goresan hidup seorang biduan
Rabu, 02 Oktober 2013
Dapatkan Passive Income dari Bisnis Online
Selasa, 27 Agustus 2013
The miracle of $1.11 – true story!
Tess was a
precocious eight year old when she heard her Mom and Dad talking about her
little brother, Andrew. All she knew was that he was very sick and they were
completely out of money. They were moving to an apartment complex next month
because Daddy didn’t have the money for the doctor bills and our house. Only a
very costly surgery could save him now and it was looking like there was no-one
to loan them the money. She heard Daddy say to her tearful Mother with
whispered desperation, “Only a miracle can save him now.”
Tess went to
her bedroom and pulled a glass jelly jar from its hiding place in the closet.
She poured all the change out on the floor and counted it carefully. Three
times, even. The total had to be exactly perfect. No chance here for mistakes.
Carefully placing the coins back in the jar and twisting on the cap, she
slipped out the back door and made her way 6 blocks to Rexall’s Drug Store with
the big red Indian Chief sign above the door. She waited patiently for the
pharmacist to give her some attention but he was too busy at this moment. Tess
twisted her feet to make a scuffing noise. Nothing. She cleared her throat with
the most disgusting sound she could muster. No good.
Finally she
took a quarter from her jar and banged it on the glass counter. That did it!
“And what do
you want?” the pharmacist asked in an annoyed tone of voice. “I’m talking to my
brother from Chicago whom I haven’t seen in ages,” he said without waiting for
a reply to his question.
“Well, I want
to talk to you about my brother,” Tess answered back in the same annoyed tone.
“He’s really, really sick… and I want to buy a miracle.”
“I beg your
pardon?” said the pharmacist.
“His name is
Andrew and he has something bad growing inside his head and my Daddy says only
a miracle can save him now. So how much does a miracle cost?”
“We don’t sell
miracles here, little girl. I’m sorry but I can’t help you,” the pharmacist
said, softening a little. “Listen, I have the money to pay for it. If it isn’t
enough, I will get the rest. Just tell me how much it costs.”
The
pharmacist’s brother was a well dressed man. He stooped down and asked the
little girl, “What kind of a miracle does you brother need?”
“I don’t
know,” Tess replied with her eyes welling up. “I just know he’s really sick and
Mommy says he needs an operation. But my Daddy can’t pay for it, so I want to
use my money.”
“How much do
you have?” asked the man from Chicago. “One dollar and eleven cents,” Tess
answered barely audibly. “And it’s all the money I have, but I can get some
more if I need to.
“Well, what a
coincidence,” smiled the man. “A dollar and eleven cents – the exact price of a
miracle for little brothers.” He took her money in one hand and with the other
hand he grasped her mitten and said, “Take me to where you live. I want to see
your brother and meet your parents. Let’s see if I have the kind of miracle you
need.”
That well
dressed man was Dr. Carlton Armstrong, a surgeon, specialising in
neuro-surgery. The operation was completed without charge and it wasn’t long
until Andrew was home again and doing well. Mom and Dad were happily talking
about the chain of events that had led them to this place.
“That
surgery,” her Mom whispered. “was a real miracle. I wonder how much it would
have cost?”
Tess smiled.
She knew exactly how much a miracle cost… one dollar and eleven cents … plus
the faith of a little child.
Claimed
to be a true story
Author Unknown
Submitted by Sumit
Author Unknown
Submitted by Sumit
Selasa, 04 Juni 2013
MANFAAT DAN FADHILAH SHALAT
Suatu hari ada seorang Bapak-Bapak
yang datang kepada seorang ustadz. Dia bilang, “ Ustaz, mengapa ya kok rejeki
yang saya dapat rasanya kurang pas gitu ?” ” kurang pas gimana tuh maksudnya?”
Tanya sang ustaz.” Ngak pas sama latar pendidikan saya, gak pas sama apa yang
saya inginkan. Ada ya gak, ustaz, jalan keluarnya supaya saya bisa mendapatkan
apa yang saya harapkan?”
Sang ustaz pun bertanya kepada Bapak
itu,” Pak, shalaynya Bapak gimana, udah pas apa belum?”
“ Maksudnya ,ustaz?”
“ Iya, selama ini Bapak shalatnya
sudah tepat waktu belum ? berjamaah atau tidak ? Sudah melakukan shalat-shalat
sunahnya apa belum ? Kalau masih belum mendingan Bapak pulang dulu. Ini dulu
diberesin, jangan melangkah ke yang lain dulu, shalatnya dulu dibenerin.”
“Itu saja, ustaz?” Tanya si Bapak.
“ Itu dulu. Bukan itu saja. Masih ada
yang lain. Inget-inget ini hari apa, tanggal berapa. Persis sebulan lagi, Bapak
datang kemari lagi, saya kasih tip yang lain.”
“Baik, ustaz”.
“ Oh ya, sekarang kerja di mana
emang?”
“Saya gak punya kerjaan ustaz?”
“ Berarti bukan cuma gak pas donk. Ya
sudah kalau bener begitu, benerin shalatnya dulu”.
Akhirnya Bapak itu pulang. Sebulan
kemudian Bapak itu dating lagi menemui ustaz. Tapi berbeda dengan kedatangannya
sebulan yang lalu, kali ini wajahnya kelihatan lebih senang. Dia datang membawa
anggur dan buah-buahan lainnbya. Begitu datang dia langsung mengacungkan dua
jempolnya ke ustaz,” Top banget ustaz, top dahh”, Sang ustaz bingung, “ Top
apaan nih, dateng-dateng langsung top-top aja loe!” Shalat memang nomor satu
ustaz. Saya datang ke ustaz hari senin , begitu sampai rumah saya mikir-mikir,
selama ini saya minta rezeki kepada Allah, tetapi perintah Allah saya remehin.
Saya mintanya sama Allah, tetapi ketika adzan berkumandang saya acuhin. Saya
mulai shalat tepat waktu, jemaah tidak pernah bolong, saya juga tambah dengan
shalat sunah, qabliyah, ba’diyah, hajat, tahajud. Hari Jum’at saya dapat
panggilan kerja yang gajinya dua kali lipat dari gaji yang dulunya saya terima.”
Sejak lama saya percaya segala
perintah yang diwajibkan maupun disunahkan pasti mengandung keajaiban, termasuk
shalat. Shalat merupakan metode yang disediakan oleh Tuhan untuk mengembalikan manusia
kepada fitrahnya. Melalui shalat Tuhan juga ingin memotivasi manusia bahwa
kesuksesan hidup di dunia ini tidak sulit untuk dicapai jika ia percaya pada
kehadiran Tuhan pada semua aktivitas yang dikerjakannya.
Dari lafal adzan saja kita bisa mengambil
banyk sekali hikmah yang menautkan segala yang kita kerjakan dengan prinsip
ketauhidan.
Allahuakbar,
Allahuakbar.
Allah Maha Besar, tidak ada satu pun makhuk di dunia ini yang kebesarannya
mengalahkan kebesaran Tuhan. Rezeki itu kecil. Kekayaan itu kecil. Nasib manusia
itu kecil. Bahkan bumi dengan seluruh isinya juga kecil. Menjungkirbalikan
sesuatu yang kecil-kecil itu bukanlah perkara yang sulit bagi-Nya. Dia maha
kuasa atas segala sesuatu yang ada di semesta. Sertakan Tuhan dalam segala
aktivitasmu, maka Dia akan jadi penolong yang lebih hebat ketimbang apa pun.
Asyahaduan
lailaha illallah.
Tidak ada satu pun makluk didunia ini yang bisa meolong kita pada keberlimpahan
hidup jika Allah tidak berkenan. Tidak ada satu pun pekerjaan, aktivitas, maupun
jabatan yang bisa memberikan kebahagiaan
dan ketentraman dalam hidup kita, jika Allah hendak memberikan kesengsaraan.
Tidak ada satu pun hal yang memiliki kuasa penuh atas hidup kita selain Allah
SWT.
Asyahaduanna
Muhammadan Rsulullah.
Muhammad adalah teladan yang sempurna yang dihadirkan oleh Tuhan kepada seluruh
umat manusia. Dalam dirinya tersimpan akhlak yang keseluruhannya membuat
manusia hidup dalam, kesuksesan. Beliau
diakui oleh sejarawan dunia akan kebesarannya yang kebesarannya berasal dari
prinsip hidup dan karakter yang dipegangnya sejak hidup hingga wafatnya.
Kepribadiannya memungkinkan untuk ditaati oleh seluruh manusia. Mukjizat
terbesarnya bukan membelah lautan, bukan menghidupkan orang yang mati, tapi Al-qur’anul Kariim. Beliau adalah
rasul yang perjalanan hidupnya mewakili begitu banyak keadaan manusia.
Hayya
‘ala Sholaah.
Marilah shalat. Panggilan muadzin sering kali kita acuhkan. Padahal panggilan
itu adalah manifestasi dari mpanggilan Tuhan. Shalat adalah media komunikasi
antara hamba dengan Rabb-nya. Panggilan shalat pada hakikatnya adalah panggilan
Tuhan agar manusia berkomunikasi dengan-Nya.
Hayya
‘alal falah.
Subahanallah, panggilan shalay itu diikuti dengan panggilan meraih kemenangan. Menggapai
kesuksesan. Ini memberikan ibrah kepada manusian bahwa shalat merupakan metode
yang disediakan Tuhan untuk manusia supaya mendekat dengan pintu keberhasilan.
Shalatlah, maka Tuhan akan menyukseskanmu.
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anh pernah mengungkapkan bahwa ada sembilan kemuliaan
shalat tepat waktu, yaitu :
1. Dia akan dicintai Allah.
2. Badannya selalu sehat.
3. Keberadaannya dijaga malaikat.
4. Rumahnya diberkahi.
5. Wajahnya menampakkan jati diri yang
saleh.
6. Allah melunakkan hatinya.
7. Akan melewati shiratul mustaqim
seperti kilat.
8. Diselamatkan dari api neraka.
Allah akan menempatkan di surga dengan
orang-orang yang tak ada rasa takut Kamis, 30 Mei 2013
Renungan
Ketika masih muda, banyak
yang rela mengorbankan kesehatan demi mencarai harta,
Namun setelah renta,
mereka pun rela mengorbankan harta untuk mencari kesehatan.
Ketika harta sedang
tergenggam, orang asing pada ngaku-ngaku jadi sodara,
Namun ketika harta sudah
menghilang, saudara menjauh menjadi seperti orang asing.
Orang kaya, mampu membeli
ranjang enak, tapi gak bisa tidur nyenyak.
Orang miskin gak mampu
membeli ranjang enak, tapi bisa tidur dengan sangat nyenyak.
Orang kaya punya duit,
tapi gak punya waktu.
Orang miskin punya waktu,
tapi gak punya duit.
Masih muda pingin jadi
kaya biar bisa nikmatin kekayaan.
Udah kaya ternyata gak
punya waktu buat nikmatin kekayaan.
Sekali punya waktu buat
nikmatin kekayaan, eh, keburu renta gak ada tenaga.
DOSA
Suatu hari di sebuah perkampungan ada
seorang maling ayam yang tertangkap basah oleh warga. Maling ayam itu pun di
bawa ke balai desa untuk diadili. Kebetulan saat itu salah satu uztadz di kampung
itu hadir. Sang ustadz pun menginterogasinya,
“ Apa kamu tahu kalau Tuhan itu lihat
kamu?”
“ Tahu’’
“ kalu tahu kenapa kamu nyuri?”
“ Karena meskipun Tuhan lihat, Tuhan
gak bakalan ribut”.
Begitulah, banyak sebenarnya dari
kita yang sadar bahwa segala tindak tanduk kita diawasi oleh Tuhan. Sebenarnya
hampir semua dari kita tahu bahwa Tuhan itu Maha Melihat. Hampir tidak ada satu
pun tempat di permukaan bumi ini yang luput dari pengawasan Tuhan.
Tapi mari kita lihat, berapa banyak
dari kita yang masih melakukan perbuatan buruk
? sangat banyak. Alasannya, ya itu tadi, meskipun kita tahu bahwa Tuhan
Maha Tahu, tidak ada dampak sama sekali terhadap kehidupan kita. Kita malah
lebih takut ketahuan manusia dari pada ketahuan Tuhan.
Saya pernah mendengar sebuah cerita. Ada
seorang pemain sirkus yang mengumpulkan banyak anak ular untuk bermain srikus. Beberapa
hari kemudian terkumpulah beberapa anak ular. Ia pun mulai melatihnya.
Mula-mula anak ular itu dibelitkan ke
kakinya. Setelah ular itu besar, mereka dilatih untuk melakukan permainan yang
lebih beresiko, diantaranya membelit tubuh pelatihnya.
Sesudah melatih ular-ularnya dengan
baik, pelatih itu pun mulai mengadakan pertunjukan untuk umum. Hari demi hari
penampilannya berjalan sukses dan mengundang decak kagum pengunjung. Lama-kelamaan
jumlah penontonnya semakin bertambah banyak. Penjualan tiket makin meningkat. Uang
yang diterimya semakin besar.
Suatu hari, setelah permainan dimulai,
sang pemain memainkan atraksi demi atraksi secara silih berganti. Hingga
tibalah pada acara yang ditunggu-tunggu, yaitu permainan ular.
Pemain sirkus memerintahkan ular itu
untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa ular itu melakukan apa yang
diperintahkan. Ia mulai membelitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh
tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus itu pun kelihatan
semakin kesakitan. Ia berteriak, meronta, dan berusaha merengganggkan lilitan
ular tersebut dengan sekuat tenaga, tapi ular itu makin kuat melilit tubuhnya.
Para penonton pun mulai panik ketika pemain sirkus itu menjerit kesakitan dan
akhirnya terkulai mati.
Kawan,terkadang seperti itu jugalah
bahaya dosa bagi para pelakunya. Kadang-kadang dosa kecil terlihat tidak
terlalu membahayakan hidup kita. Pada awalnya kita merasa tidak terganggu sama sekali
dengan dosa kecil yang kita lakukan. Awalnya mungkin kita dengan mudah dapat
mengendalikannya dan bertobat kelak. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah
terlatih untuk mengatasi resiko atas dosa – dosa kecil yang telah kita lakukan
itu. Tetapi pada kenyataannya, apabila dosa kecil itu telah mulai melilit hidup
kita, maka kita pun akan kesulitan untuk melepaskannya.
Langganan:
Postingan (Atom)