goresan hidup seorang biduan

Sabtu, 08 Mei 2010

Terapi Menjalani Islam Secara Kaffah baik Sukarela maupun terpaksa demi kesehatan dan kesuksesan



Larangan-larangan agama bila dijauhi dan dihindari oleh manusia, niscaya ia akan selamat dan terhindar dari kecelakaan serta kerugian. Perintah-perintah Agama merupakan obat penyembuhan. Sedangkan larangan larangan agama merupakan pencegahan dari penyakit. Firman Allah SWT. : katakanlah, �Hai Manusia, sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu (Al-qur�an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu mencelakakan dirinya sendiri�.



Iman dan Amal Sholih adalah gaya hidup sehat terbaik, dan hanya ini satu-satunya jalan selamat. Semakin rusak sistem kekebalan tubuh kita, semakin butuh Iman dan Amal sholih terutama di jaman yang kini penuh dengan ancaman bagi kesehatan. Menomor satukan pendidikan Iman dan amal sholih kepada anak kita, berarti kita membekali anak kita dengan bekal yang akan menjaganya di masa depan, masa yang lebih parah dari sekarang. Hanya petunjuk Allah dan Rosulnya yang dapat kita yakini kebenarannya 100 % dan kita tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada Al-qur�an dan Hadist.



Allah SWT berfirman : Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari kasih sayang Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya�.



Mari kita saling mengingatkan untuk melanjutkan hidup dengan Iman dan Amal Sholih selagi masih dapat ditolong sebelum menderita penyakit yang lebih parah, sebelum Narkoba menghancurkan segalanya, sebelum terkena infeksi Oportunistik, sebelum Musibah yang lebih dahsyat melanda, sebelum ajal tiba.



M.Y.T menulis : Dalam hukum Islam, orang yang mencuri dipotong tangannya. Rasa iba yang bersumber dari bisikan setanlah yang merasa bahwa itu merupakan hukuman yang tidak manusiawi. Akhirnya kasus pencurian ada di mana-mana dan orang yang tidak menyetujui hukuman potong tangan tersebut pun hidup dalam ketakutan ketika di sekelilingnya tidak ada lagi ketentraman. Terlebih ketika hartanya dicuri orang, dia lapor Polisi agar si pencuri dihukum seberat mungkin yang jika dibandingkan, lebih berat dari hukuman potong tangan; bahkan senang mendengar si pencuri dibakar massa atau mati ditembak polisi.



Begitu pula anak gadis harus segera dinikahkan. Orang-orang yang tidak mengerti memandangnya sebagai hal yang tidak baik sampai-sampai mereka mempropagandakan pandangan keliru mereka melalui lagu dan sinetron Pernikahan dini. Akhirnya ketika anak gadisnya hamil di luar nikah, para orang tua tertunduk malu dan menangis sedih membayangkan kehancuran masa depan anaknya.



Johanes Lim, Ph.D menulis dalam No Pain No Gain �Metode Sukses Pribadi dalam studi, karier, dan bisnis� : Paling bagus adalah jika hukum mau menindak pelaku kejahatan dengan hukuman berat agar mereka kapok, dan itu bisa mencegah niat orang untuk berbuat jahat. Sebab jika hukumannya ringan - apalagi jika bebas dengan sogokan uang - akan memicu orang untuk berbuat kejahatan lagi!�.



Sementara itu Daniel Goleman Ph.D dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence, mengomentari masalah ini. Beliau menulis : Selama sepuluh tahun terakhir, orang telah memaklumkan �perang� secara bergiliran: perang terhadap kehamilan remaja, perang terhadap putus sekolah, perang terhadap narkotika, dan yang paling akhir perang melawan tindak kekerasan. Namun, kesulitannya adalah perang itu datangnya terlambat, setelah mewabah dan berakar kuat dalam kehidupan anak muda. Perang itu cuma campur tangan darurat, sama saja dengan menyelesaikan masalah mengirim ambulans untuk menyelamatkan, bukannya lebih dulu memberi vaksinasi yang dapat mengusir penyakit. Daripada memaklumkan lebih banyak �perang� semacam itu, yang sekarang kita butuhkan adalah mengikuti logika pencegahan, dengan memberikan anak kita keterampilan menghadapi kehidupan sehingga meningkatkan peluang mereka menjauhi setiap dan semua takdir kehidupan ini�.




Terapi Melihat Kepada Orang yang berada di Bawah



Rasulullah SAW. Bersabda : �Lihatlah orang yang berada di bawah kalian, jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kalian� (HR.Bukhari dan Muslim). Jika seorang hamba memfokuskan pandangannya pada hal ini, niscaya dia akan melihat bahwa dirinya mengungguli orang lain dalam banyak hal, seperti kesehatan, rizki dan yang lainnya. bagaimanapun keadaan dirinya, Maka akan hilanglah kegelisahan, duka cita, dan Kesedihan, serta akan bertambah kegembiraan dan suka cita atas nikmat-nikmat Allah yang dia lebih unggul dari orang lain yang berada di bawahnya.




Terapi Menyebarkan Salam



Sesungguhnya salam itu merupakan sunnah terdahulu sejak zaman Nabi Adam �alaihi salam hingga hari kiamat, dan salam merupakan ucapannya para penghuni surga, Dan ucapan mereka di dalamnya adalah salam. Salam merupakan sunnahnya para Nabi, tabiatnya orang-orang yang bertakwa dan semboyannya orang-orang yang suci. Namun, dewasa ini, sungguh telah terjadi kekejian yang nyata dan perpecahan yang terang di tengah-tengah kaum muslimin! jikalau engkau melihat mereka, ada saudaranya semuslim yang melintasinya, mereka tidak mengucapkan salam padanya. Sebagian lagi hanya mengucapkan salam hanya pada orang yang dikenalnya saja, bahkan mereka merasa aneh ketika ada orang yang tak dikenalnya menyalaminya, mereka mengingkarinya dengan sembari menyatakan �Apakah anda mengenal saya?�.



Padahal yang demikian ini merupakan penyelisihan terhadap perintah Rasulullah Shalallahu �alaihi wa sallam, sehingga menyebabkan semakin menjauhnya hati-hati mereka, semakin merebaknya perangai-perangai kasar dan semakin bertambahnya perpecahan. Bersabda Nabi Shalallahu �alaihi wa sallam: �Tidaklah kalian akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu yang jika kalian mengamalkannya niscaya kalian akan saling mencintai, yaitu tebarkan salam di antara kalian.� (HR Muslim).



Dalam hadits Muttafaq �alaihi, ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu �alaihi wa sallam, �Islam bagaimanakah yang baik?� Rasulullah Shalallahu �alaihi wa sallam menjawab, �Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal maupun yang tak kaukenal.� (Muttafaq �alaihi). Maka yang demikian ini merupakan suatu anjuran untuk menyebarkan salam di tengah-tengah kaum muslimin, dan bahwasanya salam itu tidaklah terbatas pada orang yang engkau kenal dan sahabat-sahabatmu saja, namun untuk keseluruhan kaum muslimin.



Adalah Abdullah Ibnu 'Umar Radhiallahu �anhu pergi ke pasar pada pagi hari dan berkata : �Sesungguhnya kami pergi bertolak pada pagi hari adalah untuk menyebarkan salam, maka kami mengucapkan salam kepada siapa saja yang kami jumpai.�



Salam itu menunjukkan ketawadhu�an seorang muslim, ia juga menunjukkan kecintaan kepada saudaranya yang lain. Salam menggambarkan akan kebersihan hatinya dari dengki, dendam, kebencian, kesombongan dan rasa memandang rendah orang lain. Salam merupakan hak kaum muslimin antara satu dengan lainnya, ia merupakan sebab dicapainya rasa saling mengenal, bertautnya hati dan bertambahnya rasa kasih sayang serta kecintaan. Ia juga merupakan sebab diperolehnya kebaikan dan sebab seseorang masuk surga. Menyebarkan salam adalah salah satu bentuk menghidupkan sunnah Mustofa Shalallahu �alaihi wa sallam.




Terapi Mengakui Kelemahan



Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kelemahan dan harus selalu terus-menerus berusaha untuk mengatasi kelemahan tersebut. Adanya penyakit yang diderita manusia adalah gambaran paling jelas tentang kelemahan tersebut. Oleh karenanya, ketika seseorang atau sahabatnya jatuh sakit, ia hendaknya berpikir tentang makna yang terkandung dari musibah ini. Ketika sedang berpikir, ia memahami bahwa flu yang dianggap sebagai penyakit yang biasa pun memiliki pelajaran-pelajaran yang darinya manusia dapat mengambil hikmah ataupun peringatan. Ketika terjangkiti penyakit tersebut, ia memikirkan hal-hal seperti: pertama, penyebab utama flu adalah virus yang teramat kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, makhluk yang kecil ini sudah cukup untuk membuat manusia yang bobotnya 60-70 kg menjadi kehilangan kekuatan, membuatnya sedemikian lemah sehingga tak mampu berjalan ataupun berbicara sekalipun. Seringkali obat atau makanan yang ia makan tidak membantu meringankan penderitaannya. Satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah beristirahat dan menunggu. Dalam tubuhnya, berlangsung sebuah peperangan yang ia tak pernah mampu untuk campur tangan, dengan kata lain ia dibuat lumpuh tak berdaya melawan organisme yang sangat kecil. Dalam keadaan yang demikian, ia hendaknya mengingat ayat Allah:


"(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".


(Ibrahim berdo'a): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orangorang yang saleh". (QS. Asy-Syu'araa, 26: 78-83)



Seseorang yang terjangkiti penyakit apapun hendaknya membandingkan sikapnya ketika sehat dan setelah pulih dari sakit, kemudian berpikir tentang hal tersebut. Seharusnya ia menyadari keadaanya yang lemah ketika sakit, perasaan ketergantungan kepada Allah yang sangat. Hal ini tercermin, misalnya, dalam keikhlasan dan kekhusu'annya ketika berdoa kepada Allah menjelang dioperasi.



Sebaliknya, ketika mengetahui orang lain sedang menderita sakit, ia hendaknya segera bersyukur kepada Allah sambil berpikir tentang keadaannya yang sehat. Manakala melihat orang yang cacat kaki, misalnya, orang beriman memikirkan bahwa kakinya adalah nikmat yang sangat besar dan penting bagi dirinya. Ia memahami bahwa kemampuannya untuk berjalan atau berlari ke manapun serta melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain sejak bangun tidur di pagi hari adalah nikmat dari Allah. Dengan membuat perbandingan seperti ini, ia akan lebih memahami besarnya nikmat yang telah didapatkannya.




Terapi Meminta Maaf, Memaafkan, dan Saling Memaafkan



Siapapun akan mengakui bahwa Meminta Maaf, Memaafkan, dan Saling memaafkan dapat menjadi suatu terapi yang sangat mendasar. Dalam Islam Therapy, orang yang tidak bisa melaksanakan Terapi mendasar ini berarti tergolong menderita psikopatologi yang sangat parah, keras hati, gelisah, durhaka, sombong, indikator kerusakan organ tubuh; sumber mencuatnya banyak masalah baik pada diri sendiri maupun orang lain. Meminta maaf dapat menenangkan jiwa, membuat orang lain merasa dihargai, dan lain sebagainya.



Memaafkan diri sendiri dapat meredam ingatan terhadap kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi yang rentan akan timbulnya berbagai bentuk psikopatologi. Memaafkan orang lain dapat menghilangkan psikopatologi dalam diri seperti menginginkan orang lain harus berlaku sesuai dengan keinginan kita, menuntut kesempurnaan pada orang lain, angkuh dan kekeraskepalaan, dan lain sebagainya. Sedangkan saling memaafkan dapat menyelesaikan semua masalah antara seseorang dengan orang lain, dapat menyatukan kembali hati yang saling membenci, menghapus kesalahan, mewujudkan dunia yang damai dan penuh cinta, semakin mempererat rasa persatuan, ketentraman hati bagi kedua belah pihak, menghancurkan berbagai bentuk psikopatologi, dan lain sebagainya.



Meminta maaflah, maafkanlah, dan saling memaafkanlah karena Saya, Anda, kita, Mereka, Orang tua kita, Teman-teman kita, Presiden, Wakil Rakyat, Pejabat, TNI, Aparat kepolisian, Ulama, Pecandu Narkoba, dan lainlain walau bagaimanapun hanya manusia biasa yang tak bisa luput dari kesalahan, kekurangan, ketidakmampuan, memiliki keterbatasan, mempunyai emosi, mempunyai pendapat dan keinginan pribadi, mustahil bisa berbuat sesuai keinginan semua orang, mustahil bisa membahagiakan semua orang, mustahil mengetahui segala hal, mustahil memiliki segalanya, mustahil mempelajari semuanya, akan selalu ada yang kita kecewakan, masing-masing memiliki masalah yang harus diselesaikan dan terkadang dengan terpaksa menyakiti orang lain, dan lain sebagainya. Apabila di sekitar Anda ada yang berperilaku buruk, pertimbangkanlah tentang adanya psikopatologi dan kelainan fungsi organ pada orang tersebut. Bantulah orang tersebut baik secara moril maupun materil sampai pulih dan jika tidak bisa, maka bantulah dengan tidak menghinanya, membicarakannya, mendo�akan keburukan untuknya, apalagi mengutuknya karena cara-cara seperti ini akan membantu setan membinasakan orang tersebut.



Richard Carlson, Ph.D menulis dalam bukunya yang berjudul Don�t Sweat The Small Stuff at Work (jangan memusingkan masalah kecil di tempat kerja) �Cara Mudah Mengurangi Stres dan Konflik Sekaligus meningkatkan prestasi diri dalam pekerjaan� : Kita manusia, dan menjadi manusia berarti dapat berbuat salah, paling tidak sesekali. Dalam hidup ini Anda akan melakukan banyak kekeliruan, membuat kacau, kehilangan arah, melupakan sesuatu, naik pitam, mengatakan yang tidak pantas, dan masih banyak lagi. Saya tidak pernah mengerti mengapa kenyataan sederhana dalam hidup ini-kecenderungan untuk berbuat keliru-dianggap sangat mengagetkan atau mengecewakan oleh banyak orang. Saya jelas tidak mengerti mengapa itu dijadikan masalah besar. Bagi saya, salah satu kekeliruan yang paling menyedihkan adalah tidak adanya maaf, terutama bagi diri sendiri. Kita terus mengingat-ingat kegagalan dan kekeliruan kita di masa lampau. Kita mengantisipasi kesalahan-kesalahan di masa mendatang. Kita sangat kritis kepada diri sendiri, sering merasa kecewa, dan tidak berperasaan ketika harus menghakimi diri sendiri. Kita mengutuk dan menyalahkan diri sendiri, juga sering menjadikannya musuh yang paling jahat. Saya merasa bahwa tidak bersedia memaafkan diri sendiri adalah perbuatan tolol dan konyol. Hidup tidaklah hadir lengkap dengan buku petunjuk yang langsung terbukti kebenarannya. Kebanyakan di antara kita mengusahakan yang terbaik semampu kita - sungguh. Akan tetapi kita tidak sempurna. Sesungguhnya, kita semua berusaha. Kita belajar dari kesalahan-kesalahan dan dari kegagalan-kegagalan.

ISLAMIC MEDIA
[ http://islamic.xtgem.com ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar