"Whatever misfortune happens to you is because of the things your hands have wrought and for many (of them) He grants forgiveness". ( Ash -shura:30)
Gempa, angin ribut, dan puting beliung, longsor, banjir
bandang, maupun kecelakaan merupakan serangkaian buah dari benih dosa dan
maksiat yang pernah kita tanam dengan tangan kita sendiri. Kita mungkin lupa
pernah menanam “benih terlarang” itu. Hanya saja Allah tak pernah lupa apalagi
tidur walau sekejap.
“Dan segala sesuatu yang menimpa kalian (berupa adzab
dan bala’) adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah banyak
memaafkan kalian.” (QS. Asy-Syuura: 30)
Ada banyak ayat dalam Alquran yang menegaskan bahwa
dosa dan maksiat, adalah biang kerok atas terjadinya musibah silih berganti
yang menimpa peradaban manusia dari masa ke masa. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat:
751 H) mengatakan :
“Apakah yang telah menyebabkan kedua orangtua kita
(Adam dan Hawa) dikeluarkan dari surga, negeri
(yang penuh dengan) kelezatan, kenikmatan, kebahagiaan dan kesenangan,
menuju negeri penuh derita, kesedihan dan musibah?
Kira-kira, manusia sekarang ini mengidentifikasi
“musibah” sebagai segala hal dahsyat, yang terjadi “di luar” kehendak manusia
dan menyebabkan kematian dan kesengsaraan banyak manusia. Pada saat terjadinya
“musibah” itu, manusia baru merasakan keprihatinan yang mendalam. Tidak tahu
apa yang harus dilakukan, tetapi kebanyakan menyerahkan kepada Yang Maha
Tunggal. Sayangnya, “penyerahan” kepada Sang Kuasa tersebut lebih bernuansa Su’
udz-Dzan atau Negative Thinking kepada-Nya.
Akhirnya, manusia sekarang ini pun telah lebih jauh
menyederhanakan makna dan “falsafah” atas pengertian “musibah”. Manusia tidak
lagi berpengertian bahwa, sebenarnya, musibah tidak sesederhana “segala bencana
yang di luar kehendak manusia”. Akibatnya, sepertinya ada dua pilihan bagi kita
: menerima sepenuhnya sebagai sebuah kecelakaan alam murni, atau mengkaitkannya
dengan kehendak Sang Kuasa. Pilihan pertama sudah jelas, ia lebih banyak
di-“imani” masyarakat Barat. Pilihan kedua adalah pilihan yang hingga kini
masih dipegang umat Islam. Hanya saja, pilihan kedua ini masih berupa pemahaman
yang global dan masih banyak umat Islam yang belum dapat memahami bagaimana
menyikapi makna musibah ini.
“Corruption has appeared throughout the land and sea by [reason of] what the hands of people have earned so He may let them taste part of [the consequence of] what they have done that perhaps they will return [to righteousness]”. (Ar ruum:41)
Pengertian Musibah ?
Kata
"musibah" berasal dari bahasa Arab yang berarti setiap kejadian yang
tidak disukai. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa musibah
ialah kejadian / peristiwa menyedihkan yang menimpa. Dalam hadits riwayat
Bukhari dan Muslim, dinyatakan sabda
Rasulullah SAW yang menyebutkan sejumlah jenis musibah, antara lain : rasa
lelah, sakit, resah, sedih, derita, galau, hingga tertusuk sebuah duri sekali
pun.
Menurut Ahli tafsir Muhammad Husin Tabataba’i, dalam
tafsirnya al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, Musibah adalah kejadian apa saja yang
menimpa manusia yang tidak dikehendaki.
Menurut Prof. Quraish Shihab,Musibah
pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu
yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat
merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk,
tetapi boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka
Al-Quran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (QS. Al-Baqarah
: 216)
“….and it may be that you dislike a thing and
it is actually good for you and it may be that you love a thing and it is
actually bad for you. And Allah knows while you do not know.” (Al-Baqarah : 216)
Memaknai Musibah
Hakikat Musibah ada tiga macam, yaitu :
Hakikat Musibah ada tiga macam, yaitu :
Pertama, Musibah sebagai UJIAN, yaitu
musibah yang menimpa orang-orang beriman yang soleh. Musibah tersebut untuk
menguji iman dan keyakinannya kepada Allah SWT. Jika dia hadapi tetap dengan
Syukur dan Sabar, maka ujian tersebut akan menjadi pensuci diri dan pengangkat
derajatnya di sisi Allah SWT. Setiap orang beriman pasti akan diuji oleh Allah
SWT sebagaimana firman-Nya dalam QS.29. Al-'Ankabut : 2, yang terjemahannya :
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedangmerekatidakdiujilagi?"
Kedua, Musibah sebagai PERINGATAN,
yaitu musibah yang menimpa orang-orang baik tapi terkadang masih suka lalai.
Musibah tersebut sebagai peringatan agar dia tidak lagi lalai, sehingga kembali
ke jalan yang semestinya. Ini yang difirmankan Allah SWT dalam QS.30.Ar-Ruum :
41 yang terjemahannya : "... supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)."
Jika dia sadar dan insaf serta tetap sabar, maka musibah tersebut bisa menjadi penghapus kesalahan dan pengampun dosanya. Setiap musibah yang menimpa seorang muslim memang bisa menghapus kesalahannya, sebagaimana hadits muttafaqun 'alaihi yang diriwayatkan Bukhari rhm dan Muslim yang bersumber dari Abu Sa'id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : "Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah berupa lelah, sakit, keresahan, kesedihan, penderitaan, kegalauan, hingga sebuah duri menusuknya, melainkan Allah menghapus dengannya (musibah tersebut) daripada kesalahan-kesalahannya."
Jika dia sadar dan insaf serta tetap sabar, maka musibah tersebut bisa menjadi penghapus kesalahan dan pengampun dosanya. Setiap musibah yang menimpa seorang muslim memang bisa menghapus kesalahannya, sebagaimana hadits muttafaqun 'alaihi yang diriwayatkan Bukhari rhm dan Muslim yang bersumber dari Abu Sa'id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda : "Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah berupa lelah, sakit, keresahan, kesedihan, penderitaan, kegalauan, hingga sebuah duri menusuknya, melainkan Allah menghapus dengannya (musibah tersebut) daripada kesalahan-kesalahannya."
Ketiga, Musibah sebagai AZAB, yaitu
musibah yang menimpa orang-orang durhaka seperti orang kafir, musyrik, murtad,
fasiq, munafiq, zalim dan Ahli Ma'siat. Musibah tersebut adalah siksa yang
didahulukan di dunia, dan azab akhirat yang disiapkan jauh lebih pedih lagi.
Firman Allah SWT dalam QS.39.Az-Zumar : 26 menyatakan : "Maka Allah
merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. Dan sesungguhnya azab
pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui."
“So which of the
favors of your Lord would you deny?”. (Ar Rahman : 13)
Tiga Golongan Menyikapi
Musibah ?
1.Orang yang menganggap
bahwa musibah adalah sebagai hukuman dan azab
kepadanya.
Sehingga, dia selalu merasa sempit dada dan selalu mengeluh.
2.Orang yang menilai bahwa
musibah adalah sebagai penghapus dosa. Ia
tidak pernah menyerahkan apa−apa yang menimpanya kecuali kepada Allah SWT.
3.Orang yang meyakini bahwa
musibah adalah ladang peningkatan iman dan
takwanya.
Orang yang seperti ini selalu tenang serta percaya bahwa dengan musibah itu
Allah SWT menghendaki kebaikan bagi dirinya.
“Pertanyaan pertama yang diajukan kepada
seorang hamba pada hari kiamat kelak mengenai kenikmatan dunia adalah “
Bukankah Aku telah memberimu badan yang sehat”. (HR. At Tirmidzi)
Ikhtitam
Kenapa dan bagaimana serta
apa pun jenis musibah yang menimpa siapa pun, maka yang jelas Allah SWT tidak
zalim. Allah SWT Maha Adil dan Maha Arif lagi Maha Bijaksana. Dalam QS.9.
At-Taubah : 70 dan QS.29.Al-'Ankabuut : 40 serta QS.30.Ar-Ruum : 30, Allah SWT
menyatakan yang terjemahannya : "Maka Allah sekali-kali tidak berlaku
zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak
akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang
yang berbuat kebaikan dan perbaikan.” (QS. Huud: 117)
Semoga Allah SWT senantiasa
memaafkan segala kesalahan kita dan mengampuni segala dosa kita. Semoga musibah
yang kita terima selama ini merupakan ujian, sekurangnya merupakan peringatan,
dan bukan azab yang didahulukan. Semoga ke depan kita semua dijadikan Allah SWT
sebagai hamba-hambanya yang beriman dan bertaqwa. Aamiiin.
Dari
Allah kita datang..dan hanya kepada Nya lah kita kembali.
Written by a guy who didn't know how to be grateful
Dedicated to someone called "ES" whose life is full of mistakes
Never think that someone else is more blessed than you are.
Never think that someone else is more blessed than you are.
Allah
blesses us in different way.