
dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 62 DARI 64
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian
selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya,
(para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir
menshahihkan hadits ini)
7. Orang – orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat
( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik
(ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada
waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke
langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada
mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan
mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan
shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan
oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada
seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan
sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia
dapatkan’”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
9. Orang – orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya
kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah
ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang
pelit’”
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442
dan Shahih Muslim no. 1010)
10. Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang
– orang yang sedang makan sahur”
(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 63 DARI 64
dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan
mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja
hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad
Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan
keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan
bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada
orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Sumber Tulisan Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi (Orang – orang yang Didoakan Malaikat, Pustaka
Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
ARTIKEL KUMPULAN MUSLIM HALAMAN 64 DARI 64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar